Berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, terkait penanganan pandemi Covid-19, pada hakikatnya adalah menyelamatkan rakyat. Akan tetapi, pada faktanya justru lebih banyak menyengsarakan rakyat.
Ditambah lagi dengan perkataan menteri yang satu dengan yang lainnya itu berbeda-beda terkait pandemi Covid-19. Terbaru misalnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan berbeda pendapat soal bantuan asing untuk penanganan pandemi Covid-19.
Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa mereka bergerak sendiri tanpa konsolidasi. Terus pertanyaan saya apa gunanya grup WhatsApp? Atau jangan-jangan grup WhatsApp kabinet sepi?
Namun, sebagai rakyat, kita harus paham ada dua poin penting terkait perkataan pemerintah. Pertama, apa yang diucapkan oleh pemerintah selalu benar. Kedua, jika yang diucapkan oleh pemerintah salah, kembali ke poin pertama.
Tidak usah jauh-jauh, Lord Luhut yang merupakan Koordinator PPKM Darurat berkata, “Yang bilang Covid-19 tak terkendali, saya tunjukkan ke mukanya kita terkendali.” Kemudian, ia berkata, “Corona varian delta tak bisa dikendalikan.” Seperti dua poin yang saya sebutkan di atas, maka apa yang dikatakan oleh opung itu benar. Oleh karena itu, kita harus mempercayainya.
Rakyat juga dibuat greget, terkait Pak Jokowi yang tidak turun langsung memimpin penanganan Covid-19. Seperti yang kita ketahui, ia selalu menunjuk menterinya untuk memimpin penanganan pandemi ini. Namun, kita harus memaklumi mengapa Jokowi tidak turun langsung memimpin penanganan Covid-19.
Saya mencari kemungkinan yang membuat Jokowi tidak turun langsung memimpin penanganan Covid-19. Alahasil, didapatkanlah lima kemungkinan, berikut penjelasannya.
1# Memberikan kesempatan yang lebih senior
Seperti yang kita ketahui bersama dalam penanganan pandemi, maupun masalah yang genting. Presiden Jokowi selalu menunjuk Luhut untuk menangani permasalahan tersebut. Terkait hal tersebut kita tidak boleh nyinyir, justru kita harus mengapresiasi langkah yang dipilih oleh Pak Jokowi ini. Beliau tidak turun langsung menangani Covid-19 karena memberikan kesempatan kepada yang lebih senior.
Hal tersebut patut untuk kita tiru. Lantaran Pak Jokowi begitu menghargai seniornya. Apalagi opung Luhut itu berpengalaman dan mengetahui segala hal. Dengan kata lain, opung Luhut itu serba bisa. Melihat pengalaman opung Luhut, bukan hal yang tidak mungkin bahwa pandemi Covid-19 di Indonesia dapat hilang, sehingga Pak Jokowi tidak perlu turun langsung.
2# Supaya para menterinya kerja keras
Presiden Jokowi terkenal dengan semboyan, “Kerja, kerja, kerja.” Jadi, menurut saya, itu adalah upaya Pak Jokowi untuk menerapkan semboyan tersebut kepada para menteri-menterinya.
Tentu para menteri ini harus berhati-hati. Pasalnya, jika tidak berhasil menangani Covid-19 takutnya nanti akan diganti, loh. Jadi dengan kata lain, Pak Jokowi ingin mengetahui seberapa kerasnya para menteri untuk menangani pandemi ini.
3# Melatih kesabaran rakyat
Kemungkinan yang ketiga mengapa Pak Jokowi tidak turun langsung memimpin penanganan Covid-19 karena ia sedang berusaha untuk melatih rakyatnya bersabar. Agaknya, dalam hal ini upaya yang dilakukan oleh Pak Jokowi bisa dikatakan berhasil.
Berhasil, sebab rakyat banyak yang diam terkait kebijakan penanganan Covid-19 yang dibuat oleh pemerintah. Mengapa rakyat diam? Apalagi kalau bukan karena takut diserang oleh para buzzer. Alhasil, mereka hanya bisa bersabar atas kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat kecil.
4# Belum saatnya turun langsung memimpin penanganan Covid-19
Kemungkinan selanjutnya, Pak Jokowi ini belum berpikiran untuk turun langsung memimpin penanganan Covid-19. Mungkin saja beliau menunggu momentum yang pas untuk menunjukkan citra kepemimpinannya.
Lagian, kan, para menteri itu kepanjangan tangan presiden. Selain itu, para menteri yang ditunjuk untuk menangani pandemi Covid-19 selalu laporan langsung kepada Presiden. Berarti Presiden itu sama saja memimpin langsung, bukan? Mungkin saja Pak Jokowi berpikiran seperti itu. Ia mengira bahwa telah memimpin penanganan Covid-19 secara langsung. Padahal, mah. Hehehe.
5# Bingung
Kemungkinan yang kelima, Pak Jokowi ini bingung bagaimana caranya menangani pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, karena kebingungannya Pak Jokowi menunjuk menterinya untuk menangani pandemi ini. Perlu kalian ketahui, kebingungan itu sering kali membuat segala sesuatu yang dikerjakan tidak dapat selesai dengan maksimal.
Pak Jokowi tentunya memiliki kepercayaan yang tinggi, terhadap para menterinya, terutama terhadap Lord Luhut. Semoga saja penunjukan Lord Luhut ini tidak membuat Pak Jokowi bingung. Pasalnya, jika Pak Jokowi bingung, apalagi rakyatnya, pasti juga bingung.
Itulah lima kemungkinan yang membuat Pak Jokowi tidak turun langsung memimpin penanganan Covid-19. Mari kita tunggu dan aminkan bersama-sama agar beliau segera turun langsung memimpin penanganan Covid-19.
BACA JUGA Jadi Fans JRX yang Percaya Covid-19 Lebih Mudah Daripada Jadi Fans Jokowi dan tulisan Malik Ibnu Zaman lainnya.