Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

6 Hal yang Harus Dipertimbangkan sebelum Memutuskan Jadi Guru

Naufalul Ihya Ulumuddin oleh Naufalul Ihya Ulumuddin
16 Maret 2023
A A
Emang Iya Kuliah Keguruan Cepat Balik Modal?

Emang Iya Kuliah Keguruan Cepat Balik Modal? (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak yang berkata, guru adalah profesi yang mulia. Saya tak akan mendebat itu, sebab itu semua penuh kebenaran. Tak mengagetkan jika orang berbondong-bondong masuk jurusan pendidikan agar bisa menempuh profesi ini. Tapi tentu saja, selalu ada fakta yang tak terlihat di balik hal-hal terang yang menyilaukan.

Jadi guru, seperti profesi yang lain, tidak selalu menyenangkan. Ada kurang, ada lebihnya. Tapi perkara kurangnya, memang benar-benar bikin mengelus dada. Agar kalian paham, saya jelaskan alasan-alasannya.

Gaji yang wadidaw

Gaji ini merupakan masalah yang paling akut dan paling tua di dunia pendidikan. Sejak dulu, menjadi guru selalu dikaitkan dengan gaji yang dangkal. Akhirnya, julukan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa pun benar adanya. Benar-benar tanpa tanda jasa. Artinya, tanpa gaji yang memadai.

Saya jelaskan perkara gaji dulu, agar jelas. Gaji guru SMA di kabupaten atau kota saja berkisar antara 2-3 juta per bulan. Mirisnya, gaji guru SD justru jauh tenggelam, bisa hanya 300-600 ribu per bulan. Kasarnya, profesi menjadi guru masih sangat-amat tidak menjanjikan jika diandalkan untuk menopang kebutuhan hidup yang semakin melangit.

Yang mengerikan dari itu semua adalah, gaji di atas tergolong tinggi. Yang lebih remuk, buanyak.

Beban mengajar yang padat

Gajinya kecil, beban mengajarnya tinggi. Pada kasus ini, saya kaitkan dengan pengalaman pribadi sebagai guru honorer di salah satu SMA Negeri. SMA Negeri yang saya tempati tergolong elit di kota dan cenderung lebih sejahtera. Tapi, sesejahtera-sejahteranya honorer tetap dibayar per jam dalam seminggu untuk ukuran gaji 1 bulan. Per jamnya, guru honorer di sekolah besar hanya menyentuh angka 60ribu. Jika dalam seminggu mengajar 24 jam, maka hanya mendapat gaji 1,8jt.

Bisakah gaji 1,8jt digunakan untuk bertahan hidup selama sebulan? Saya sih nggak yakin. Lalu, cara naik gajinya gimana? Yaaa nambah jam mengajar.

Tidak sedikit guru honorer yang mengajar di atas 30 jam dalam seminggu. Itu pun, gajinya hanya menyentuh dua juta per bulan. Masih timpang dengan beban mengajarnya. Itu, kalau di sekolah yang dianggap sejahtera, yaitu di sekolah kota.

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Jangan Bilang Gen Z Adalah Generasi Anti Guru, Siapa pun Akan Mikir Berkali-kali untuk Jadi Guru Selama Sistemnya Sekacau Ini

Lalu bagaimana dengan sekolah yang ada di desa atau pelosok? Tentu lebih miris lagi.

Parahnya, ada sekolah yang hanya membayar guru honorernya dengan upah 20 ribu per jam. Kasarnya, mau ngajar berapa puluh jam pun, gaji per bulannya tidak akan menyentuh angka 3 juta. Remuk sak remuk-remuke.

Beban moral yang besar

Kita tahu sendiri bahwa beban mengajar tidak hanya menguras tenaga dan pikiran saja, melainkan juga berkaitan dengan beban moral atas siswa-siswa yang kita didik. Saya pikir terlalu kejam jika mendidik generasi bangsa hanya dijadikan sebagai formalitas mencari uang aja. Sebab, masa depan, gerak pikir, dan daya kembang mereka bergantung pada guru sebagai pendidik. Jadi, beban moralnya besar dan tidak bisa disepelekan.

Bersahajalah guru yang terus overthinking tentang siswa-siswinya.

Dianggap rendah di generasi sekarang

Di era yang semakin canggih seperti hari-hari ini, profesi guru semacam kehilangan marwah kehormatannya. Generasi sekarang semakin kehilangan gairah untuk bercita-cita menjadi guru. Faktanya jelas saja, saat saya tanya pada siswa-siswa saya tentang cita-cita mereka, nyaris tak ada yang menjawab ingin menjadi guru. Hampir semua siswa menjawab profesi-profesi baru yang semakin beragam, seperti menjadi gamer, YouTuber, influencer, TikTokers, selebgram, dan sejenisnya.

Ketika saya tanya lebih jauh, jawaban mereka seakan mengisyaratkan bahwa menjadi guru itu terlalu biasa. Tidak keren dan gajinya kecil pula. Anak sekarang mana mau. Ya nggak apa-apa juga sih sebenernya, tapi ya… begitulah.

Tidak boleh salah

Guru, digugu dan ditiru. Anggapan itu masih dalam mode yang keliru. Dengan dalih itu, mereka dituntut untuk terus benar dengan segala keterbatasannya. Ketika melakukan kesalahan, marwah keprofesiannya sebagai pendidik langsung dibawa-bawa seakan-akan bisa tercoreng dengan sangat tidak terhormat.

Dengan kata lain, mereka adalah insan yang harus terus benar dengan segala dramanya, tidak boleh salah dan menjadi “jaim” selamanya. Jujur saja itu melelahkan.

Jenjang karier terlalu panjang, apresiasinya tak seberapa

Jaminan karier dan materil yang mantap, rasa-rasanya jauh dari pangkuan para guru. Apalagi guru-guru sekarang yang sudah tidak lagi bisa menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara), melainkan menjadi PPPK atau P3K yang penuh polemik. Untuk menjadi guru P3K, sekurang-kurangnya sudah pernah mengabdi di salah satu sekolah. Barulah kemudian secara administratif bisa mendaftar menjadi P3K dengan kontrak yang bisa kapan saja diputus.

Terlebih lagi, promosi naik pangkat yang semakin jelas dan begitu panjang dan teramat rumit. Sudah rumit, naiknya tidak seberapa lagi. Riskan.

Jika guru yang ASN, memang masa tua terjamin, tapi harus mengabdi sekian puluh tahun dengan kenaikan pangkat dan apresiasi yang juga tak seberapa. Gitu masih dinyinyirin sama petinggi negara bahwa pensiunan guru cenderung membebani negara. Lah, kan mengabdi puluhan tahun, layak dong diberi jaminan hari tua. Harusnya yang dinyinyirin itu para DPR, kerja cuma 5 tahun, dapat jaminan seumur hidup. Wes-wes, mumett.

Gimana, masih mau jadi guru?

Penulis: Naufalul Ihya Ulumuddin
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Profesi Guru Memang Tak Bikin Kaya, tapi Profesi Lain Juga Tidak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 Maret 2023 oleh

Tags: guruPahlawan Tanpa Tanda Jasa
Naufalul Ihya Ulumuddin

Naufalul Ihya Ulumuddin

Pegiat sosiologi asal Madura. Tertarik isu pendidikan, kebijakan sosial, dan keluarga. Cita-cita tertinggi jadi anak yang berbakti dan suami ideal untuk istri.

ArtikelTerkait

Dosa Jurusan Pendidikan pada Mahasiswanya yang Membuat Hidup Mereka Menderita Mojok.co

Dosa Jurusan Pendidikan yang Membuat Hidup Mahasiswanya Menderita

10 September 2025
Ironi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Buangan dan Tidak Ingin Menjadi Guru Mojok.co

Ironi Mahasiswa Jurusan Pendidikan: Buangan dan Tidak Ingin Menjadi Guru

1 November 2023
guru bukan pegawai IT mojok

Menguasai IT Perlu, tapi Tugas Guru Bukan Itu

22 November 2020
Hal-hal yang Butuh Banyak Uang di Sekolah selain Wisuda dan Perlu Dibenahi

Hal-hal yang Butuh Banyak Uang di Sekolah selain Wisuda dan Perlu Dibenahi

8 Juli 2023
Bersikap Adil pada Pak Ribut, Isu LGBTQ, dan Segala Keributannya Terminal Mojok.co

Bersikap Adil pada Pak Ribut, Isu LGBTQ, dan Segala Keributannya

28 Maret 2022
Fingerprint

Hubungan Fingerprint dengan Merosotnya Angka Pernikahan Kaum Adam dengan Guru

16 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

Ngemplak, Kecamatan yang Terlalu Solo untuk Boyolali

15 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.