Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Tak Selamanya Menjual Produk dengan Harga Murah Itu Baik Buat Bisnis

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
7 Juni 2020
A A
lensa kacamata mahal kacamata anti radiasi sinar UV blueray antigoreng anti debu saphire lensa kacamata murah BPJS kacamata frame kaca mata jutaan mojok.co

lensa kacamata mahal kacamata anti radiasi sinar UV blueray antigoreng anti debu saphire lensa kacamata murah BPJS kacamata frame kaca mata jutaan mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Betapa kesalnya saya saat ada seorang kawan menjual kacamata dengan harga yang sangat tidak masuk akal.

Seorang kawan dekat, sebut saja namanya Prayit, sekarang sedang sangat bersemangat menggeluti bisnis barunya: bisnis kacamata.

Kacamata yang dijual Prayit adalah jenis kacamata anti radiasi. Kacamata yang bagus digunakan oleh mereka yang terlalu banyak menatap layar hape dan laptop.

Bisnis yang baru digelutinya satu bulan terakhir itu, menurut Prayit, sangat menyenangkan.

Dalam sehari, ia bisa menjual antara 5-10 kacamata. Angka penjualan yang sempat membuat saya terbelalak sebab menurut saya itu kelewat bagus untuk ukuran seorang penjual baru.

Usut punya usut, ternyata Prayit menjual  kacamatanya dengan harga yang, menurut saya, kelewat murah. Ia menjual kacamatanya itu dengan harga hanya 20 ribu rupiah.

Pantas saja bisa laku banyak, batin saya.

“Dengan harga segitu, memangnya kamu dapat untung?” tanya saya pada Prayit suatu kali.

“Ya dapat tho, kalau nggak dapat, ngapain juga aku jualan.”

“Untung berapa?”

“Ya ada lah.”

Sebagai kawan dekatnya, saya merasa tak rela ia menjual kacamatanya kelewat murah. Saya merasa angka 20 ribu terlalu murah untuk sebuah kacamata.

“Kamu tahu nggak? Beberapa bulan lalu, aku beli kacamata itu 1,3 juta. Kacamataku sebelumnya nggak jauh beda, 1,2 juta. Masak sekarang kamu jual kacamata cuma 20 ribu.”

“Memang kacamata harus mahal?”

Iklan

“Ya nggak harus sih, tapi minimal ya jangan murah banget. Lha itu punyaku aja sejuta lebih. Mahal kan?”

“Itu bukan mahal, tapi kamunya aja yang goblok, beli kacamata kok sampai jutaan, wong yang murah aja ada, kok.”

“Asuuuuu.”

“Kan punyaku bukan kacamata minus, tapi cuma kacamata anti radiasi.”

“Ya tetap saja kacamata, Yit,” tepis saya, “Jangan terlalu murah. Itu kacamatamu dijual lima puluh atau seratus ribu juga laku. Ngapain harus dua puluh?”

“Nggak papa, kalau dijual lima puluh atau seratus, belum tentu lakunya sebanyak sekarang.”

Saya masih ngotot. Sebagai seseorang yang juga menggeluti bisnis dagang, saya punya teori sendiri dalam berjualan. Menurut saya, barang yang bagus jika dijual dengan harga yang kelewat murah, justru akan membuat orang tak percaya dan mengira barang tersebut palsu.

“Ini kayak kamu jual hape, tapi harganya cuma 50 ribu. Orang pasti bakal ngira itu bukan hape beneran, tapi hape-hapean yang kalau dipencet tombol angka nol bakal keluar suara anjing ‘guk guk guk’ atau lagu disko ‘aiyaiyaiaya’ itu,” terang saya kukuh.

Prayit malah tertawa mendengar penjelasan serius saya.

“Ini serius, Cuk!”

Bagi saya, harga yang murah tak melulu baik buat bisnis.

Begini, kita tentu masih ingat dengan produk mukena yang dulu pernah dijual oleh Syahrini dan sempat menjadi topik yang ramai di sosial media itu. Mukena tersebut saat itu oleh Syahrini dijual dengan banderol harga 3,5 juta.

Tentu saja itu harga yang sangat mahal untuk ukuran sebuah mukena. Namun menurut saya, itu harga yang pantas, sebab kalau Syahrini menjualnya dengan harga yang hanya ratusan ribu, misalnya, maka justru mukena itu nggak ada spesial-spesialnya. Nggak ada bedanya dengan mukena-mukena biasa.

Brand Syahrini yang glamor memang seharusnya menyertai produk apa pun yang dijualnya. Toh nyatanya, dengan harga jutaan itu, mukena Syahrini itu tetap laris.

Itu pula yang menjadi pertimbangan saya memberikan saran buat Prayit agar berani menaikkan harga kacamatanya. Kalau dijual dengan harga murah, justru berpotensi membuat orang mengira kacamata yang dijual Prayit adalah produk murahan.

“Wah, ya gimana ya, aku sudah kadung nyaman dengan harga segini, je.”

“Haisssh, ya wis.”

Saya pasrah. Mungkin memang begitulah cara Prayit hidup. Mencari untung sekecil-kecilnya yang penting banyak jumlahnya. Walau saya masih tetap yakin, efford yang dia habiskan untuk menjual satu kacamata tidak sebanding nilainya dengan keuntungan yang dia dapatkan.

Ah, keparat. Kenapa saya malah jadi sibuk mikirin bisnis si Prayit, ya.

Yang untung dia, yang rugi juga dia.

Terakhir diperbarui pada 7 Juni 2020 oleh

Tags: kacamata
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

vherkudara mojok.co
Kilas

Merasakan Pengalaman Baru Menjajal Kacamata di Offline Store Vherkudara Eyewear

7 Juli 2023
orang berkacamata derita orang kacamata berkacamata saat hujan lensa anti air elon musk
Pojokan

Derita Orang Berkacamata Saat Hujan, Mata Normal Can’t Relate

15 Januari 2020
ingin mata rabun merusak mata cuma biar bisa pakai kacamata alasan orang pakai kacamata mojok.co
Esai

Berharap Mata yang Sehat Jadi Rabun Biar Bisa Pakai Kacamata

15 Desember 2019
Ternyata Iman Saya Memang Masih Murah-Meriah
Pojokan

Ternyata Iman Saya Memang Masih Murah Meriah

30 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.