Membaca tulisan Mas Dito tentang harapan beliau tentang calon bupati Sidoarjo membuat saya tergelitik dan ingin menyampaikan uneg-uneg saya kepada calon wali kota Tegal, tempat di mana saya tinggal.
Tahun ini, tepat 6 tahun saya tinggal di Kota Bahari sekaligus pertama kali saya akan ikut memilih dalam Pilkada serentak. Tentu saya sangat semangat mencoblos demi kemajuan kota tercinta ini. Saya mengulik calon-calon yang akan berlaga di gelaran Pilkada, tak lupa berdiskusi dengan teman-teman kira-kira siapa yang cocok untuk menduduki jabatan wali kota Tegal.
Setelah melewati berbagai macam diskusi, saya tidak keberatan siapa yang akan menjadi orang nomor 1 di Kota Tegal untuk 5 tahun ke depan. Tapi, ada beberapa harapan yang saya titipkan di pundak wali kota Tegal yang akan terpilih kelak:
Daftar Isi
Penertiban gelandangan
Entah kenapa saya selalu risih kepada para gelandangan yang tidur di emperan toko Jalan Ahmad Yani (yang sering disebut dengan Malioboronya Tegal), Jalan HOS. Cokroaminoto, hingga Jalan Pangeran Diponegoro. Saya memiliki trust issue sendiri terhadap gelandangan ini.
Suatu hari saat jogging pagi di Jalan A. Yani, seorang gelandangan yang baru bangun di emperan toko mengajak ngobrol para pejalan kaki yang hilir mudik yang ujung-ujungnya meminta uang. Tidak sekali dua kali saya mengalami ini, tentu hal ini mengganggu para pejalan kaki atau orang yang sedang jogging.
Tak hanya sampai di situ, setiap mengantar tamu atau saudara saat malam hari melewati jalan-jalan tersebut, kami disuguhi pemandangan para gelandangan yang tidur di emperan toko dengan barang bawaan yang amat banyak. Sebagai warga Tegal saya malu wajah Kota Tegal tercoreng oleh tingkah laku para gelandangan ini.
Membayar parkir menggunakan QRIS tidak hanya terbatas di Jalan A. Yani saja
Bertepatan dengan hari kemerdekaan RI tahun ini, Pemerintah Kota Tegal launching pembayaran parkir menggunakan QRIS di sepanjang Jalan Ahmad Yani. Bagi saya yang punya langganan warteg di Jalan A. Yani, hal ini sangat mempermudah pembayaran parkir. Tidak ada lagi alasan tidak punya uang kecil bagi yang menitipkan kendaraan atau tukang parkir tidak punya kembalian.
Jika tidak punya uang cash, kita bisa meminta QRIS dan tukang parkir akan dengan sigap mengeluarkan telepon genggam mereka atau QRIS yang telah dicetak. Dengan membayar parkir dengan QRIS, kita tidak akan pernah ‘ditutuk’ harga oleh tukang parkir lagi. Penitip kendaraan dipatok harga 2 ribu untuk roda dua dan 3 ribu untuk roda empat sesuai dengan peraturan pemerintah kota.
Namun sayangnya, kebijakan pembayaran parkir menggunakan QRIS ini masih terbatas di Jalan A. Yani saja. Alangkah lebih baiknya kebijakan ini dapat di-copy paste ke wilayah yang lain terutama Alun-Alun.
Membangkitkan Persegal Tegal
Tak dapat dimungkiri, Kota Tegal memiliki animo sepak bola yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Wali Kota Cup yang selalu dipadati penonton. Wali Kota Cup adalah turnamen sepakbola antar kecamatan yang digelar setiap tahun di Stadion kebanggaan warga Tegal yaitu Stadion Yos Sudarso.
Namun, antusias warga tidak dibarengi dengan prestasi Persegal Kota Tegal. Klub ini masih berkutat di Liga 3 Zona Jawa Tengah dan ditinggal tetangga Persekat Kabupaten Tegal yang lebih dulu mentas ke Liga 2. Bahkan Persegal sempat absen di kompetisi akibat minimnya dana. Harapan saya kepada wali kota terpilih agar dapat mendesak Dinas Pemuda dan Olahraga untuk menghidupkan kembali Persegal.
Itulah tiga harapan saya terhadap calon wali kota Tegal, dan yang paling penting adalah akur dengan wakil wali kotanya sendiri dan tidak tersandung dengan kasus korupsi.
Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Hal yang Bisa Dibanggakan dari Tegal selain Warteg