Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

8 Menit 46 Detik George Floyd Meregang Nyawa Adalah Sebuah Pengkhianatan

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
31 Mei 2020
A A
kronologi kematian tugu peringatan memorial kematian george floyd minneapolis mojok.co

kronologi kematian tugu peringatan memorial kematian george floyd minneapolis mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Terkadang saya menyikapi status sebagai fans Arsenal dengan sangat serius. Salah satunya mengkhidmati betul makna victoria concordia crescit, terutama di bagian “keharmonisan”. Sebagai fans kedamaian, terkadang saya juga menyikapinya secara sangat serius. Saya yakin manusia, meskipun sangat jahat, bisa jadi baik.

Terlepas dari ideologi, agama, ras, kepercayaan, serta omong kosong lainnya. Kalau dasarnya baik, pasti bisa baik. Atau, setidaknya “seharusnya” bisa baik. Ahmad Khadafi, rekan sesama redaktur Mojok, sampai menyebut saya radikal karena ingin semua berubah menjadi lebih baik secara drastis. Dan kamu tahu, saya menikmatinya.

Oleh sebab itu, sebagai fans Arsenal, sulti sekali saya menerima kematian George Floyd. Meskipun dari kenyataan yang ada, di Amerika Serikat, opresi kepada ras dan warna kulit sangat kuat. Makanya, pada titik tertentu, kasus seperti kematian George Floyd ini sebetulnya sering terjadi. Sialnya, yang satu ini menjadi viral hingga menyebabkan kerusuhan. Terima kasih untuk Donald Trump yang begitu rasis itu.

Kasus kematian George Floyd berasal dari sebuah “kecurigaan”. Penjaga toko Cup Foods, seorang remaja, curiga ia membeli rokok dengan uang palsu pecahan $20. Sesuai protokol, dia menelepon 911. Padahal, menurut pengakuan Mike Abumayyaleh, pemilik toko, kepada BBC, Floyd sudah jadi langganan di sana. Selama ini tidak pernah ada masalah.

Namun, penjaga toko curiga dan hanya mengikuti protokol pengamanan. Sampai di sini, semuanya tidak ada “masalah berarti”. Masalah menjadi besar karena Floyd berkulit hitam dan polisi masuk ke arena.

Menurut pengakuan penjaga toko, George Floyd tidak mau mengembalikan rokok yang sudah dibeli. Geroge juga datang dalam keadaan mabuk. Pukul 20.08 polisi datang ke TKP. George Floyd masih ada di sekitar Cup Food dan langsung didatangi polisi.

Begitu sampai di mobil di mana George Floyd ada di dalamnya bersama dua teman, salah satu petugas polisi bernama Thomas Lane menodongkan pistol. Jaksa yang bertugas untuk kasus ini tidak menjelaskan alasan Thomas Lane sampai harus menodongkan pistol, toh Floyd tidak melawan.

Menurut laporan yang dibuat oleh pihak berwenang, Floyd sempat akan melawan ketika diborgol. Namun, setelah terborgol, ia tidak lagi melawan. Baru setelah itu, Thomas Lane menjelaskan kalau George Floyd ditahan karena dicurigai menggunakan barang terlarang, dalam hal ini uang palsu.

Baca Juga:

Manchester United Adalah Lelucon Dimulai dari Internal, tapi Selalu Bodoh lalu Menyalahkan Pelatih dan Pemainnya

Odegaard Bukan Pemimpin Arsenal yang Baik

Pukul 20.14, George Floyd mengeluh punya klaustrofobia. Tepat pada saat itu, Derek Chauvin datang ke tempat kejadian dan berusaha terlibat dalam aksi penangkapan. Pada 20.19, Derek Chauvin menariknya dari kursi penumpang hingga terjatuh ke tanah. Wajah Floyd mengarah ke tanah dan tangannya terborgol ke belakang.

Dalam posisi itu, Derek Chauvin meletakkan lututnya di antara kepala dan leher George Floyd. Pada saat itu, Floyd sudah “memberi informasi” kepada Derek. Katanya, “I can’t breathe.” Kalimat itu diucapkan berulang-ulang, diiringi kata, “Please, please, please.” Namun, Derek tidak mengangkat lututnya dari leher belakang Floyd.

Selama 8 menit 46 detik, leher George Floyd diimpit lutut Derek Chauvin. Pada menit ke-6, ia sudah tidak bergerak lagi. Seorang pejalan kaki memaksa petugas untuk mengecek detak nadinya. Salah satu petugas bernama Alexander Kueng mengecek nadi di tangan kanan Floyd. Namun, Kueng gagal menemukan nadinya. Tahu kalau rekannya kesulitan mencari nadi Floyd, Derek Chauvin tidak mengangkat lututnya. Dia diam saja.

Pada 20.27, Derek baru mengangkat lututnya. George Floyd sudah tidak bergerak lagi ketika digulingkan oleh petugas. Dia langsung dibawa ke Hennepin County Medical Center. Satu jam kemudian, George Floyd dinyatakan meninggal dunia.

Kematian George Floyd adalah sebuah pengkhianatan

Masih ingat, di awal tulisan, saya memandang status sebagai fans Arsenal dengan sangat serius? Apakah sentimen rasis membuat Derek Chauvin berlaku seperti itu? Tega sekali. Kenapa tidak ada keharmonisan di sana, di antara manusia?

Terkadang, saya bangga sekali menjadi fans Arsenal. Karena oleh klub yang saya dukung, saya diajari menjadi manusia sewajarnya. Sewajarnya untuk saling mengasihi, menjaga, menghormati siapa pun terlepas dari ras, warna kulit, agama, dan omong kosong lainnya. Namun, ya pada kenyataannya, ada juga fans Arsenal yang brengsek betul.

Fans Arsenal yang brengsek itu, pada titik tertentu, sama seperti kisah kematian George Floyd. Adalah sebuah pengkhianatan akan salah satu berkah Tuhan yang begitu mulia: cinta kasih.

Deren Chauvin, mengkhianati emblem polisi yang tersemat di dadanya. Katanya “To Protect and to Serve”, tapi yang terjadi adalah “To Persecute and to Kill”. Dan tidak hanya Derek Chauvin, tetapi banyak polisi, penegak hukum, dan orang militer di dunia yang tidak protect dan serve. Sentimen akan perbedaan menjadi penyakit bersama. Salah kalau kamu hanya marah kepada polisi Amerika dan Presiden Trump saja.

Kalau polisi membunuh, kepada siapa rakyat mengaduh? Kepada nasib dan Tuhan di atas sana?

Pengkhianatan kedua atas kematian George Floyd adalah pengkhianatan atas kemanusiaan. Mungkin saja ia memang bersalah ketika membelanjakan uang palsu. Apalagi kalau benar Floyd datang dalam kondisi mabuk. Namun, apakah sekiranya orang bersalah harus “disiksa” sebegitu rupa?

Menekan lutut ke leher ketika George Floyd sudah tidak berdaya adalah kejahatan yang terpampang nyata. Dan sedihnya, kenyataan seperti itu terjadi di belahan dunia lain, menimpa siapa saja yang “kecil dan minoritas”. Di Papua, kepada orang Papua. Di Palestina, kepada rakyat Palestina. Semuanya “diinjak” karena sentimen perbedaan yang dikipasi oleh berbagai alasan menjadi perkara mematikan.

Selama 8 menit 46 detik George Floyd dimatikan oleh petugas keamanan. Selama berjuta-juta menit rakyat kecil dan minoritas ditindas oleh manusia-manusia bersenjata. Kerusuhan menjadi bahasa oleh mereka yang suaranya tidak terdengar. Kalau sudah begitu, kita bisa menyalahkan siapa?

Selama 8 menit 46 detik kita tahu homo homini lupus itu nyata sekali. Padahal, ketika kali pertama menangis setelah terlahir dari rahim ibu, manusia tidak mengenal kejahatan. Sebagai fans Arsenal, di mana victoria voncordia cresit dipegang begitu erat, kejahatan yang nyata terjadi menjadi begitu kontras. Dan amarah itu, terkadang, sulit sekali diredam.

Sudahkah kamu berkhianat hari ini?

Sumber gambar: Warga berkumpul di situs peringatan kematian George Floyd di Minneapolis, negara bagian Minnesota, AS. Wikimedia Commons.

BACA JUGA Apakah Kita Bangsa yang Rasis? dan tulisan Yamadipati Seno lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 31 Mei 2020 oleh

Tags: arsenalgeorge floydrasisme
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

ArtikelTerkait

Najwa Shihab Satu-satunya Tokoh Perempuan yang Pantas Menjadi Presiden, yang Lain Minggir Dulu!

Najwa Shihab Satu-satunya Tokoh Perempuan yang Pantas Menjadi Presiden, yang Lain Minggir Dulu!

27 Oktober 2022
arsenal guendouzi arteta liga inggris MOJOK.CO

Arsenal Seperti Dipaksa Menjual Guendouzi, oleh Guendouzi Sendiri

10 Juli 2020
Arsenal Mesut Ozil, Mohon Maaf, Sudah Waktunya Kamu Pergi MOJOK.CO

Mesut Ozil Mengubah Arsenal Menjadi Padepokan Olah Kebatinan Jelang Final FA Cup

1 Agustus 2020
manchester united arsenal liga inggris VAR MOJOK.CO

Manchester United dalam Bahaya, FIFA Resmi Ambil Alih VAR karena Inkonsistensi

11 Juli 2020
papua

Kerusuhan Menyengsarakan Masyarakat: Damailah Papua

2 September 2019
Marcus Rashford Pemain Malas yang Tidak Cocok untuk Arsenal (Pexels)

Marcus Rashford Pemain Malas yang Tidak Cocok untuk Arsenal

11 Januari 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.