Sering saya melihat poster ajakan untuk menikah di usia muda. Alasannya, sih, biar nggak zina. Padahal, menikah bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Apalagi ketika sudah menikah, nantinya langsung hamil karena kepingin punya anak.
Ingat ya, anak itu tidak dijatuhkan dari langit begitu saja. Nyawa anak memang diturunkan oleh Yang Maha Kuasa. Namun, fisiknya “digodok” (dimasak) dulu di rahim ibunya. Selama proses “penggodokan” ini, sang ibu harus super siap. Menurut saya, sih, persiapan sebelum hamil itu seharusnya lebih dipikirkan bahkan sebelum kalian melangsungkan pernikahan.
Jangan naif mengira kalau proses kehamilan itu super fun. Enaknya memang ada dan banyak. Namun, ada juga hal-hal yang mungkin kurang mengenakkan yang harus dipikirkan masak-masak oleh para calon orang tua. Apalagi perempuan yang akan mengalaminya langsung. Tiga di antaranya saya coba bagikan di bawah ini menurut pengalaman saya sendiri.
#1 Kondisi tubuh yang benar-benar berubah
Sebelum hamil, saya mengira kalau mengandung itu ya cuma perut tambah besar dan ada janin di dalamnya. Perubahan lain yang saya kira terjadi cuma berat badan. Sudah, itu doang.
Betapa salahnya saya ketika saya hamil anak pertama. Banyak sekali hal yang saya rasakan berubah. Payudara, pantat, rasa agak sesak, moody, dan lainnya. Rasa-rasanya, sebagian dari tubuh saya bukanlah tubuh saya lagi.
Setelah lahiran pun, badan saya tidak langsung “cling” kembali seperti semula. Kehamilan menyisakan tanda-tandanya yang permanen. Misalnya stretch mark, berat badan yang ternyata nggak geser-geser ke kiri juga, hingga kegalauan pascakehamilan.
Jadi buat yang kepingin cepat hamil, coba intropeksi dulu. Siap tidak dengan perubahan-perubahan itu? Dan apa yang bakal dilakukan untuk mengantisipasinya?
Misalnya saja soal stretch mark. Sebenarnya saya sudah diwanti-wanti perkara stretch mark. Saya pun sudah menerapkan beberapa cara untuk mencegahnya. Namun, setelah lahiran, tetap saja ada beberapa tanda yang sangat jelas.
Kalau hal ini mental kita nggak dipersiapkan baik-baik, ya bikin mumet banget nantinya.
#2 Orang-orang yang belum tentu perhatian
Kata siapa setelah hamil maka perhatian semua orang langsung ditujukan ke kita? Haduh, jangan GR dulu, Bunda!
Pernah tidak lihat foto di KRL, gimana seorang ibu hamil dicuekin? Nah, di keluarga dan di antara teman-teman pun, kondisi hamil tidak menjamin akan diperhatikan sebegitunya.
Kadang, suami yang kelihatannya manis banget di awal pernikahan, malah cenderung cuek waktu kita hamil. Kadang juga, mertua tetap saja berkata nyelekit padahal kondisi kita sedang hamil.
Jadi ya, persiapkan mental saja. Memang sih, nggak sedikit orang yang bakal perhatian ke kita. Hanya saja, kita juga harus mengantisipasi ketika ternyata kita tidak mendapatkan support yang memadai dari orang-orang di sekitar.
#3 Merasa cemas, takut, dan bingung
Kecemasan adalah hal yang tak jarang melanda para bumil. Apalagi bumil yang baru mengandung pertama kali. Buat yang selama ini berorientasi karier, pasti was-was dan iri dengan pencapaian teman kerjanya yang tidak hamil. Sedangkan yang punya suami cuek, pasti takut sewaktu-waktu ditinggal oleh sang suami.
Pokoknya, ada saja hal yang sering bikin bumil kepikiran. Takut masalah karier, cemas ditinggal, khawatir soal si jabang bayi, dan lain sebagainya. Nah, idealnya sih, semua ketakutan ini dihadapi sama-sama oleh orang-orang terdekat. Jangan sampai ketakutan yang berlebihan ini memengaruhi janin di dalam kandungan.
Tentu saja, dengan ketiga hal yang tidak melulu fun selama hamil ini, kita harus bersikap lebih dewasa. Untuk menjadi seorang ibu, bukan cuma niat dan kemauan besar yang perlu kita punya. Kesiapan mental, raga, dan lingkungan yang mendukung pun semestinya disiapkan dengan baik. Bukankah begitu?
BACA JUGA Kumpul Keluarga, Waktunya Mom Shaming dan tulisan Nar Dewi lainnya.