Berkeringat ialah hak segala bangsa. Tanpa terkecuali bagi mereka yang mengalami gangguan penglihatan seperti saya. Sejak tahun 2011, saya mengidap ablasio retina. Sejak saat itu pula, saya kemudian dibaiat menjadi seorang difabel netra.
Kendati saya adalah difabel netra, saya tetap melakukan beberapa aktivitas kayak biasanya, seperti membaca, menulis, termasuk juga berolahraga. Akan tetapi kendalanya, nggak banyak orang paham olahraga apa yang bisa saya lakukan. Hal itu otomatis membuat saya bingung harus berolahraga sama siapa. Pasalnya, jika berolahraga sendirian, mungkin saja itu bisa bikin bosan yang berakibat kegiatan tersebut berhenti dan untuk memulainya kembali jadi ringkih alias susah banget.
Nah, sebenarnya ada banyak sekali olahraga yang bisa dilakukan seorang difabel netra. Bahkan, beberapa olahraga tersebut masuk ke dalam cabang Paralympic atau olimpiade yang didesain untuk kami, para kaum difabel netra. Apa saja olahraga tersebut?
#1 Jogging
Jogging bisa dikatakan berlari. Hanya saja nggak terburu-buru alias santai. Olahraga ini termasuk ringan dan murah. Lantaran jogging masih saudaraan sama lari, asal tahu saja, olahraga ini termasuk yang dikompetisikan dalam Paralympic. Dan para pelarinya adalah difabel netra.
Caranya? Para pelari itu memang telah dilatih sebelumnya. Dan ketika kompetisi, mereka diberikan guide runner untuk membimbing mereka tetap lurus pada lintasan lari. Antara guide runner dan pelarinya telah dikaitkan seutas tali. Kira-kira panjangnya semeter. Dengan begitu, para pelari akan berlari tanpa kesasar ke tribun penonton.
Untungnya jogging nggak seperti itu. Untuk melakukannya bareng difabel netra cukup mudah. Kalian dapat melakukannya kayak gandeng difabel netra pada umumnya. Bagi yang belum tahu caranya, santai saja, mudah banget, kok.
Letakkan tangan difabel netra siku atau bahu, kemudian berlarilah pelan. Jangan lupa perhatikan jika ada gundukan, lubang di jalan, lubang di selokan, genteng yang agak turun, atau dahan pohon dan sekar-akarnya. Selanjutnya, carilah jogging track yang aman dan traffic-nya nggak terlalu padat. Soalnya semua hal itu bisa mengganggu konsentrasi, lho. Yang paling penting, ingat-ingatlah haluan mobil. Sebab, menggandeng difabel netra itu seperti mengendarai mobil.
Pernah suatu ketika saya jogging dengan salah seorang kawan. Awalnya memang kayak jogging. Santai dan nggak terlalu terburu-buru. Tapi lama-lama, kawan saya semakin nambah kecepatan. Kalau sudah seperti itu, saya akan lepas pegangan dan pura-pura senam SKJ, biar nggak malu. Hehehe
#2 Catur
Permainan ini juga termasuk salah satu cabor di Paralympic. Para difabel akan dipertandingkan sesuai dengan jenis difabelnya. Misalnya, netra dengan netra, tuli dengan tuli, dan lain-lain.
Dalam kehidupan sehari-hari difabel netra dapat bermain dengan siapa saja. Namun, ada beberapa kekhususan dalam memainkan catur dengan difabel netra.
Pertama, papan caturnya sedikit ada modifikasi. Papan catur netra memiliki kota-kotak yang timbul tenggelam. Kalau nggak, yang hitam yang timbul. Tentu saja, yang putih yang tenggelam. Hal itu memudahkan difabel netra untuk mengidentifikasi serangan dan pertahan mana yang lemah. Sehingga dapat cepat diketahui mana yang harus digerakkan. Papan caturnya pun juga dibuat berlubang-lubang. Fungsinya untuk memasukkan buah caturnya.
Kedua, pada bagian bawah buah catur dipasang kayu yang kecil sebesar lubang pada papan caturnya. Ini agar ketika saya meraba papan caturnya, buah-buah catur itu nggak ambyar.
Ketiga, untuk membedakan buah caturnya, pada salah satu warna diberi paku pines yang ditusukkan di atas buah catur. Makanya saya bisa membedakan mana buah catur dan mana yang bukan. Semisal nggak ada tandanya, alih-alih menggerakkan buah catur sendiri, malah buah catur lawan yang digerakkan.
Sedikit catatan bagi kalian yang main catur bareng difabel netra, jangan coba curang dan merasa kami nggak tahu. Sebab, kemungkinan untuk curang seperti menggeser atau menghilangkan salah satu perwiranya itu pasti ada suaranya. Itu pernah dilakukan kawan saya ketika bermain catur. Saya mengetahuinya dari derak suara papan catur dan napasnya yang tengil ketika menahan tawa. Namun, saya diam dulu. Sengaja, seolah-olah saya tertipu. Baru kemudian, teman saya tertawa. Gara-gara tawanya saya juga ikutan ketawa. Akhirnya malah jadi lomba ketawa.
Ada kalanya saya bermain catur tanpa papan catur. Jadi, cuma pakai notasi. Seperti Kuda C3, Menteri A4, dan sebaginya. Dan itu bisa dilakukan via telepon. Tapi biasanya setelah permainan, saya jadi sangat lapar.
#3 Renang
Renang juga merupakan salah satu cabor dalam Paralympic. Memang benar renang dilakukan oleh masing-masing. Nggak berbarengan seperti jogging. Namun ketika berada di kolam renang, saya butuh seseorang minimal untuk membantu saya ke kamar ganti. Kan tahu sendiri, kebanyakan kolam renang di sini masih belum ada guiding block-nya. Bisa-bisa saya salah ruang ganti nanti.
Ketika berenang barengan, saya merasa lebih aman. Semisal pas apes kayak kaki kram atau hal lain yang membahayakan. dapat diminimalisir.
#4 Silat
Pas dulu masih kuliah, saya dan teman senasib pernah mengikuti pencak silat. Hal ini kami lakukan lantaran pencak silat itu memang bisa dibilang accessable bagi kami. Jadi, ada semacam teknik khusus buat para difabel netra.
Setiap difabel netra didampingi setidaknya satu mentor yang melihat jika ada gerakan yang salah pada kami. Gerakan-gerakan tersebut difokuskan untuk pernapasan dan melatih kepekaan kami pada getaran. Terkadang pula kami diajarkan gerakan untuk melindungi diri, semisal dari pitingan atau kuncian orang-orang yang akan berbuat jahat.
Sebagai mentor, mereka juga menjadi objek praktik gerakan-gerakan itu. Dan meski terkadang ada yang kesakitan, hal itu tetap berlanjut hingga lulus kuliah. Kalau di Paralympic ada olahraga judo. Itu juga bisa dicoba tanding dengan difabel netra. Jadi silakan saja mau pilih pencak silat yang mana.
#5 Tertawa
Nggak dimungkiri, tertawa memang bukan salah satu bagian dari olahraga mana pun di dunia ini. Tapi perlu diketahui, ternyata tertawa dapat membakar kalori dalam tubuh.
Ketika tertawa, frekuensi jantung bertambah 10-20 persen. Dengan begitu, metabolisme tubuh akan meningkat, lalu membakar kalori dalam tubuh. Untuk setiap tawa selama 10-15 menit, setidaknya akan membakar 10-40 kalori. Lah, semisal 24 jam ketawa gimana?
Saya sih nggak pernah mencoba ketawa seharian. Namun setidaknya saya ketawa selama beberapa menit dalam sehari. Biasanya sih gara-gara guyon bareng teman. Sayang untuk sekarang ini, lantaran pandemi Covid-19, saya jadi sulit bertemu dengan teman-teman dan hanya bisa menyapa mereka melalui telepon. Atau kalau biasanya teman-teman saya sibuk, saya akan mencoba mendengarkan hal-hal lucu lainnya, misalnya kayak lampu merah Kota Depok.
BACA JUGA Pertanyaan-pertanyaan Absurd yang Sering Ditanyakan ke Difabel Netra dan tulisan Dendy Arifianto lainnya.