Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

3 Celetukan Bahasa Sunda yang Paling Menjengkelkan

Muhammad Ridwansyah oleh Muhammad Ridwansyah
13 November 2020
A A
Kata ‘Aing’ dan ‘Dia’ dalam Bahasa Sunda Banten Aslinya Nggak Kasar, Bro! terminal mojok.co

Kata ‘Aing’ dan ‘Dia’ dalam Bahasa Sunda Banten Aslinya Nggak Kasar, Bro! terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya lahir dan besar di Garut, kota yang kebanyakan orang-orangnya kalau berbicara bahasa Sunda memiliki tingkatan sendiri. Ada tingkatan untuk berbicara dengan orang yang seumuran atau sudah akrab. Ada juga tingkatan untuk berbicara kepada orang tua atau orang yang kami hormati.

Hal ini disebabkan karena Garut berada di daerah yang punya ciri khas dialek Priangan yang patuh pada undak-usuk bahasa Sunda (loma, lemes dan kasar). Selain kota Garut, Bandung, dan Tasikmalaya, kota-kota yang berada di daerah Priangan sering menggunakannya.

Tinggal di Garut, telinga saya nyaman banget kalau ngobrol dengan sesama orang Garut memakai bahasa Sunda lemes. Sebab bagi saya, bahasa kasar kurang patut diucapkan, ada kesan tidak sopan jika menggunakan tingkatan bahasa ini. Maka dari itu, dulu, saya yang terbiasa menggunakan bahasa lemes kadang suka agak risih ketika mendengar kata “aing” diucapkan oleh siapapun itu, apalagi oleh orang luar Jawa Barat yang so asyik.

Daripada sok asyik bilang aing-aingan gitu, alangkah baiknya sok asyik mengatakan, “Kumaha damang?” duh terdengar sopan. Soalnya, orang Sunda suka sensitif kalau mendengar bahasa kasar, tapi tidak sesuai pada tempatnya. Kecuali, kalau ngobrol sama orang Banten, di sana mah udah biasa aing-aingan karena mereka tidak punya tingkakan bahasa. Bagi orang Banten, aing-aingan itu udah standar mereka.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, semakin ke sini kota-kota yang berada di daerah Priangan bahasanya sudah campur aduk. Bahkan, bahasa standar Banten yang aing-aingan itu sudah sering kami pakai. Apalagi, celetukan-celetukan bahasa Sunda kasar saat ini dalam percakapan sehari-hari kerap kami gunakan.

Sebagai anak kelahiran 90-an, saya pernah mendengar celetukan-celetukan bahasa Sunda yang sempat populer pada masanya. Ada tiga jenis celetukan: teu apal, enya welah, dan kuma dinya. Tiga jenis celetukan ini, bukan hanya bikin jengkel saya seorang. Tapi, hampir semua orang Sunda yang berada di daerah Priangan dibikin jengkel setengah mampus.

Ngomong-ngomong, saya sudah riset tiga celetukan ini kepada teman-teman yang berada di Garut. Jawaban mereka, “Heeh ih setuju, komo celetukan kuma dinya!” yang berarti, “Iya ih setuju, apalagi celetukan terserah kamu!”

#1 Teu Apal

Teu apal adalah frasa dalam bahasa Sunda yang berarti “tidak tahu”. Banyak digunakan untuk menjawab ketidaktahuan akan sesuatu. Misalnya lagi ngobrol-ngobrol terus saya nanya ke temen, “Jadwal Persib iraha, euy? (Jadwal Persib kapan, euy?) temen saya kemudian menjawab, “Teu apal.” Di sini, terlihat tidak ada masalah.

Baca Juga:

Dilema Warga Brebes Perbatasan: Ngaku Sunda Muka Tak Mendukung, Ngaku Jawa Susah karena Nggak Bisa Bahasa Jawa

Privilege Jadi Orang Cirebon yang Tidak Dimiliki Daerah Lain, Bisa Jadi Bunglon!

Masalahnya adalah ketika frasa “teu apal” ini menjadi semacam celetukan. Sebagaimana kata “celetuk” di KBBI yang berarti berujar secara spontan, menyela, maka jenis celetukan teu apal ini sangat menjengkelkan ketika digunakan pas lagi nongkrong-nongkrong, nggak lagi ngobrol, nggak lagi ngapa-ngapain, fokus main hape, otomatis hening dong, terus tiba-tiba ada temen datang dan nyeletuk, “Teu apal!” padahal nggak nanya apa-apa.

Yang menjengkelkan lagi kalau jenis celetukan teu apal ini diucapkan secara singkat menjadi, “tapal”.

“Jadwal Persib iraha, euy?”

“Tapal.”

Paling jengkel pisan kalau huruf L-nya diucapkan sambil menjulurkan lidah sehingga menjadi, “Tapallll”. Dan, diucapkan secara cepat, lalu diulang-ulang sehingga terkesan mengejek.

“Jadwal Persib iraha, euy?”

“Tapallll! Tapallll! Tapallll!!”

Tentu celetukan ini menjengkelkan sebab si penanya bertanya sopan. Terlebih, kan ada bahasa lemesnya dari ucapan teu apal ini yakni “teu terang” dan “duka”.

“Jadwal persib iraha, euy?”

“Teu terang/duka”

Jenis celetukan ini populer pada 2011-2012 saat saya masih SMP. Saat ini, kami sepakat celetukan “teu apal” jika digunakan sekarang sudah basi.

#2 Enya welah

Kata “enya” artinya “iya”. Sedangkan “welah” hanya kata tambahan. Biasanya “enya welah” digunakan untuk mempercepat jawaban ketika ada seseorang menjelaskan sesuatu. Contohnya, pasangan yang lagi berantem. Si laki-lakinya menjelaskan.

“Saur aa, saena mah teteh teh teu kenging ameng wae, kan atos dewasa.” (Menurut aa, bagusnya mah teteh itu jangan main terus, kan udah dewasa).

“Enya welah”

Masalahnya, enya welah ini sering kali diucapkan sambil mengekspresikan wajah hoream alias males mendengarkan penjelasan tersebut. Menjengkelkannya, sama seperti celetukan “teu apal”, huruf L-nya ditebelin juga sehingga menjadi, “Enya welllllah!” ditambah lagi kalau bilang seperti itu suka sembari memutarkan bola mata dan menggelengkan kepala dengan cepat.

Paling menjengkelkan syekali ketika “enya welah” dilengkapi dengan kalimat, “Meh tereh”. Sehingga menjadi, “Enya welah meh tereh” (Iya lah biar cepet). Beberapa pasangan yang suka menggunakan kalimat “enya welah meh tereh” hubungannya jadi semakin rumit karena pacarnya tidak mau dinasihati.

Celetukan ini populer setelah “teu apal” menghilang dari keseharian orang Sunda pada sekitar 2014-2015.

#3 Kuma dinya

Waini. Jenis celetukan terjengkel, setidaknya bagi saya pribadi. “Kuma dinya” artinya terserah kamu. Masalahnya, orang Sunda kalau sudah bilang “kuma dinya”, entah dengan nada halus atau ngegas, pasti menanggapinya jadi males pokoknya. Bisa-bisa berantem kalau nyeletuk kuma dinya pake capslock, “KUMA DINYA!”.

Biasanya kuma dinya digunakan secara fleksibel. Misal, nasihatin pacar yang lagi marah-marah, pasti jawabannya kuma dinya. Debat sama seseorang, lalu tidak menemukan titik pencerahan, ujung-ujungnya kuma dinya. Orang tua sudah capek melihat tingkah laku anaknya, kuma dinya oge.

Jenis celetukan ini paling menjengkelkan lagi kalau dilengkapi dengan kata tambahan “we” dan yang mengucapkannya bersuara melengking sehingga menjadi, “Kuma dinya weee!” Ah jadi kesel sendiri. Tampaknya, celetukan ini masih dipakai saat ini. Tapi, hanya di media sosial para Sundanese.

Sekian, itulah tiga jenis celetukan bahasa Sunda yang sempat populer dan menjengkelkan.

BACA JUGA Mengenal Tradisi Adu Domba, Tradisi Khas Masyarakat Kota Garut dan tulisan Muhammad Ridwansyah lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 12 November 2020 oleh

Tags: Bahasa SundaBudaya
Muhammad Ridwansyah

Muhammad Ridwansyah

Founder penulis Garut. Penulis bisa disapa lewat akun Twitter dan Instagram @aaridwan16.

ArtikelTerkait

5 Pertanyaan Konyol tentang Bali yang Sering Bikin Saya Keki terminal mojok

5 Pertanyaan Konyol tentang Bali yang Sering Bikin Saya Keki

29 Agustus 2021
10 Kata Slang dalam Bahasa Sunda terminal mojok.co

10 Kata Slang dalam Bahasa Sunda

31 Januari 2022
Panduan Penggunaan Kata "Aing" dalam Bahasa Sunda untuk Orang Luar Bandung terminal mojok.co

Penggunaan Kata ‘Aing’ dalam Bahasa Sunda untuk Pemula

10 Januari 2021
Rasa Sesal yang Dulu Saya Rasakan ketika Kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Indonesia (Unsplash)

Rasa Sesal yang Dulu Saya Rasakan ketika Kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Indonesia

26 Oktober 2022
5 Basa-basi Bahasa Sunda, Panduan bagi Pendatang agar Tidak Dikira Sombong  Mojok.co

5 Basa-basi Bahasa Sunda, Panduan bagi Pendatang agar Tidak Dikira Sombong 

16 November 2023
Bahasa Sunda Banten Itu Nggak Kasar, tapi Egaliter!

Bahasa Sunda Banten Itu Nggak Kasar, tapi Egaliter!

3 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba! (Pixabay)

3 Rekomendasi Brand Es Teh Terbaik yang Harus Kamu Coba!

18 Desember 2025
Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

Bangsring Underwater, Surga Wisata Bawah Laut Banyuwangi yang Tercoreng Pungli

15 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.