Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

4 Alasan Warung Kelontong di Desa Sulit Berkembang lalu Gulung Tikar

Taufik oleh Taufik
23 September 2020
A A
Toko Kelontong Bukan Tempat Penukaran Uang, Tolong Kesadarannya, Hyung warung kelontong mitra tokopedia grosir online terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Suatu hari, saat saya bersama seorang teman lari-lari kecil di sekitar tempat tinggal kami di Jogja, kami melihat satu warung kelontong yang hampir selesai dibangun dan sudah terpasang plangnya. Warung itu bahkan sudah menjajakan beberapa barang di salah satu etalase yang tersedia.

“Kok ada lagi yang baru?” kata teman saya yang mendadak geregetan. Warung kelontong langganannya berada tepat di sebelah warung baru ini.

“Namanya juga di kota, Bro,” sahut saya seadanya.

“Di desa mah kalo ada gini ya langsung geger!” teman saya kini jadi berapi-api. Saya tidak mau berdebat karena sudah ngos-ngosan. Namun, apa yang kami saksikan hari itu membuat saya berpikir: kenapa ya banyak warung kelontong di desa-desa banyak yang tidak berkembang di desa-desa?

Pikiran itu membawa saya ke sejumlah dugaan….

#1 Takut tidak konsisten

Selama 19 tahun saya hidup dan menetap di desa, selama itu pula saya menyaksikan beberapa warung kelontong jatuh bangun berjuang untuk tetap eksis. Dari sekian yang mencoba peruntungan, hanya satu-dua yang sampai sekarang masih ada dan jadi rujukan tempat belanja. Bagaimana nggak jadi rujukan, adanya memang cuma itu. Hahaha.

Di desa yang penduduknya bisa dihitung dengan jari seperti di tempat saya, jangan tanya omzet harian ke pemilik warung kelontong. Mereka tidak akan paham. Satu hal yang mereka hayati sebagai penyemangat untuk tetap melanjutkan usahanya adalah laba. Itu saja cukup.

Nah, dari beberapa warung yang sudah tidak lagi eksis, saya melihat juga bagaimana ketidakkonsistenan membuat mereka tergulung zaman. Kalau nggak telaten, bisnis memang nggak bisa bertahan.

Baca Juga:

Fotografer Lari, Profesi dengan Potensi Cuan yang Amat Lumayan untuk Kamu Coba, Satu Foto Seharga Seratus Ribu!

3 Bisnis yang Meraup Untung kalau Sound Horeg Lestari

#2 Takut saingan sama pemilik warung lain

Alasan ini bisa jadi alasan yang tidak masuk akal jika dilihat dari sudut pandang ekonomi. Tapi, masyarakat desa sangat memperhatikannya. Tradisi iri dalam masyarakat desa kepada satu warung kelontong pendatang baru bisa berujung aksi boikot-memboikot. Dan jangan salah mengira, aksi ini mungkin tidak kasat mata, tapi lama-kelamaan akan dirasakan pemilik warung.

Drama akan terjadi. Konsumen akan dipaksa memilih salah satu kubu dan terlibat perang dingin. Endingnya ya salah satu mesti menutup warungnya. Agak kasihan juga sih, masa tutup warung hanya karena persaingan tidak sehat.

#3 Kasbon

“Nagasaki hancur karena bom, warung kelontong bangkrut karena bon.” Kutipan ini mungkin terdengar lucu, tapi kebiasaan orang desa yang “tidak enakan” dalam memberi utang menjadi satu dari sekian hal yang bisa menghambat perkembangan warung kelontong.

Anehnya lagi, walau tidak ada tradisi “orang yang utang lebih galak dari yang memberi utang”, rasa sungkan itu berkembang menjadi senjata. Di desa-desa, banyak yang berani mengambil utang karena memang mereka harus utang. Kalau tidak ya tidak makan, saking melaratnya. Bisa dibayangkan jika pemilik warung adalah orang yang gampang terenyuh (dan rata-rata memang begitu).

Berkembanglah kebiasaan utang-piutang yang sebenarnya berbahaya buat bisnis warung kelontong. 

#4 Sudah punya pekerjaan tetap

Masyarakat desa adalah masyarakat yang pengin hidupnya selo aja. Sejalan dengan hal itu, ambisi untuk mendapat sesuatu secara berlebihan tidak ada dalam kamus mereka. Ada prinsip yang berkembang dalam masyarakat di desa saya yang kira-kira bisa diterjemahkan begini: “Kalau sudah ada motor satu ya cukup, orang lain masih pada jalan kaki.” Makanya, mereka yang sudah punya pekerjaan, semisal guru, tidak akan neko-neko harus punya warung kelontong. Mereka yang sudah jadi nelayan juga tidak akan ujug-ujug pengin penghasilan tambahan jadi kuli bangunan.

Bagi kita mungkin tidak wajar karena jika peluang usaha dapat dimanfaatkan, kan bisa jadi tambahan income selain dari pekerjaan utama. Tapi ya memang begitulah adanya.

BACA JUGA Soe Hok Gie dan Mohammad Roem Saja Setuju dengan Perpeloncoan Ospek dan tulisan Taufik lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 September 2020 oleh

Tags: Bisnisekonomi mikro
Taufik

Taufik

Ide adalah ledakan!

ArtikelTerkait

Self Healing Jadi Peluang Bisnis, Etis atau Tidak?

Self Healing Jadi Peluang Bisnis, Etis atau Tidak?

4 Mei 2022
Influencer Mahal Nggak Akan Bikin Bisnis Coffee Shop Ramai, kalau Emang Ampas ya Siap-siap Bangkrut

Influencer Mahal Nggak Akan Bikin Coffee Shop Ramai, kalau Emang Ampas ya Siap-siap Bangkrut!

24 Oktober 2023
3 Bisnis yang Meraup Untung kalau Sound Horeg Tetap Lestari Mojok.co

3 Bisnis yang Meraup Untung kalau Sound Horeg Lestari

15 Januari 2025
Perlahan tapi Pasti, Warmindo Menggeser Angkringan dari List Tempat Makan Murah terminal mojok.co

5 Hal yang Harus Ada kalau Mau Sukses Bisnis Angkringan ala Jogja

16 Juni 2020
bisnis pertemanan orang ruwet mojok

Sebelum Mulai Bisnis, Pastikan Rekanmu Nggak Ruwet

1 November 2020
owner olshop

Teruntuk Para Owner Olshop yang Berakun Instagram Private: Kalian Mau Cari Pelanggan atau Follower?

23 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.