MOJOK.CO – Salah satu ciri Haji Muhidin di sinetron Tukang Bubur Naik Haji adalah punya warung atau minimarket. Berapa ya keuntungan Pak Haji tiap bulannya?
Sinetron Tukang Bubur Naik Haji, tak bisa dimungkiri, adalah salah satu acara televisi yang nempel banget di kepala. Sinetron yang awalnya dirancang untuk mengisi bulan Ramadan ini berkembang menjadi acara televisi harian. Setelah lima tahun mengudara, sinetron berhasil menghasilkan 2180 episode. Sebuah catatan fantastis.
Salah satu tokoh yang paling melekat di kepala adalah Haji Muhidin. Tokoh antagonis ini diperankan oleh Latief Sitepu. Pak Haji memang sangat ikonik. Tokoh ini digambarkan sangat sombong, angkuh, dan licik. Latief Sitepu memang sukses memerankan Haji Muhidin.
Kesuksesan Latief Sitepu memerankan Haji Muhidin, penonton sampai hanyut ke dalam penokohan. Suatu kali, Kepala Daerah di Sumedang bilang ke Latief kalau di daerahnya, ada 80 televisi rusak karena Haji Muhidin. Banyak pentonton, terutama ibu-ibu sampai emosi karena menyaksikan “jahatnya” Haji Muhidin. Gambaran fenomenal akan kesuksesan tokoh ini.
Nah, di dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji, selain sombong dan angkuh, tokoh Haji Muhidin digambarkan punya minimarket. Biar gampang, sebut saja warung Pak Haji Warung ini punya satu karyawan. Soal sukses atau tidaknya, kita tidak pernah tahu. Namun, tahukah kamu, usaha warung, toko kelontong, sampai minimarket memang menguntungkan.
Jika dikelola dengan baik, usaha membuka sebuah warung bisa jadi pilihan usaha yang menarik. Jangan salah, potensi keuntungannya mungkin bisa membuat kamu untuk tidak mendaftar PNS atau tantara biar jadi calon menantu idaman. Berikut kami bikin perkiraan keuntungan sebuah usaha warung, menggunakan studi kasus warung Haji Muhidin.
Untuk membuka sebuah usaha, tentu harus punya modal awal. Untuk warung, tentu kamu butuh sebuah tempat yang idela. Bisa membeli atau menyewa. Pengadaan tempat usaha memang beragam harganya. Mulai dari Rp20 juta sampai Rp150 juta, tergantung lokasi dan besar bangunan. Nah, karena warung Pak Haji berada di tanahnya sendiri, kita bisa mengabaikan aspek tempat.
Nah, selain tempat, siapkan printilan-printilan yang termasuk modal awal.
Modal awal warung Haji Muhidin:
Rak | : Rp3.000.000 |
Lemari sama etalase | : Rp4.000.000 |
Kabinet | : Rp3.000.000 |
Komputer | : Rp4.000.000 |
Mesin kasir sama alat barcode | : Rp4.000.000 |
Meja kasir | : Rp1.500.000 |
Tempat rokok | : Rp500.000 |
AC | : Rp3.000.000 |
Pengadaan barang | : Rp60.000.000 |
Seragam buatkaryawan | : Rp500.000 |
Total : Rp80.500.000
Operasional per bulan warung Haji Muhidin:
Gaji karyawan (4) | : Rp8.000.000 |
Air dan listrik | : Rp1.000.000 |
Kulakan | : Rp30.000.000 |
Biaya Promosi | : Rp2.000.000 |
Total | : Rp41.000.000 |
Karyawannya kita misalkan ada empat orang. Jangan pelit-pelit kayak Haji Muhidin. Capek, lho, kerja sendirian.
Kapan balik modal?
Kita bikin kira-kira saja. Misalnya warung atau minimarket yang kamu buka punya pelanggan yang lumayan. Per hari, warung kamu menghasilkan Rp3.000.000. Maka, dalam satu bulan, minimarket ala-ala Haji Muhidin akan menghasilkan: Rp.3.000.000 x 30 = Rp90.000.000.
Berapa kira-kira keuntungan per bulan? Maka, Rp90.000.000 – Rp41.000.000 (operasional per bulan) = Rp49.000.000. Jadi, lama balik modal bisa dihitung dengan modal awal dibagi keuntungan per bulan, Rp80.500.000 : Rp49.000.000 = 1,6 sekian sekian kita bulatkan jadi 1,7 bulan atau biar gampang jadikan saja dua bulan.
Jadi, dalam waktu dua bulan saja, kamu sudah bisa balik modal. Tentu saja hitungan ini adalah hitungan bisnis ideal. Setiap hari ramai dan pendapatannya ajeg. Namanya juga kira-kira. Eh, dengan perhitungan yang sama, selama lima tahun sinetron tayang, Pak Haji sudah untung berapa ya dari warungnya?
Kira-kira begini: Rp49.000.000 x 60 bulan (5 tahun) = Rp2.940.000.000. lumayan juga ya warung Pak Haji Buat kamu yang punya modal, usaha warung seperti ini layak dicoba.
BACA JUGA Ternak Lele adalah Kita yang Mulai Pragmatis atau tulisan Senin harga naik lainnya di rubrik NAFKAH.