Sering kali, ketika berkumpul dengan teman-teman yang tidak memiliki kendaraan pribadi, saya menjadi “korban” yang harus siap sedia untuk memberi tumpangan atau tebengan. Setiap kali ada acara yang tak bisa dijangkau hanya dengan berjalan kaki, teman-teman saya akan segera mengajak saya ikut. Mereka berharap bisa nebeng kendaraan saya. Selain mempererat hubungan pertemanan yang akrab, jadi penebeng bisa hemat ongkos transportasi.
Sebagai pemilik kendaraan, saya kadang merasa senang membantu. Sayangnya, tidak semua penebeng sadar akan kenyamanan pengemudi. Keikhlasan pemilik kendaraan untuk membantu teman sering kali berubah menjadi rasa kesal karena penumpang yang hanya memikirkan diri sendiri. Di bawah ini saya tulis beberapa kelakuan menyebalkan yang biasa dilakukan orang yang nebeng.
Daftar Isi
#1 Penebeng tidak tepat waktu
Merujuk dari pengalaman saya, tidak tepat waktu adalah kesalahan yang paling sering dilanggar. Teman-teman saya sering meminta tumpangan dengan janji akan siap pada jam tertentu. Namun, ketika waktunya tiba, justru saya yang harus menunggu. Kerap kali keterlambatan dengan dalih baru makan, baru mandi, paling parah baru bangun tidur.
Padahal, tugas penebeng seharusnya menunggu pengemudi, bukan sebaliknya. Bagi saya, disiplin waktu sangat penting karena sebagai pengendara, saya harus mengatur banyak hal, termasuk rencana perjalanan dan kesiapan kendaraan. Jika penebeng malah terlambat, ini bisa menjadi sumber frustrasi. Jadi, pastikan untuk selalu tepat waktu.
#2 Diam saja sepanjang perjalanan
Ketika menempuh perjalanan jauh, seperti perjalanan pulang dari Jogja ke Demak, bagi saya mengobrol menjadi cara efektif untuk mengusir kantuk selagi ada teman. Memang, aturan umum berkendara menyarankan untuk berhenti setiap empat jam untuk beristirahat. Namun, kadang rasa kantuk bisa datang tiba-tiba. Apalagi terkadang sebenarnya perjalanan Demak-Jogja tidak memerlukan empat jam untuk sampai lokasi.
Di sinilah peran penebeng sangat penting. Alih-alih hanya diam dan menikmati tumpangan, mereka sebaiknya membantu menjaga suasana dengan mengobrol ringan agar pengemudi tetap fokus dan tidak mengantuk. Tak perlu percakapan berat, obrolan ringan sudah cukup untuk membantu pengemudi tetap terjaga dari kantuk. Jangan mentang-mentang hanya nebeng lantas diam saja sepanjang perjalanan. Ingat, nebeng bukan hanya soal ikut menumpang, tapi juga soal memberi kontribusi positif selama perjalanan.
#3 Tidak menepati kesepakatan awal
Sering terjadi, saat awal teman meminta tumpangan, tujuannya sudah jelas. Namun, di tengah jalan, tiba-tiba mereka meminta mampir ke tempat lain. Sebagai orang yang menjunjung tinggi sikap “pakewuh” atau tidak enakan, saya sering merasa terpaksa mengiyakan permintaan mendadak itu. Hal ini tentu sangat mengganggu, terutama jika permintaan tambahan tersebut membuat saya harus menempuh rute yang jauh atau tidak sesuai rencana.
Penebeng seharusnya menghormati kesepakatan awal dan tidak seenaknya menambah tujuan tanpa mempertimbangkan perasaan dan kenyamanan pengemudi. Jika memang ada keperluan mendesak, setidaknya tanyakan terlebih dahulu apakah pengemudi bersedia. Pengemudi juga punya agenda lain yang perlu dihormati, dan tambahan rute bisa sangat merepotkan. Coba renungkan!
#4 Penebeng tidak patungan bensin
Namanya nebeng pasti tidak dipungut biaya. Walau begitu, penebeng sebaiknya tetap sadar diri bahwa kendaraan butuh bahan bakar. Salah satu bentuk penghargaan yang paling sederhana adalah ikut patungan membeli bensin. Bagi saya, ini tidak hanya membantu meringankan pengemudi, tapi juga menunjukkan sikap pengertian bahwa menumpang kendaraan teman tetap membutuhkan biaya operasional.
Sebenarnya penebeng tidak perlu patungan bensin setiap kali menebeng. Sesekali saja tidak apa-apa, sebagai tanda bahwa penebeng menghargai pengorbanan pengemudi, bukan hanya memanfaatkan tumpangan gratis.
Itulah beberapa keluhan menyebalkan penebeng kendaraan. Saya menuliskan ini bukan karena saya ingin berhenti memberi tumpangan, tetapi agar teman-teman tidak bersikap semena-mena dan lebih memperhatikan kenyamanan pengemudi. Dengan begitu, hubungan pertemanan tetap harmonis.
Penulis: Aditya Firmansyah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Aturan Tidak Tertulis di Pom Bensin, Perlu Diperhatikan oleh Pengendara yang Nggak Peka
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.