#3 Ayam pop ada kulit ayamnya
Ayam pop adalah salah satu menu favorit saya di RM Padang. Selain ayam pop, biasanya warung Padang juga menyediakan ayam balado, ayam bakar, ayam bumbu, atau ayam gulai. Di warung Padang yang nggak asli, kebanyakan hidangan ayamnya diolah bersamaan dengan kulitnya. Jadi kulit ayamnya nggak dibuang, sebab orang Jawa memang suka makan kulit ayam.
Namun, hal tersebut justru nggak berlaku di Minangkabau. Orang Minang memasak ayam tanpa menyertakan kulit. Coba deh diamati, jika kita makan ayam pop di Padang kulit ayamnya umumnya nggak disertakan.
Selain alasan tradisi—orang Minang ada yang mempertahankan tradisi nggak makan bagian tertentu dari ayam seperti kulit, usus, ceker, dan bagian depan kepala—, ada juga yang mengatakan ketiadaan kulit ayam ini karena lebih praktis. Di Sumbar, orang membeli ayam di pajak (pasar) dalam kondisi segar (disembelih langsung ketika konsumen datang). Nah, agar praktis, setelah disembelih ayamnya akan langsung dikuliti oleh tukang jagalnya.
#4 Masakannya encer
Masakan Minang itu kental, kaya akan bumbu rempah dan banyak santan. Nah, ketika masakan Padang sampai di Pulau Jawa malah encer dan berbeda dengan aslinya. Ada juga yang beranggapan jika orang Jawa takut kolesterol kalau masakannya terlalu kental makanya dibuat agak encer. Tapi, hal tersebut justru bikin nasi padang jadi kurang autentik. Namanya bumbu Padang ya nendang dan full body lah, kalau encer namanya kuah sop, dong.
#5 Cuma ada sambal ijo, nggak ada sambal merah
Selain kaya akan bumbu rempah dan kental, karakter masakan orang Minang itu pedas. Dalam kaidah kuliner Minang kita mengenal sambal ijo dan sambal merah. Masalahnya, kebanyakan warung Padang di Jawa justru meniadakan sambal merahnya. Padahal sambal merah itu salah satu nyawa masakan Padang, lho.
Fyi, cabai di Sumbar kadar airnya lebih sedikit dari pada di Jawa, sehingga menghasilkan rasa pedas yang khas. Ada beberapa RM Padang yang juru masaknya asli Minang sampai rela mendatangkan cabai merahnya langsung dari Sumbar, lho, agar rasanya autentik. Namun penjual nasi padang yang bukan orang Minang biasanya nggak mau repot-repot melakukannya dan malah langsung meniadakan menu sambal merahnya. Tobat klean.
#6 Jualan ikan lele
Di Surabaya ada warung nasi padang yang jualan lele goreng dengan sambal ijo khas Padang. Ini adalah dosa besar, sebab orang Minang biasanya nggak memasak lele untuk dijual, baik itu olahan lele yang digoreng atau dibakar. Yang suka jualan lele itu orang Lamongan, bukan Minang, ya.
Itulah enam dosa yang kerap dilakukan penjual nasi padang yang mengaku dari Minang. Memang sih nggak ada kewajiban harus orang Minang yang membuka warung Padang, tapi tetap terasa janggal saja kalau label warungnya Padang tapi hidangannya nggak mencerminkan kaidah masakan orang Minang.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Nasi Padang Jadi Makin Murah Dibanding Nasi Warteg.