Bukti bahwa Wibu Adalah Ras Terkuat di Bumi

Lupakan stigma negatif wibu bau bawang, wibu pake jaket abu-abu, dst. dst. Wibu kuat!

ilustrasi Bukti bahwa Wibu Adalah Ras Terkuat di Bumi mojok.co

MOJOK.CO Sering dituduh bau bawang, sering diasosiasikan dengan hoodie abu-abu, nggak lantas menafikan bahwa wibu adalah ras terkuat di bumi.

Suatu ketika saat sedang berdebat di media sosial dan kawan saya nyeletuk, “Abaikan aja argumen kaya gitu, dia ava anime.” Seketika saya mencerna pernyataan itu pelan-pelan sambil mikir, memangnya kalau dia suka anime kenapa? Perdebatannya kan bukan soal itu. Lagian siapa sih yang awalnya menyepakati bahwa ras wibu adalah ras menyebalkan? Padahal beberapa di antara mereka adalah jenius matematika, pemenang olimpiade fisika, dan bocah yang taat beribadah.

Gini ya, yang belum tahu, wibu adalah sebutan yang dilekatkan kepada pencinta anime, manga, dan produk-produk hiburan Jepang. Awalnya term wibu berasal dari barat, yaitu “weeaboo” yang pada awal 2000-an disebut juga dengan “wapanese”. Wapanese adalah singkatan dari white Japanese yang digunakan buat menstigma orang-orang bule pencandu produk hiburan Jepang. Istilah ini memang cenderung digunakan sebagai ejekan, hingga akhirnya budaya meme menciptakan istilah weeaboo dan dipakai juga di Indonesia, diartikan menjadi wibu. Mungkin biar gampang nulisnya juga sih.

Seorang netizen di internet dengan nama akun @brillieshot pernah ngetwit dan menyatakan bahwa wibu adalah ras terkuat di muka Bumi. Entah bagaimana, saya harus setuju dengan pernyataan ini karena saya juga punya beberapa bukti pendukung. Jika @brillieshot bilang wibu adalah ras terkuat karena mereka telah berdamai dengan diri sendiri, saya punya segudang alasan lain yang membuat saya sendiri sampai level hontoni respect wibu.

Wibu dan bau bawang

Asal mula ejekan dan stigma negatif bahwa wibu adalah sekumpulan ras bau bawang itu mengada-ada. Seorang youtuber Ericko Lim disebut mempopulerkan ejekan ini. Ya, sialnya doi cuma ketemu wibu yang jarang mandi kali ya. Beberapa pencinta anime dan manga yang saya kenal justru mandi lima kali sehari karena keseringan nonton hentai, tapi tetap mau salat. Pasti dia lebih wangi dong. Kebiasaan mandinya lebih keren dari Kevin Aprilio begitu, kok.

Kalau mereka habis mandi nggak pernah pakai pomade, rambut dibiarkan acak-acakan dan cenderung nggak berdandan selayaknya ngabers, itu kan cuma style. Kita bisa pakai baju dan berdandan sesuai apa yang kita yakini baik, masa sih wibu nggak boleh pakai hoodie abu-abu. 

Orang yang nggak suka jejepangan, tapi nggak pernah mandi juga bau bawang. Jadi masalahnya bukan lagi soal suka Jepang = bau bawang. Fokus isunya adalah orang yang nggak pernah mandi = bau bawang. Kalau orang nggak pernah mandi, nggak kenal teknologi deodorant dan parfum, ya, jelas bau bawang, bukan cuma wibu yang dihukumi demikian, alien kalau keringetan juga bisa bau bawang. Begitu ya, masyarakat, jadi jangan bikin wacana aneh-aneh deh.

Wibu pakai kacamata dan suka dengerin lagu lewat earphone

Menurut saya pribadi sih, pakai kacamata dan dengerin lagu lewat earphone bukanlah kebiasaan buruk. Sebagian besar dari kita juga pakai kacamata karena memang matanya udah minus, bukan karena kebanyakan baca manga.

Mendengarkan lagu lewat earphone justru kebiasaan bagus. Artinya dia cukup menghormati telinga orang lain untuk tidak memaksakan lagu-lagu mereka didengar ramai-ramai. Bayangin aja ada orang yang memutar lagu opening Naruto bolak-balik seharian dan kamu ikut dengerin. Kesel kan? Besoknya bisa autonyanyi Mezashita no wa aoi aoi ano sora~

Hampir semua wibu sadar akan hal ini. Mereka paham betul bahwa selera musik mereka nggak harus dipaksakan ke telinga orang, makanya mereka mendengarkan lagu-lagu lewat earphone. Alih-alih menghargai tindakan ini, kenapa orang-orang malah menilai wibu sebagai ras aneh? Mendingan kurang-kurangin suuzan deh.

Energi positif dan prestasi akademik wibu

Saya bukan wibu sih. Perjalanan saya masih jauh buat mendaku diri sebagai wibu karena saya ini sebetulnya omnivora buat segala jenis hiburan di muka Bumi. Drama Korea ditonton, anime ditonton, serial Skandinavia demen, produk hiburan lokal juga saya nikmati. Tapi, tentu saja saya pernah berkumpul dengan kawan-kawan wibu. Baik yang cuma menikmati produk hiburan Jepang, yang saya kenal lewat komunitas olimpiade sains, maupun mereka yang aktif menggambar dan jadi dubber.

Mereka punya energi positif yang nggak bisa saya jelaskan. Utamanya saat mereka ngomongin hal yang berkaitan dengan kesukaan mereka. Banyak yang memberi stigma bahwa wibu adalah sekumpulan orang pendiam yang aneh. Mereka belum tahu aja kalau mulai ngomongin teori-teori Attack on Titan, mereka cerewet minta ampun. Kalau ngomongin hentai, yaoi, dan ecchi, gairahnya juga tak kalah menggelora. Ras terkuat di Bumi, je, jelas mereka memilih kalem di hadapan publik karena ilmu padi, makin berisi makin merunduk.

Orang lain sebenarnya nggak sepaham sama wibu karena mereka nggak bisa mengimbangi obrolannya. Itu saja.

Kakak kelas wibu yang saya kenal melalui lingkar pertemanan olimpiade sains di SMA juga begitu. Sebut saja blio Mas Ahmad. Halo, Mas, apa kabar? Blio seorang jenius fisika cum astronomi yang nggak ina-inu, tapi sering menyumbang piala dan medali buat sekolah. Walau sibuk baca manga, blio masih sempat ngubek-ubek aplikasi Stellarium demi menunjukkan kapan tanggal pasti hujan meteor bisa dilihat di langit Indonesia. Kurang keren apa Mas Ahmad. Lebih keren lagi dia berlagak seolah-olah bukan orang keren, santuy banget. Menjuarai olimpiade baginya cuma PR kecil, lebih pusing mikirin bagaimana One Piece bakal diakhiri sama Eiichiro Oda sensei.

Masih ada banyak bukti bahwa wibu adalah ras terkuat di muka Bumi. Tapi, deretan bukti di atas saja sudah cukup. Kalau ditunjukkan bukti-bukti lain takutnya dunia ini dikuasai oleh wibu. FYI, mereka rata-rata nggak sreg sih kalau jadi sorotan. Lebih menyenangkan menghabiskan waktu dengan sesuatu yang mereka sukai daripada menghabiskan waktu untuk jadi yang disukai.

BACA JUGA Tips Menyembunyikan Identitas Sebagai Seorang Wibu dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version