Siapa sangka di balik mal dan perumahan elite di wilayah Surabaya barat, ternyata masih ada tempat bersejarah yang bisa kita kunjungi di sana. Bahkan arek Suroboyo sendiri belum tentu tahu, lho.
Surabaya memang terkenal akan sejarahnya. Maklum, sebagai Kota Pahlawan sudah tentu banyak peninggalan sejarah tersimpan di sini. Yang paling terkenal sih ada di daerah Surabaya bagian utara, lebih tepatnya di kawasan Kota Tua. Di sana, kalian bisa menengok berbagai macam gedung peninggalan Belanda seperti De Javasche Bank, gedung Internatio, dan Hotel Arcadia. Selain kawasan Eropa, ada juga kawasan lain yaitu Ampel dan Pecinan.
Selain Surabaya utara, peninggalan sejarah juga banyak ditemukan di Surabaya pusat dan selatan. Lalu, bagaimana dengan Surabaya bagian barat? Apakah isinya hanya mal mengingat tempat ini terkenal dengan crazy rich-nya? Ternyata daerah ini juga punya beberapa peninggalan sejarah. Bahkan orang Surabaya juga nggak banyak yang tahu, lho.
Daftar Isi
#1 Makam Sawunggaling, nggak banyak orang Surabaya yang menyadari tempat ini
Makam Raden Sawunggaling atau yang lebih dikenal dengan Makam Sawunggaling adalah salah satu peninggalan legendaris di Surabaya bagian barat. Makam ini terletak di Jalan Lidah Wetan Tengah No. 27, Kecamatan Lakarsantri.
Ketika SMA, sebetulnya saya selalu melewati tempat ini. Hanya saja saya nggak ngeh sampai guru Sejarah menerangkannya. Raden Sawunggaling atau Joko Berek adalah anak dari Jayengana III. Untuk menjadi Adipati Surabaya, sayangnya dia harus mengalami banyak cobaan, salah satunya dari VOC. Pada saat itu, VOC mengadakan sayembara untuk menggantikan adipati Jayengrana III.
Meski telah memenangkan sayembara tersebut, Joko Berek lagi-lagi masih dikerjai VOC dan saudara tirinya hingga akhirnya dia menghajar mereka. Dia lalu mendapatkan gelar Raden Sawunggaling sebelum melakukan perjalanan ke Batavia untuk memberantas VOC. Karena berhasil mengusir tentara VOC sementara, dia lantas dinobatkan sebagai pahlawan nasional Indonesia.
#2 Punden Dewi Larasati, tempat bersejarah lainnya di Surabaya bagian barat
Selain Makam Sawunggaling, di Kecamatan Lakarsantri juga ada sebuah punden yang diyakini sebagai makam pendiri kampung Kalisantri. Namanya adalah Punden Dewi Larasati alias Mbok Denok. Lokasinya ada di area RW 04, Kelurahan Lakarsantri, Kecamatan Lakarsantri. Uniknya, punden ini terletak di tengah-tengah Lapangan Golf Citraland Surabaya.
Menurut Suara Indonesia, Mbok Denok adalah sosok yang membabat alas sehingga Kampung Kalisantri bisa berdiri. Setelahnya nama kampung ini diganti oleh Pemkot Surabaya menjadi Lakarsantri. Punden ini juga selalu dirawat dan kabarnya telah direnovasi dengan membangun paving dan pendapa. Warga desa juga biasa mendatangi punden ini jika ada hajatan, terutama saat Ruwat Desa.
#3 Makam Pangeran Benowo terletak persis di belakang rumah sakit
Selain Kecamatan Lakarsantri, Kecamatan Pakal di Surabaya barat juga memilki makam bersejarah yang menjadi cikal bakal penamaan kelurahan dan kecamatan Benowo. Menurut Detikjatim, warga sekitar meyakini penamaan Benowo ini berasal dari Pangeran Benowo, putra Jaka Tingkir, yang makamnya ada di Benowo Krajan. Mereka juga mengatakan bahwa Mbah Tosari merupakan nama alias Pangeran Benowo.
Menurut juru kunci, Pangeran Benowo dulu pernah menjadi murid Sunan Giri dan diperintah untuk mengajarkan agama Islam ke warga sini. Sementara itu sumber lain mengatakan Pangeran Benowo juga salah seorang yang membabat alas daerah ini. Lokasi makam ini terletak persis di belakang Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ di Jalan Raya Benowo, Kecamatan Pakal.
#4 Ada makam santri pertama Sunan Ampel, Mbah Achmad Ali, di Surabaya bagian barat
Terakhir, di daerah Sememi Kidul, Kecamatan Benowo, terdapat makam Mbah H. Achmad Ali. Mbah Ali sendiri merupakan santri pertama Sunan Ampel. Pada usia 25 tahun, Mbah Ali ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyiarkan agama Islam di sekitaran Gresik.
Akan tetapi dalam perjalanannya, beliau memasuki sebuah desa yang dilanda kekeringan. Lalu Mbah Ali berdoa kepada Allah SWT untuk meminta hujan dan dikabulkan. Kemudian desa itu dinamakan Sememi yang berarti Sembayango Enggoh Manah Ingkang Ikhlas. Kabarnya, Mbah Ali menetap di sana hingga akhir hayatnya. Lokasi makam ini berada di dekat pintu masuk Western Regency, Sememi.
Surabaya bagian barat memang identik dengan crazy rich dan kemewahannya. Banyak perumahan dan mal mewah bertebaran di sana sehingga orang-orang beranggapan nggak ada hal bersejarah di sana. Padahal Surabaya barat juga punya banyak peninggalan sejarah yang bisa kalian kunjungi. Setelah tahu keempat tempat di atas, tertarik mengunjunginya?
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Intan Ekapratiwi
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.