Bagi saya pribadi, kegiatan memangkas rambut harus rutin dilaksanakan setiap bulan. Bukan apa-apa, saya hanya tidak begitu suka rambut yang terlalu panjang. Oleh sebab itu, berkunjung ke tempat cukur rambut pria selalu ada di jadwal bulanan saya.
Namun, sayangnya, tidak semua tukang cukur rambut pria itu punya “pandangan” yang sama terkait banyak hal. Misalnya soal kebersihan, kemauan barberman untuk upgrade pengetahuan, dan lain sebagainya. Bagi saya, itulah dosa-dosa yang sering terjadi di tempat cukur rambut pria.
So, izinkan saya menjelaskan alasannya.
#1 Nggak update dengan hairstyle terkini
Sama seperti zaman, gaya rambut berkembang dengan cepat. Slicked-Back Undercut, High-Top Fade, Short and Spiked, dan Textured Crop adalah beberapa contoh gaya rambut yang sedang disukai pria. Jangan lupa Mullet yang mulai “hidup kembali”.
Nah, sayangnya, ada saja barberman di tempat cukur rambut pria yang nggak update. Sebagai contoh, ketika jadwal potong rambut tiba, saya berkunjung ke tempat cukur rambut pria yang masih baru di Palembang.
Saya minta tolong dipotong dengan gaya Low Fade. Celakanya si barberman ternyata nggak tahu Low Fade. Jadilah saya harus menjelaskan sedetail mungkin.
Saya sebetulnya nggak mau terlalu cerewet. Namun, kalau ilmu pengetahuan itu sifatnya wajib ditingkatkan demi pekerjaan, ya tolong dilakukan. Sesederhana itu.
#2 Tukang cukur rambut pria yang jarang mencuci cape
Barber cape adalah sebutan untuk kain penutup yang dipakai tukang cukur rambut pria maupun wanita agar rambut-rambut yang berjatuhan ketika dipotong tidak masuk ke pakaian. Namun, sayangnya, ada saja yang, entah lupa atau bagaimana, nggak mencuci cape secara rutin.
Saya tidak tahu kebiasaan masing-masing tempat cukur rambut pria untuk mencuci cape. Saran saya, sebaiknya cape harus sesering mungkin dicuci biar terhindar dari risiko kuman, bakteri, atau jamur.
Lagi-lagi saya mengalaminya sendiri. Begitu selesai dirombak, entah mengapa saya langsung merasakan gatal-gatal di area leher. Mulanya, saya mencoba berpikir positif. Namun, setelah selesai mandi, rasa gatal itu tidak hilang. Setelah berobat, ternyata leger saya terinfeksi jamur belum lama ini, kata dokter.
Yah, “benda asing” paling terakhir yang menempel di leher saya adalah cape tukang cukur rambut pria. Biar nggak ada lagi korban, tolong, cuci cape sesering mungkin.
#3 Memotong terlalu pendek
Dosa ketiga yang sering terjadi di tempat cukur rambut pria adalah perkiraan barberman yang meleset. Satu hal yang sering terjadi adalah barberman memotong terlalu pendek dan tidak sesuai dengan request pelanggan. Hal seperti ini terjadi, biasanya, karena tidak ada komunikasi intens di antara barberman dan pelanggan.
Saya sendiri lebih suka barberman di tempat cukur rambut pria yang sering bertanya karena suka detail. Sebagai pelanggan, sebaiknya kita juga sering mengonfirmasi potongan ke barberman. Jadi, pada akhirnya, sama-sama enak.
Kewaspadaan barberman harusnya meningkat ketika pelanggan minta, “Dirapikan sedikit.” Sebagai pelanggan, saya memahami kalau permintaan itu bisa menyesatkan barberman. Ukuran “rapi” dan “sedikit” itu sudah pasti berbeda antara satu dan pelanggan lainnya.
#4 Nggak punya kaca kecil
Salah satu kelemahan manusia adalah tidak bisa melihat bagian belakang kepalanya sendiri. Oleh sebab itu, wajib hukumnya, semua tukang cukur rambut punya kaca kecil biar pelanggan bisa menengok rambut di bagian belakang.
Jadi, pelanggan bisa memeriksa kondisi bagian belakang. Apakah kurang tipis, kurang rapi, atau perlu diubah kayak apa. Kaca belakang itu penting banget. Saya pasti akan sangat kaget kalau tukang cukur rambut pria nggak punya kaca belakang.
Namun, jangan salah, yang seperti itu bisa terjadi. Entah karena memang nggak punya atau barusan pecah dan belum sempat membeli pengganti. Jangan sampai “dosa” ini terjadi ya.
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Sejarah Barbershop, Tak Sekadar Tukang Cukur Naik Tingkat