Kita tahu, ada tiga kebutuhan dasar yang harus dipenuhi manusia: sandang, pangan, papan. Tapi, bergantinya zaman bikin kebutuhan dasar pun berganti. Sekarang, kebutuhan dasar manusia ada empat. Yaitu sandang, pangan, papan, dan Netflix.
Saya nggak bercanda perihal Netflix. Hiburan tak lagi jadi kebutuhan ke sekian, namun jadi yang utama. Hidup yang bergegas bikin hiburan jadi begitu krusial untuk manusia. Tak pelak, Netflix bercokol di puncak selama beberapa waktu belakangan.
Namun, nyatanya tak ada pesta yang tak berakhir. Pada April 2022 kemarin, Netflix mengumumkan jika mereka kehilangan 200.000 pelanggannya pada Q1 yang mengakibatkan nilai saham mereka anjlok sampai 35 persen dan jumlah nilai kapitalisasi mereka turun hingga 54 miliar dollar. Diprediksi mereka akan kehilangan dua juta pelanggannya di kuartal berikutnya.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Netflix? Kenapa dalam waktu yang singkat nilai saham mereka anjlok begitu besarnya?
Ada beberapa faktor yang menjelaskan tentang fenomena ini.
#1 Pesaing yang mulai menunjukkan taring
Ketika Disney mengumumkan bahwa mereka akan mengeluarkan platform streaming baru dan berencana menarik semua series Marvel yang ada di Netflix, banyak yang mulai berspekulasi bahwa akan ada perubahan besar dalam dunia streaming. Setidaknya, mereka akan menarik Marvel enthusiast yang jumlahnya jutaan itu ke platform Disney.
Dan itu benar. Disney+, yang awalnya hanya merambah film-film Disney dan MCU, akhirnya melebarkan sayap mereka ke film jenis lain. Serial Marvel yang mereka rilis selalu jadi hits. Serial flop? Sejauh ini sih, belum ada.
Meski belum bisa menyaingi, namun ini tanda jelas bahwa Netflix harus benar-benar waspada dengan pesaing-pesaing mereka. Dan mereka memang harus waspada.
#2 Pandemi yang akan berakhir
Pandemi yang akan berakhir bikin kehidupan mulai kembali seperti sedia kala. Benar, hiburan itu memang penting, tapi kesibukan yang meningkat bikin waktu untuk chill makin berkurang. Hal itu bikin beberapa orang memikirkan ulang untuk berlangganan layanan mereka.
#3 Biaya yang semakin tinggi
Ini yang harus dievaluasi lagi oleh Netflix. Bagaimana mungkin bisa bersaing dengan para pesaing jika biaya yang ditawarkan lebih tinggi dibanding yang lain?
#4 Berbagi akun
CEO Netflix, Reed Hastings menyatakan jika ada lebih dari 100 juta rumah tangga yang berbagi sandi atau akun. Potensi pendapatan mereka jadi menghilang. Andai saja mereka tak berbagi, bisa jadi masalahnya tak sebesar ini.
Yang mirip-mirip dengan berbagi akun itu adalah akun bajakan yang masih begitu banyak diperjualbelikan. Nah, ini bisa jadi pelajaran buat kita, kalau beli produk bajakan itu merugikan para penyedia layanan. Kalau bangkrut, gimana coba?
Faktor-faktor di atas harusnya bisa bikin Netflix mengevaluasi dirinya sendiri. Apakah akan tetap begini dan percaya semuanya bakal baik-baik saja, atau berubah demi kebaikan. Mereka sudah pernah mengalami penurunan pada 2010, dan harusnya, mereka bisa bangkit lagi.
Tapi, ya, kalau bisa cepet-cepet sih, soalnya pesaingnya pada gila kalau berinovasi. Ya nggak, Disney?
Penulis: Abdul Haqy Aji Prastian
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGAÂ 3 Serial Obi-Wan Kenobi Cocok untuk Kalian yang Nggak Ikutin Star Wars.