Beberapa hari lalu, saya sempat menulis artikel tentang hal-hal yang nggak menyenangkan di Solo. Bukannya baper atau apa, tapi rasanya nggak fair kalau cuma ngomongin sisi jeleknya. Apalagi setelah saya pikir-pikir lagi, ternyata banyak banget hal-hal menyenangkan di kota ini yang justru bikin kota lain pada ngiri.
Jadi, biar adil dan nggak dibilang tukang nyinyir doang, kali ini saya mau cerita tentang 7 hal menyenangkan di Solo yang mungkin susah atau bahkan nggak mungkin kamu temukan di kota lain. Siap-siap baper kalau kamu bukan orang Solo.
#1 Dompet nggak jebol meski jajan tiap hari di Solo
Ini dia salah satu alasan kenapa banyak anak kos dan mahasiswa betah tinggal di Solo. Mau makan enak? Tenang, lima ribu udah bisa dapet nasi sayur. Sepuluh ribu? Sudah bisa makan kenyang plus minum es teh manis sepuasnya.
Coba bandingkan dengan Jakarta atau Surabaya. Belum apa-apa, dompet udah tipis duluan. Parkir aja bisa lima ribu, belum lagi ongkos transportasi yang bikin ngos-ngosan. Di Solo, uang seratus ribu bisa dipakai seminggu buat makan. Kalau di kota besar? Paling cuma bertahan tiga hari.
Lebih seru lagi, makanan murah di Solo bukan berarti murahan. Rasanya tetep josss! Dari tengkleng, timlo, sate buntel, sampe selat Solo yang legendaris, semuanya terjangkau tapi bikin lidah goyang. Jadi, kalau ada yang bilang “hidup murah kok bangga”, ya mending murah tapi tetep bisa jajan sesuka hati daripada mahal tapi tiap bulan ngutang mulu.
#2 Kereta api lewat di tengah jalan raya, bukan cuma di film
Pernah nggak kamu bayangin lagi enak-enaknya jalan di tengah kota, tiba-tiba ada kereta api lewat? Di Solo, ini bukan imajinasi atau setting film drama Korea. Ini nyata, bro!
Jalan Slamet Riyadi, salah satu jalan protokol di Solo punya rel kereta yang masih aktif digunakan sampai sekarang. Kereta seperti Bathara Kresna rutin melintas di situ, membelah jalan raya dengan gagahnya. Pemandangan ini udah ada sejak zaman Belanda dan jadi salah satu ikon kota yang paling unik.
Coba bayangin kalau ini diterapkan di Jakarta atau Bandung. Sudah macet parah, ditambah kereta lewat? Bisa-bisa orang pada ngeluh seharian. Tapi di Solo, justru jadi daya tarik. Turis pada foto-foto, anak-anak pada excited lihat kereta lewat. Malah jadi momen langka yang bikin kangen kalau udah lama nggak pulang ke Solo.
Tahu yang paling asyik? Kamu bisa naik kereta itu cuma dengan bayar empat ribu rupiah! Empat ribu, cuy! Murah banget kan? Mana ada kota lain yang punya pengalaman unik kayak gini dengan harga semurah itu.
#3 Solo punya dua keraton sekaligus dalam satu kota
Jogja punya satu keraton. Cirebon juga punya satu. Tapi Solo? Dobel! Ada Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran. Keduanya masih berdiri kokoh dan bisa kamu kunjungi kapan aja.
Dua keraton ini bukan bangunan tua yang ditinggalin begitu aja. Mereka masih hidup, masih aktif, dan masih jadi pusat kebudayaan Jawa. Kamu bisa masuk, jalan-jalan, belajar sejarah, dan yang paling penting foto-foto buat Instagram! Spot fotonya keren-keren banget, dijamin feed kamu bakal langsung upgrade jadi aesthetic.
Yang menarik, meskipun dulu kedua keraton ini sempet berseteru karena hasil pemecahan Keraton Solo lewat Perjanjian Salatiga, sekarang mereka bisa berdiri berdampingan dengan damai. Bahkan saling melengkapi dalam melestarikan budaya Jawa. Ini pelajaran penting tentang bagaimana sejarah pahit bisa diubah jadi harmoni.
Jadi kalau ke Solo dan nggak mampir ke dua keraton ini, ya rugi banget sih. Sayang banget!
#4 Naik kereta uap tanpa harus ke Eropa
Siapa bilang naik kereta uap harus ke Inggris atau Jerman? Di Solo ada Kereta Api Jaladara, kereta uap legendaris buatan Jerman tahun 1896 yang masih aktif beroperasi sampai sekarang!
Kereta ini nggak cuma pajangan museum, lho. Kamu bisa beneran naik dan merasakan sensasi jadi penumpang kereta uap kayak di film-film jadul. Rutenya dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Sangkrah, lewat spot-spot menarik kayak Rumah Dinas Wali Kota, Loji Gandrung, Taman Sriwedari, dan Kampung Batik Kauman.
Kereta uap ini jadi bukti bahwa Solo punya komitmen tinggi dalam melestarikan warisan sejarah. Nggak cuma dijadikan monumen mati, tapi benar-benar difungsikan dan bisa dinikmati generasi sekarang.
#5 Punya Pasar Gede yang buka 24 jam nonstop
“Pasar Gede mboten sare”, itulah slogan pasar tertua dan paling legendaris di Solo yang diresmikan Pakubuwana X tahun 1930. Lantaran buka 24 jam tanpa henti, jadi kapan pun kamu laper atau butuh sesuatu, tinggal meluncur ke sini.
Pasar Gede itu beda banget sama pasar tradisional pada umumnya. Bangunannya yang ikonik dengan arsitektur Belanda bikin banyak orang jadiin tempat foto. Tapi yang paling menarik adalah isinya ada ratusan jajanan dan kuliner khas Solo yang nggak bakal kamu temuin di tempat lain.
Dari intip goreng, brem, serabi notosuman, ampyang jahe, keripik tempe, jenang dodol, dawet, dinsum sampai makanan berat kayak nasi liwet dan gudeg ceker, semuanya ada di pasar ini. Mau malam-malam tiba-tiba pengen nyemil? Tinggal dateng aja. Nggak perlu khawatir pasar udah tutup.
Yang bikin Pasar Gede spesial adalah vibenya yang tetap tradisional meski udah hampir 100 tahun berdiri. Kamu bisa merasakan suasana pasar tempo dulu yang autentik sambil tetep dapat fasilitas yang cukup nyaman. Ini bukan cuma tempat belanja, tapi juga tempat mengalami budaya Solo secara langsung.
Bandingkan sama kota-kota lain yang pasar tradisionalnya mulai ditinggalin atau diganti mall. Di Solo, pasar tradisional justru jadi kebanggaan dan tetep ramai dikunjungi. Ini bukti kalau modernisasi nggak harus ngebikin kita ninggalin tradisi.
#6 Nonton Kirab Pusaka 1 Suro yang mistis dan megah di Solo
Setiap malam 1 Suro, Solo punya tradisi yang nggak bakal kamu temukan di tempat lain, yaitu Kirab Pusaka. Ini bukan acara hiburan biasa, tapi prosesi sakral yang udah berlangsung ratusan tahun sejak zaman Keraton Mataram Islam.
Bayangin aja, tengah malam kamu liat arak-arakan abdi dalem berbusana Jawi Jangkep membawa pusaka-pusaka bersejarah berkeliling kota sejauh 8 kilometer. Di barisan paling depan ada Kebo Bule bernama Kyai Slamet, kerbau albino yang dianggap sakral dan jadi simbol keselamatan keraton. Sepanjang perjalanan, semua peserta kirab nggak pake alas kaki, nggak boleh ngomong, nggak boleh makan minum. Namanya Tapa Bisu, sebagai bentuk perenungan diri.
Yang bikin seru, kirab ini terbuka untuk umum. Warga Solo dan wisatawan dari luar kota memadati jalanan cuma buat nonton prosesi ini. Bahkan banyak yang berebut kotoran Kebo Bule karena dipercaya bawa berkah. Unik banget kan?
Tradisi kayak gini nggak cuma ritual, tapi juga jadi daya tarik wisata spiritual dan budaya. Banyak turis mancanegara yang khusus dateng ke Solo cuma buat liat Kirab Pusaka 1 Suro. Dan yang paling keren, tradisi ini udah ditetapkan jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Bangga dong jadi orang Solo!
#7 Bisa ikutan festival keagamaan dari semua agama
Ini yang paling bikin saya bangga jadi orang Solo adalah toleransi beragama yang bukan cuma slogan. Di Solo, setiap perayaan keagamaan dirayakan dengan meriah di halaman Balai Kota dan semua warga diundang untuk ikut ngeramaiin.
Ramadan ada hadrah dan pengajian buat umat Muslim. Natal ada nyanyian rohani buat umat Kristen dan Katolik. Nyepi ada pawai ogoh-ogoh buat umat Hindu. Waisak buat umat Buddha. Imlek dengan Grebeg Sudiro buat umat Konghucu. Semua dapet porsi yang sama, semua dirayakan dengan penuh hormat.
Yang paling menarik adalah Grebeg Sudiro, festival akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa yang lahir tahun 2007 dari tradisi Buk Teko. Festival ini jadi bukti kalau keberagaman bisa dirayakan dengan indah. Ribuan warga dari berbagai latar belakang agama dan etnis turun ke jalan, ngerayain bareng, makan bareng, ngobrol bareng. Nggak ada sekat, nggak ada prasangka.
Di era sekarang yang toleransi beragama kayaknya jadi barang langka, Solo justru ngasih contoh kalau kebhinekaan itu bukan cuma ada di buku pelajaran. Ini beneran dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan warga Solo sendiri antusias ikut meramaikan acara-acara ini meski berbeda agama.
Makanya nggak heran kalau Solo sering disebut sebagai Eropa versi lokal. Karena toleransi dan saling menghormati bukan cuma wacana, tapi beneran terwujud di jalanan.
Ketujuh hal di atas cuma sebagian kecil dari keistimewaan Solo. Masih banyak hal lain yang bikin kota ini spesial. Solo memang bukan kota sempurna. Masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Tapi kalau ditanya apa yang bikin Solo menyenangkan? Jawabannya banyak banget!
Penulis: Alifia Putri Nur Rochmah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Solo Punya Segalanya, tapi Masih Kalah Pamor sama Jogja
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















