MOJOK.CO – Lagian juga kesadaran kesalahan Tretan Muslim dan Coki Pardede tidak benar-benar kami perlukan. Sekali salah ya salah. Soalnya persekusi adalah passion kami. Hobi.
Munculnya video mundurnya dua komika Tretan Muslim dan Coki Pardede dari Majelis Lucu Indonesia (MLI) dan dunia stand up comedy merupakan berkah yang tiada tara bagi kami, golongan agamis yang lurus dan benar. Satu-satunya di dunia.
Golongan kami adalah golongan yang merupakan representasi langsung dari ajaran Tuhan. Kami adalah orang-orang yang tahu betul maunya Tuhan itu apa dan apa yang tidak Tuhan senangi. Ibarat Tuhan mau apa pada satu detik ke depan saja kami tahu.
Bahkan kami juga merupakan golongan yang tahu seseorang bakal masuk neraka dan surga dari penilaian kami suka atau tidak ke orang tersebut. Dan maaf, cuma kami yang punya kemampuan itu. Kalau kalian mau ikutan, ya ayo, silakan ikut kajian-kajian kami yang progresif dan agresif itu.
Kami jelas bukan golongan-golongan penista agama seperti Muslim yang nggak ada muslim-muslimnya apalagi Coki yang kami nggak tahu dia agamanya apa.
Agama kami adalah agama yang tidak boleh dijelek-jelekkan apalagi sampai dinista sebegitu lucunya oleh dua biduan Majelis Lucu Indonesia. Sedangkan kalau kami nyentil bahwa agama orang lain atau aliran orang lain sesat, ya itu memang sudah hak pereogratif dari Tuhan pada kami sebagai makhluk Tuhan paling seksi kaffah.
Lagian, apa itu maksudnya membuat konten memasak babi yang jelas bagi pemakannya adalah penghuni neraka jahanam dengan buah kurma yang suci serta membawa pahala bagi pemakannya seperti kami ini?
Apa itu maksudnya?
Mau memancing kemarahan kami? Oh, gampang, nggak perlu susah-susah ngedit bikin video. Lah wong kalian pilih pemimpin yang bukan pilihan kami saja kalian sudah termasuk kafir laknat yang harus dirajam di Pasar Demangan. Apalagi sampai bikin konten video yang isinya menjelek-jelekkan buah kurma, air zam-zam, apalagi sampai memasak babi.
Kalau memang kemarahan itu yang diharapkan ya syukur, kalian sudah berhasil.
Kami marah betulan dan akan selalu mengancam kalian di mana pun kalian berada. Sekalipun salah satu di antara kalian jadi orang besar, orang yang alim, kami tak akan maafkan sampai kapanpun. Karena tobatnya manusia, hubungan manusia dengan Tuhan, kami yang pegang semuanya. Itu urusan kami. Kami yang berhak menilai apakah itu tobat beneran atau tidak.
Kalau mau bikin konten nyindir perilaku agama kami itu mbok ya nggak usah yang begitu-begitu. Cukup bikin diskusi agama bahtsul masail, debat tafsir kaidah fikih, atau apa pun yang mengharuskan kami berpikir, nah itu yang mungkin kami butuh waktu mikir mau ikutan apa nggak. Mau komentar juga kami ogah kalau ada videonya.
Hal yang paling telak mengejek kami, eh agama kami ding, adalah ketika Coki yang tafir itu punya rencana akan mengguyur air zam-zam yang suci itu ke daging babi. “Kalau bisa dapetin air zam-zam kan menarik dong. Ada daging babi dicampur ini minumnya air zam-zam.”
Ini jelas penghinaan bagi kami, eh agama kami ding. Karena kami adalah penjunjung utama simbol-simbol agama. Simbol-simbol agama itu adalah kami, harga diri kami, kehormatan kami. Menertawakan simbol-simbol itu merupakan tanda bahwa kalian mengejek agama kami secara keseluruhan.
Bahkan ketika simbol-simbol itu tak berkaitan langsung dengan agama kami, tapi cuma nyambung di kebudayaan tempat agama kami lahir. Itu semua sama saja sudah menghina agama kami. Karena generalisir adalah ajaran ustaz-ustaz kami.
Bagi kami perilaku agama adalah keimanan kami sendiri. Apa yang sudah kami anggap benar karena iman, harus kalian anggap benar juga. Karena agamaku agamaku agamamu ya agak kami paksa.
Agama dan tempat kebudayaan kami lahir adalah satu. Keduanya tak terpisahkan satu sama lain. Kalian ngejek perilaku orang dari agama kami, perilaku menghamba pada simbol dari kami, maka kalian juga mengejek kami.
Mau orang itu korupsi biaya cetak kitab suci, nyolong duit haji jamaah, berbuat zina, sampai punya urusan hukum dengan pihak berwenang pun, ya dia tidak boleh diejek. Dia tetap suci asalkan mendukung perjuangan kami. Orang yang nyindir-nyindir otomatis langsung halal darahnya bagi kami. Karena kami memang suka bikin hamba Tuhan masuk neraka lebih cepat.
Azab Tuhan telah menunjukkan siapa yang berkuasa di tanah ini. Di tanah agama kami yang kaffah, bukan agama kami yang malah disambung dengan kata-kata Nusantara segala. Untung saja pengikutnya jumlahnya lebih banyak dari kami, coba kalau sedikit, pasti kami persekusi satu demi satu tuh.
Rasanya kami begitu bangga bukan kepalang melihat wajah-wajah ketakutan dari Muslim dan Coki saat meminta maaf karena sudah bikin konten video babi dimasak pakai kurma itu. Lalu memutuskan berhenti dari Majelis Lucu Indonesia dan dunia stand up comedy Indonesia.
Ancaman, makian, cacian, umpatan, serangan personal, bahkan sampai serangan-serangan ke orang-orang sekitar mereka merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Itu adalah jalan dakwah, karena hidayah itu ada dari ancaman dan persekusi kami. Tuhan sudah titip pada kami.
Dialog, klarifikasi, verifikasi, itu kan produk buatan Barat kafir yang berkolaborasi dengan Yahudi. Kami ogah melakukan itu karena kami ogah menyerupai kaum yang pasti masuk neraka jahanam seperti mereka.
Justru yang kami perlukan adalah pengakuan maaf dalam ancaman dan tekanan dari kami. Sebab kami memang tidak memerlukan akhlak untuk membalas perilaku-perilaku penistaan yang sudah dilakukan Muslim dan Coki. Karena kami adalah petugas akhlak dan agama itu sendiri. Tidak seperti mereka, yang cuma paham agama dari tafsir-tafsir orang lain.
Lagian juga kesadaran kesalahan Muslim dan Coki tidak benar-benar kami perlukan. Karena kami tak pernah percaya sama mereka berdua. Sekali salah ya salah. Tak ada tempatnya bagi mereka di bumi-Nya. Tidak bersama kami.
Dan bagi orang-orang itu, jika dia sedikit orangnya, lemah, tak berdaya, tak punya kekuatan, akan selalu kami persekusi. Karena persekusi dan ancam-mengancam adalah passion. Sudah hobi.