Mahasiswa kadang nggak sadar kalau mereka melakukan kesalahan ini saat mengerjakan skripsi. Mereka beranggapan kalau dosen pembimbingnya yang ruwet, padahal…
Kemarin, setelah saya mengunggah artikel tentang cara menyelesaikan skripsi dalam 2 minggu di story WhatsApp, saya mendadak mendapat banyak pesan dari teman-teman mahasiswa. Beberapa ada yang mengapresiasi, sebagian lagi ada yang tanpa basa-basi ngajak nongkrong dengan motif mau mendiskusikan skripsinya yang belum kelar-kelar.
Tentu saya menerima ajakan tersebut. Di awal diskusi, mereka mengaku stres karena merasa mendapat dosen pembimbing ruwet. Saya pun iya-iya aja awalnya. Tapi, begitu mereka menjelaskan soal revisi skripsinya, saya membatin, kalau kayak gini yang masalah bukan dosen pembimbingnya, memang mereka aja yang kelewatan!
Revisi skripsi mereka bagi saya terbilang kesalahan kecil. Dan itu harusnya tidak terjadi jika memang teliti. Maka, barangkali kalian juga lagi stres kayak teman saya, bacalah tulisan ini sampai habis. Saya mencatat setidaknya 7 kesalahan kecil dalam pengerjaan skripsi yang sering bikin mahasiswa dapat banyak revisi.
#1 Kebanyakan menulis konsep ataupun teori dalam latar belakang
Kesalahan skripsi pertama ada pada latar belakang. Bagian pertama dalam skripsi itu umumnya mencakup dua hal: kondisi ideal dan masalah. Kedua hal ini kemudian harus diperjelas dengan fakta, data, dan pendapat ahli agar urgensi penelitiannya terlihat jelas.
Teman-teman mahasiswa sebenarnya sudah paham soal ini. Tapi entah kenapa, mereka sering banget kebanyakan menulis konsep ataupun teori. Tentu saja hal itu tidak dilarang. Tapi usahakan jangan sampai overdosis. Karena itu akan membuat masalah penelitian malah terlihat kabur atau nggak jelas.
Dosen pembimbing saya pernah bilang soal ini. Kata beliau, kalau di latar belakang sudah banyak menjelaskan konsep dan teori, lalu apa isi dari bab 2 nanti? Wong namanya saja latar belakang, kok, bukan kajian atau landasan teori.
#2 Menulis kata-kata yang bersifat subjektif
Sebagai karya ilmiah, isi skripsi dituntut agar bersifat objektif. Itulah mengapa di dalamnya ada istilah fakta, data, teori, dan teknik pengecekan keabsahan data. Tujuannya jelas, supaya mahasiswa terhindar dari penulisan yang bersifat opini atau subjektif.
Meski ini sesuatu yang sangat umum, tapi faktanya banyak teman-teman mahasiswa yang melakukan kesalahan dengan menulis kata-kata subjektif dalam skripsi. Misalnya menulis kata “mungkin”, “biasanya”, “sepertinya”, atau “menurut peneliti”. Kata-kata semacam itu haram hukumnya dalam skripsi, dan menandakan kalau mahasiswa tidak membaca referensi sebelum menulis.
Baca halaman selanjutnya: Nggak tahu perbedaan konjungsi…