Saya telah beberapa bulan ini bekerja di sebuah kafe, mendapatkan kesempatan untuk mengemban tugas sebagai kasir di kafe tersebut. Meskipun sebenarnya jobdesk saya di sini hanya sebagai pramusaji, tapi oleh si bos, saya dituntut untuk bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan lain selain sebagai pramusaji. Seperti memproses pesanan dan menjaga kasur, eh kasir maksudnya.
Banyak yang mengira bahwa menjadi kasir itu mudah. Katanya, tugas seorang kasir itu ya cuma nunggu dan melayani pelanggan. Dan ketika sepi pelanggan, kerjaannya kasir ya tinggal duduk-duduk dan berselfie ria.
Baiklah, saya tidak akan menyangkal anggapan tersebut karena memang begitulah adanya. Tidak perlu saya mungkiri bahwa menjadi seorang kasir memang semudah itu, jika kita abaikan tanggung jawab seorang kasir terkait keuangan milik orang lain, yang itu cukup mengganggu kesehatan psikis saya. Lebih-lebih menjadi kasir di kafe yang mana tidak berlaku aturan-aturan formal yang biasanya njelimet.
Tapi, pekerjaan semudah ini pun bisa menjadi begitu rumit ketika saya harus melayani beberapa pelanggan tertentu dengan segala kerewelannya. Yaitu pelanggan yang saat memesan, mereka suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terbilang cukup absurd sehingga memancing emosi saya.
Selama saya menjadi penjaga kasir, setidaknya ada tiga pertanyaan yang sangat sulit untuk saya lupakan karena berngiang-ngiang terus di pikiran saya lantaran terdengar cukup absurd.
“Mas, makanan/minuman yang paling enak yang mana ya?”
Pertanyaan semacam ini biasanya dilontarkan oleh mereka yang baru pertama kali nongkrong di kafe. di mana mereka belum begitu familiar dengan nama-nama makanan/minuman yang terpampang di daftar menu. Sehingga mereka memilih untuk meminta saran dari penjaga kasir.
Saya sebagai penjaga kasir bisa memahami akan hal ini. Saya paham, mungkin beberapa nama makanan/minuman yang ada di daftar menu kami memang terdengar asing karena memang menggunakan bahasa asing. Tapi tolong, jangan rewel dulu. Dibaca dulu semuanya satu per satu. Setelah itu saya yakin, kalian akan menemukan beberapa jenis makanan/minuman yang pastinya sudah kalian kenal kok. Paling tidak di sana ada kopi dan es teh, atau untuk makanan, di tempat saya ada nasi goreng, pisang goreng, sama mendoan yang semua orang Indonesia pasti mengenalnya.
Anda ingin mencoba menu yang baru, tapi takut kalau rasanya tidak sesuai dengan selera Anda?
Masalahnya adalah, saya pun tidak tahu selera Anda seperti apa. Enak bagi saya bisa jadi justru eneg bagi Anda. Kalau saya kasih rekomendasi sesuai selera saya, takutnya nanti tidak cocok dengan selera. Terus Anda menggeneralisir bahwa semua menu yang ada di kafe kami itu buruk. Kan kejam sekali. Padahal masalahnya ada pada diri Anda yang tidak punya cukup referensi soal makanan/minuman modern.
Makanya, belajarlah mandiri dalam memutuskan sesuatu. Masak mau njajan saja bingung.
“Mas, yang masih ada yang mana saja ya?”
Pertanyaan ini cukup sering diajukan para pelanggan di kafe saya. Tampaknya sebagian pelanggan cukup berhati-hati dalam memesan. Diajukannya pertanyaan ini adalah buktinya. Mereka seperti tidak ingin dikecewakan secara PHP karena yang mereka pesan ternyata zonk alias sedang kosong.
Memang, terkadang beberapa menu kami kosong karena salah satu bahannya sedang tidak ada. Inilah yang menyebabkan mereka mengajukan pertanyaan ini terlebih dahulu sebelum memesan.
Saya sih bukannya tidak bisa menjawabnya. Hanya saja untuk menjawabnya saya harus menyebutkan semua menu yang ada satu per satu. Hal ini selain membuang-buang waktu, juga konyol.
Jadi tolong lah kerja samanya. Wong tinggal baca dan pilih saja kok susah amat. Kalau yang kamu pesan itu kosong kan bisa ganti yang lain. Dan itu tidak ada rugi-ruginya sama sekali.
“Mas, di sini yang tidak ada apa saja ya?”
Jadi waktu itu kebetulan teman saya yang mendapat giliran menjaga kasir. Dia menceritakan kepada saya perihal pengalamannya ketika harus dihadapkan pada pertanyaan ini. Katanya, entah bagaimana ada seorang bapak-bapak yang tiba-tiba saja bertanya seperti ini, “Mas, di sini yang tidak ada apa saja ya?” Teman saya itu pun langsung terdiam seribu bahasa karenanya.
Saya sendiri tidak sanggup menerka-nerka apa, kenapa, dan bagaimana seseorang bisa mengajukan peranyaan ini waktu sedang memesan di kafe. Umumnya orang akan menanyakan yang ada di daftar menu. Lah ini yang ditanyakan justru yang tidak ada.
Semakin saya mencoba untuk membedahnya, saya malah semakin linglung.
Saya bahkan pernah mencoba untuk positif thinking. Pikir saya, mungkin bapak-bapak ini ingin menyampaikan sebuah nilai luhur lewat pertanyaan tersebut. Seperti misalnya kita tentu masih ingat kalimat yang sering dikutip oleh Tang Sanzang, “isi adalah kosong, dan kosong adalah isi.” Semacam itu lah. Meskipun saya tidak begitu paham juga sih.
Pertanyaan ini menjadi semakin absurd ketika saya atau teman saya tadi harus menjawabnya. Bagaimana ya, di daftar menu kami memang menyediakan banyak pilihan, tapi yang tidak ada jauh lebih banyak lagi. Masak saya harus menyebutkan semua jenis makanan dan minuman di dunia ini, kecuali yang tertulis di buku menu kami? Kan nggak mungkin.
Dahlah, saya benar-benar buntu untuk menjawab pertanyaan ini. Dan saya harap, saya tidak akan pernah mendengar pertanyaan ini lagi seumur hidup saya.
Dan FYI buat bapak-bapak pemilik pertanyaan ini. Ramen ichiraku dan odading mang oleh tidak ada di menu kami.
BACA JUGA Percayalah, Kami Para Introvert Juga Ingin Berteman.