Siapa yang tak kenal Kak Ros. Perempuan muda dengan suara lantang dan tangan yang refleks mencubit ini adalah salah satu karakter paling ikonik dalam serial “Upin Ipin”.
Penonton mungkin lebih sering fokus ke kelucuan si kembar atau petuah bijak Tok Dalang. Tapi sebenarnya, Kak Ros adalah tulang punggung rumah tangga. Banyak yang meremehkannya padahal keberadaannya vital.
Banyak orang menyimpulkan karakter Kak Ros menjadi 1 kata, yaitu galak. Memang tidak sepenuhnya salah. Tapi menilai karakternya hanya dari galaknya itu seperti menilai rendang cuma dari warnanya. Terasa dangkal dan nggak adil untuk serial “Upin Ipin”.
Daftar Isi
Galak, bertangan besi, tapi hati Kak Ros sangat lembut
Kita nggak bisa menutup mata kalau galaknya Kak Ros itu legendaris. Bahkan dalam berbagai meme internet, namanya sering bersanding dengan tokoh-tokoh galak fiksi lain seperti Bu Broto dari sinetron lawas atau tante-tante tetangga yang suka nyuruh anak orang menyapu halaman rumahnya.
Namun, di balik legendary level galaknya itu, kita justru melihat sosok perempuan muda yang terpaksa jadi dewasa lebih cepat. Dia harus mengurus Upin Ipin yang super aktif. Sudah begitu, dia juga menjadi pengganti orang tua.
Coba pikir. Masih remaja, sudah harus menjadi orang tua dadakan untuk Upin Ipin. Kita nggak boleh meremehkan keadaan seperti ini. Nggak semua bisa menanggung beban seberat itu. Kita aja gampang ngeluh, Kak Ros udah menang jauh.
Galaknya Kak Ros bukan karena jahat, tapi bentuk lain dari cinta. Mirip kayak ibu-ibu yang kalau marah karena anaknya main HP terus, padahal diam-diam beliau udah siapin makan siang di dapur.
Bentuk cinta yang nggak selalu manis, tapi mendalam. Cinta yang penuh disiplin. Disiplin yang membuat Upin Ipin tumbuh jadi anak sopan, ramah, dan cerdas. Tanpa dirinya, bisa jadi si kembar itu udah jadi anak nakal.
Role model bagi universe Upin Ipin
Selain jadi kakak dan ibu pengganti, Kak Ros juga jadi representasi perempuan mandiri di layar kaca. Dia jarang terlihat mengeluh, selalu bekerja keras, dan tetap bisa menjaga penampilan. Bahkan saat sibuk marah-marahin Upin Ipin, lipstik Kak Ros tetap on point. Ini namanya konsistensi.
Coba lihat realitas sosial kita. Banyak anak muda sekarang yang ketika mendapat tanggung jawab sedikit saja langsung update status: “Mental breakdown.” Kak Ros, menghadapi Upin Ipin yang hiperaktif setiap hari dan tetap bisa masak gulai ikan tongkol tanpa salah bumbu. Harusnya dia dapat medali.
Sayangnya, yang lebih banyak mendapat menit tayang adalah sifatnya yang galak. Menurut saya, profilnya sebagai perempuan kuat yang tidak kehilangan kelembutan, galak tapi sayang, tegas tapi tetap empati wajib mendapat porsi lebih.
Bahkan dalam beberapa episode, terlihat jelas bahwa meskipun galak, Kak Ros sangat menyayangi Upin dan baik secara emosional maupun dalam tindakan kecil. Tapi ya gitu, sayangnya momen-momen itu kalah viral sama cubitannya.
Tulang punggung serial “Upin Ipin”
Bayangkan kalau nggak ada Kak Ros. Rumah pasti kayak kapal pecah. Upin Ipin bangun jam 10, nggak mandi, makan mie instan 3 kali sehari, dan Opah stres sampai masuk UGD. Tok Dalang mungkin turun tangan, tapi endingnya pasti dia ceramah 2 jam sambil ngopi sendiri.
Kak Ros adalah penyeimbang, tulang punggung, dunia Upin Ipin. Tanpa dia, tidak akan ada disiplin. Tidak akan ada pelajaran tanggung jawab. Dan yang paling penting, tidak akan ada sosok perempuan muda yang bisa menunjukkan bahwa menjadi galak bukanlah aib.
Jadi, lain kali kalau ada yang bilang dia cuma galak, kasih tahu: galak itu perlu. Apalagi kalau kamu hidup serumah sama Upin Ipin yang hobi bikin kekacauan setiap 5 menit sekali.
Penulis: Brigita Maria Juliska
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Derita Kak Ros Sebagai Anak Pertama di Serial “Upin Ipin”
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.