Tidak bisa dimungkiri, PKK begitu lekat dengan kehidupan saya. Sampai usia 7 tahun saya masih sering diajak ibu menghadiri PKK. Sebab ibu saya adalah pemegang iuran gotong royong yang nggak bisa absen sekaligus nggak bisa meninggalkan saya yang masih kecil sendirian di rumah. Mars PKK masih saja terngiang-ngiang di kepala saya. Saya merasa cukup akrab dengan kegiatan PKK sehingga saya merasa perlu menulis artikel ini.
PKK adalah singkatan dari Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga. Ide mengenai gerakan ini sudah digodok sejak tahun 50-an, tapi baru resmi diberlakukan secara nasional sejak 27 Desember 1972. Misinya sungguh mulia, yaitu menyejahterakan masyarakat dari lingkup terkecil, rumah tangga. Terlepas dari tujuan terselubungnya untuk menjinakkan gerakan perempuan dan mengembalikan peranan perempuan ke ranah domestik.
Daftar Isi
Kegiatan PKK yang monoton dan kurang produktif
Sepengamatan saya, sejak dulu hingga sekarang PKK punya template kegiatan yang tak jauh berbeda di setiap daerah. Yaitu kegiatan arisan bergilir di rumah-rumah warga. Sangat jarang kegiatan PKK yang melakukan kerja produktif, meskipun ada. Biasanya yang dikerjakan nggak jauh-jauh dari memperindah lingkungan, rangkap tugas sebagai kader posyandu, pengurus PAUD, atau latihan wirausaha. Itu pun produknya hanya dipamerkan pada lokakarya yang diadakan pemerintah atau bazar kampung, jarang yang dipasarkan skala besar.
PKK juga lekat dengan stigma tempat ngrumpi. Bagi sebagian orang, kegiatan PKK menjadi wahana rekreasi dari penatnya kehidupan berumah tangga. Tapi, bagi sebagian lainnya terutama kaum introvert, kegiatan PKK tak ubahnya ujian kesabaran. Masih banyak yang meniatkan menghadiri PKK demi menghindari pengucilan. Biar nggak dirasani warga lain gitu.
Dilihat dari situasi di atas, sebenarnya PKK nggak sepenuhnya buruk sebab bisa menjaga kampung tetap guyub. Hanya saja PKK perlu dimanfaatkan untuk kegiatan yang berdampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat. Sehingga 10 program pokok PKK bisa terimplementasikan dengan baik. Misalnya saja melalui kegiatan berikut:
Pencegahan politik uang dan penangkal hoax
Seharusnya PKK nggak cuma dimanfaatkan untuk panggung kampanye. Bisa juga menjadi media untuk mewujudkan demokrasi yang sehat, bebas politik uang dan bebas hoax. Sebab, praktik politik praktis semacam ini sangatlah berbahaya dan terbukti cuma bikin rakyat susah. Ujung-ujungnya korupsi tetap langgeng untuk balik modal biaya kampanye.
Jika benar-benar serius mau memberantas politik uang dan menangkal hoax, pemerintah melalui Bawaslu bisa memanfaatkan PKK untuk membentuk pola pikir masyarakat. Tak tanggung-tanggung, pendidikan ini bisa ditanamkan hingga ke akar rumput. Sosialisasinya tidak cukup dengan sekali atau dua kali pertemuan. Perlu upaya berkelanjutan untuk memastikan pola pikir masyarakat benar-benar terbentuk.
Menjadikan ibu-ibu sebagai sarana pendidikan politik adalah pilihan yang tepat. Mengingat perempuan sering dieksploitasi dengan iming-iming materi untuk menjual suaranya. Selain itu ibu adalah sekolah pertama untuk anak-anaknya. Sehingga jika pola pikir ibu sudah terbentuk baik, akan sangat mudah mewariskan kebiasaan baik ini pada keturunannya.
Bisa dibayangkan betapa luar biasa dampaknya jika para ibu punya kesadaran berpolitik yang sehat? Dijamin politik uang dan hoax nggak akan punya tempat di negeri ini. Kenyataannya, masyarakat yang buta politik dan mudah disogok memang sengaja dipelihara. Oleh karena inilah cara instan untuk menang bagi wakil rakyat kita yang malas mikir dan nggak mau berusaha. Angel, wes angel.
Menggali aspirasi perempuan
PKK seharusnya bisa menjadi tempat yang tepat untuk menggali aspirasi perempuan. Agar semakin banyak suara perempuan yang terwakilkan dalam konstitusi kita. Seharusnya PKK bisa menjadi tempat untuk sosialisasi berbagai regulasi yang berkaitan dengan perempuan. Misalnya tentang UUPPA, UU perkawinan, dan sebagainya. Terutama untuk masyarakat pelosok yang masih minim akses informasi.
Contoh simpelnya, perempuan bisa mengetahui bagaimana cara membuat laporan saat menjadi korban KDRT sekaligus minta perlindungan ke pihak yang berwenang. Soalnya banyak banget regulasi di negeri ini yang kurang transparan. Sosialisasi cuma berhenti di pemangku jabatan. Nah, Komnas Perempuan bisa lo blusukan ke kampung-kampung melalui PKK untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hak-hak perempuan.
Literasi finansial
Literasi finansial sangat penting untuk kaum ibu yang sebagian besar bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan keluarga. Sebenarnya bukan cuma kaum ibu yang perlu melainkan semua orang. Agar kita nggak cuma jago nyari uang, tapi juga mampu menggunakan uang secara bijak. Sebab selama ini masyarakat masih ragu-ragu untuk memiliki aset. Entah karena takut tidak aman atau merasa susah menyisihkan uang.
Jadi tak cukup mengajari ibu-ibu keterampilan berwirausaha. Barangkali bisa juga diperkenalkan dengan berbagai produk investasi, bagaimana cara berinvestasi yang aman, dan lain sebagainya. Contoh sederhananya tabungan emas yang lebih mudah dipahami lintas generasi dan cenderung stabil keamanannya karena menggunakan emas. Tabung emas sudah banyak tersedia di berbagai perusahaan investasi, bahkan Pegadaian.
Berhubung menyampaikan informasi ini nggak bisa sembarangan, kegiatan ini bisa bekerja sama dengan ahlinya. Bisa orang Pegadaian, koperasi, hingga bank ternama. Atau bisa juga akademisi sebagai program pengabdian masyarakat.
Kampanye ketahanan pangan dalam kegiatan PKK
Kegiatan ini bisa banget buat seru-seruan bareng. Nggak perlu nunggu ada demo masak dari perusahaan alat-alat dapur. Ibu-ibu bisa mengadakan kegiatan demo memasak menggunakan bahan pangan lokal. Barangkali banyak ibu-ibu muda yang kesulitan mengolah bahan-bahan makanan tradisional yang jarang dijual di supermarket. Nah, ibu-ibu senior yang kebetulan jago masak bisa tuh berbagi tips dan trik. Selain bisa sharing ilmu, kegiatan ini sekaligus menjadi kampanye ketahanan pangan lo.
Barangkali kegiatan di atas terdengar terlalu idealis dan ribet untuk dilaksanakan. Apalagi sifat dasar ibu-ibu PKK yang masih suka ngobrol sendiri kalau ada yang sosialisasi. Tapi percaya deh, pasti ada saja kok satu dua orang yang menyimak dengan seksama. Yang penting kan niat baiknya dulu, ygy.
Jika saran-saran di atas bisa dilaksanakan, bukan tidak mungkin keluarga dan masyarakat akan semakin sejahtera. Sesuai dengan nama dan cita-cita PKK itu sendiri. Memang sulit, tapi nggak buruk juga untuk dicoba kan?
Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Dharma Wanita, Kumpulan Ibu-ibu Super di Dunia Birokrat