Pasar bagi industri mode sesungguhnya sudah berada di titik jenuh. Perusahaan di bidang fashion berkompetisi dalam red ocean di mana pelaku bisnis dalam jumlah yang banyak berebut pangsa pasar yang sama. Akan tetapi, anomali terlihat pada penjualan produk tas mewah berharga fantastis. Permintaan produk tersier tersebut terus bertumbuh bahkan para calon pembelinya harus rela menunggu antrean untuk memperoleh tas impian mereka. Bukan hanya menyentuh angka puluhan juta, angka ratusan juta, bahkan miliaran pun tidak menjadi hal yang mustahil untuk brand tas high fashion seperti Hermes.
Bagi kita rakyat jelata yang belanja minyak goreng saja kudu berpikir berkali-kali, fenomena tas dengan harga ratusan juta tersebut terdengar mengada-ada. Toh, fungsi utama tas, kan, untuk membawa barang-barang pribadi. Jadi, buat apa beli mahal-mahal? Jika disuruh membandingkan dan membayangkan mempunyai uang 500 juta, kaum mendang-mending seperti saya jelas akan memilih mencicil rumah daripada membeli tas yang kalau dimakan saja nggak bikin kenyang.
Akan tetapi, kekepoan saya berlanjut untuk menelisik mengapa orang mau saja merogoh kocek seharga mobil baru hanya demi sebuah benda bernama tas? Ternyata, selain karena pasarnya memang masih ada, tas yang sering dijadikan alat flexing tersebut memang memiliki value yang pantas dilabeli dengan harga gila-gilaan.
#1 Penggunaan bahan dengan kualitas wahid
Alasan pertama dan yang paling masuk akal tentu saja berkaitan dengan proses produksinya, termasuk dalam pemilihan bahan baku. Bahan utama yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tas kelas atas tersebut adalah kulit hewan asli, seperti anak lembu. Seperti yang kita tahu, bahan kulit asli mempunyai mutu dan ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan bahan sintetis yang rentan terkelupas dimakan usia atau disebabkan penyimpanannya kurang tepat.
Belum lagi, jika material kulit yang dipakai berasal dari hewan-hewan eksostis yang lebih sulit didapat seperti buaya, alligator, atau burung unta, harga yang dipatok untuk satu buah tas bisa membuat kita geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak? Apabila untuk memperoleh kulit buaya saja harus didatangkan dari tempat khusus seperti Florida, Australia, dan Sungai Nil?
Kecuali itu, penambahan logam mulia sebagai material pelengkap turut bertanggung jawab atas menjulangnya harga tas mewah tersebut, di luar kesuksesan branding yang dilakukan oleh perusahaan terkait. Tengok saja bagian hardware tas seperti kunci dan gesper. Tidak sedikit dari brand high-end tersebut yang menggunakan palladium hingga emas sebagai aksesorinya. Terkadang, beberapa seri tas mewah bahkan menyematkan tambahan batu mulia seperti berlian sesuai dengan pesanan khusus para pelanggan yang rela membelanjakan uang lebih.
Faktor berikutnya, selain bahan premium yang digunakan, proses pengerjaan berbagai tas mewah tersebut turut pula menyumbang alasan mengapa harganya bisa selangit. Sebagai contoh, masing-masing unit tas Hermes dibuat secara manual oleh tangan pengrajin yang juga harus bertanggung jawab terhadap kualitas unit yang dikerjakannya. Tidak heran, pengerjaan satu unit tas ini bisa sangat lama sehingga biaya pembuatan yang dibebankan pun berlipat ganda. Oleh sebab itu, harga yang dipatok untuk satu buah tas Hermes saja bisa mencapai nominal ratusan juta bahkan hingga miliaran.
#2 Eksklusivitas
Alasan yang kedua adalah eksklusivitas yang dijanjikan oleh brand tas ternama papan atas produk mereka. Masih terkait dengan proses pembuatannya yang rumit, masing-masing seniman tas berkeahlian tinggi tersebut bisa menghabiskan waktu hingga 48 jam untuk sekali pengerjaan, tergantung dari detail dan kerumitan tiap-tiap seri. Melihat dari konsumsi waktu yang dibutuhkan, jelas tidak mungkin tas tersebut bisa diproduksi massal layaknya tas produksi mesin pabrik.
Di samping pengerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi, setiap buah karya pengrajin Hermes akan menghasilkan karakteristik tas yang berbeda-beda mengingat prosesnya yang sangat sedikit sekali melibatkan mesin. Hampir semua proses dilakukan dengan tangan mulai dari memotong, menjahit, sampai memasang semua tetek bengeknya. Keunikan inilah yang menjadikan tas tersebut eksklusif dan pantas dibanderol dengan harga mencekik.
#3 Nilai investasi
Selanjutnya, alasan tas bernilai ratusan juta hingga miliaran tersebut tetap diburu oleh pencinta tas branded adalah sebagai instrumen investasi. Bagi kaum menengah seperti saya, mungkin investasi itu sebatas membeli tanah, emas, atau deposito di bank. Tetapi bagi para crazy rich, investasi tak melulu pada instrumen investasi konvensional. Mereka percaya bahwa tas mewah juga akan memberikan nilai jual yang lebih tinggi di kemudian hari, khususnya untuk seri tertentu yang memang langka.
Sebagaimana benda antik atau kuno yang semakin hari semakin bernilai tinggi, beberapa model tas mewah, khususnya merek Hermes, sering dijadikan alat investasi kaum borjuis. Misalnya saja, tas Birkin klasik diperkirakan memiliki harga jual dua kali lipat sejak produk tersebut dirilis di pasaran. Bagaimana bisa? Untuk contoh kasus Hermes ini, memang tidak semua orang bisa seenak jidat membeli seperti jika kita datang ke butik meskipun seandainya duit kita juga tidak terbatas. Untuk mendapatkan produk asli Hermes, seseorang diwajibkan terdaftar terlebih dahulu sebagai member VIP di toko resminya. Sudah jelas, untuk perkara membeli saja ribetnya setengah mati seperti ini yang artinya tidak sembarang orang bisa membelinya. Oleh karena itu, wajar saja jika tas mahal ini kemudian diincar banyak kaum jetset sebagai koleksi sekaligus investasi mereka.
#4 Simbol strata sosial
Alasan yang satu ini sudah menjadi rahasia umum. Selain jam tangan serta mobil sport, tas merupakan salah satu benda yang melambangkan kekayaan seseorang, khususnya kaum perempuan. Bahkan, sering terdengar selentingan jika belum menyanding Hermes, orang tersebut belum layak dinobatkan sebagai sosialita. Hal ini bisa dipahami mengingat harga satu tas Hermes seri tertentu bahkan bisa mencapai angka miliaran rupiah. Bagi beberapa orang, status sosial ini penting untuk dipertontonkan, entah untuk menunjang rasa percaya diri atau menciptakan image sebagai sosok yang sukses sehingga memuluskan urusan bisnis mereka di mata relasi serta klien.
Saking kuatnya merek Hermes ini sebagai simbol kesuksesan dan kemakmuran seseorang, usaha persewaan tas tersebut juga laris manis di kalangan tertentu. Gosipnya, beberapa nama tersohor di negeri kita pernah menggunakan jasa ini demi tampil maksimal di depan khalayak dan mendapatkan validasi dari masyarakat. Nah, kalau bisnis sewanya saja bisa laris manis, sudah tentu penjualan tas mahal tersebut ikut terdongkrak. Artinya, selama minat pasar masih tinggi, produk tersebut masih akan eksis di dalam industri fashion.
#5 Demand tak sebanding dengan supply
Faktor terakhir adalah adanya permintaan yang tidak sebanding dengan penawaran. Alasan terakhir ini terkait dengan beberapa poin yang sudah dibahas sebelumnya. Ingat, tas mewah ini adalah produk yang dibuat dengan kuantitas terbatas padahal mungkin banyak orang yang menginginkan dan memiliki kemampuan untuk membelinya tetapi kesulitan dalam mendapatkan akses untuk memperoleh tas tersebut. Jika permintaan lebih tinggi daripada penawaran, sesuai hukum ekonomi, harga barang tersebut akan semakin naik. Tak terkecuali pada produk-produk mewah seperti tas Hermes ini.
Yang perlu diingat, tas Hermes ini termasuk dalam kategori veblen goods. Ini artinya, semakin tinggi harga suatu barang maka orang akan semakin getol mendapatkannya. Ini karena adanya keyakinan bahwa barang tersebut berkualitas super dan prestisius. Itulah sebabnya, Hermes, khususnya tas Birkin, membatasi pasokan mereka hanya untuk klien khusus. Terlebih, para klien mereka tersebut harus menunggu beberapa tahun sebelum tas situ mendarat ke tangan mereka. Ketimpangan antara pasokan yang terbatas dengan daya beli yang tinggi akan mendorong pertumbuhan harga tas mewah tersebut.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Audian Laili
BACA JUGA Menanggapi Tas Seharga 20 Juta dan Kalimat: Kaya Dulu Aja, Bos!