[MOJOK.CO] “Bagaimana musisi besar Ahmad Dhani membela keadilan sosial di Indonesia.”
Musisi jenius dan kader Partai Gerindra, Ahmad Dhani Prasetyo, ditetapkan sebagai tersangka karena twit sarkasnya dianggap menghina. Bagi mereka yang mengikuti sepak terjang Ahmad Dhani, ini bukan hal yang baru. Dalam banyak kesempatan beliau memang menjadi sosok kontroversial yang kerap kali berkomentar tentang permasalahan terkini yang ada di tanah air. Tapi, memenjarakannya karena ujaran kebencian? Please deh.
Saya kira kita perlu adil dengan Ahmad Dhani. Emang dia itu mukanya rada kemampleng, kalo kata orang Surabaya, temapuk rupane. Tapi, ini bukan alasan buat kita membencinya. Apa yang dilakukan Dhani itu hal wajar kok. Berulang kali dia itu diejek, dimaki-maki, difitnah, dan dijelek-jelekkan, masak diam saja? Orang yang terpojok pun akan melawan jika terus-terusan disakiti.
Misalnya begini, beberapa orang dengan sengaja memancing kemarahan Dhani dengan kata-kata kasar, dengan ucapan buruk, dengan julukan jelek, ini tentu kembali pada kita untuk merespons atau menganggapnya tidak ada. Tapi, jika secara sistematis, berulang kali, kamu diprovokasi dengan julukan kasar, kata-kata keji, dan ucapan menghina, seseorang akan membalas tindakan tidak menyenangkan itu.
Dhani ini cukup sabar. Dulu pas difitnah netizen dan media massa bahwa dia pernah ngetwit mau potong titit, dia nurut rekomendasi Dewan Pers: mediasi dan meminta mereka yang memuat berita bohong itu memperbaiki kelakuan mereka. Dan kamu tahu gimana perlakuan manusia-manusia ini terhadap istri Dhani sekarang? Disebut pelakor, ganjen, gatel, segala macam. Lha, dikira selingkuh itu monolog apa ya?
Belum lagi saat dia dijelek-jelekkan karena kalah pilkada. Lho, saat kalian cuma bisa ngejek dan ngetwit, Dhani ini udah berusaha masuk sistem, berpartisipasi dan menggunakan hak politiknya untuk berkompetisi.
Emang kalo dia terpilih jadi pemimpin daerah dia akan ngetwit aja? Orang-orang udah duluan benci saat dia maju sebagai cawabup Bekasi. Jangan gitu dong, Dhani dan Ridwan Kamil kan beda. Satu doyan sosmed, yang lain doyan kerja, kerja, kerja.
Di saat kamu secara konsisten memaki, merendahkan, dan menganggap Dhani sebagai manusia sampah, jangan kaget ketika ia balik melawan. Terus, sekarang Dhani malah dilaporin ke polisi? Mbok yang bilang Dhani SJW, feminis galak, atau baperan itu ngaca.
Ahmad Dhani itu sosok yang vokal bicara apa saja alias apa-apa saja dikomentarin. Mulai dari feminisme, harga cabe, global warming, Hansip Sukra, Linkin Park, Sodiq Monata, telur dadar, ukuran Beng-Beng, isi Taro, sampai ojek online. Orang-orang cenderung antipati, padahal kan yang penting argumentasinya. Apakah masuk akal, bener atau nggak, sesuai fakta atau nggak. Bukannya ngecek soal itu, Dhani malah dibilang reaksioner, baperan, dan mudah terpelatuque. Ndasmu itu mudah terpelatuk.
Misalnya saat Ahmad Dhani mengkritik ojek online yang dianggap melanggar regulasi transportasi di Indonesia. Eh malah dihujat, dibilang sok. Padahal semua tahu, ojek online memang belum memiliki aturan jelas. Pada satu titik, ia banyak melanggar aturan transportasi dan ketenagakerjaan di Indonesia. Tapi, dasarnya benci, Ahmad Dhani udah diejek duluan, dimaki-maki.
Ketika ojek online dilarang, kita yang memang penggunanya berusaha mati-matian membela. Misalnya, dengan argumen bahwa angkot nggak nyaman, nggak aman, suka ngetem, dan lama sampainya. Ahmad Dhani lantas nongol di Twitter dengan kata-kata sarkasnya, “Lha, dikira ojol ini nggak ngetem deket stasiun? Terminal? Kampus? Atau jalan sehingga bikin macet? Tapi beberapa dari kita permisif, menerima, karena butuh.” Amboi galaknya.
Ia sekarang juga menyasar komentar netizen yang suka protes dengan keberadaan pedagang kaki lima. Orang-orang pada mengeluh, trotoar ini hak pejalan kaki, bukan buat dagangan, kenapa malah dipake jualan? Ahmad Dhani kemudian nongol, mengkritik kelas menengah (Jakarta) yang girang dan doyan betul bisa makan murah di sekitaran lokasi perkantoran mahal di Ibu Kota. “Kita menoleransi keberadaan pedagang kaki lima yang ngembat badan jalan karena butuh makan murah,” kata Dhani. Strike two!
Lantas dengan kekuatan bulan, Ahmad Dhani menulis di Twitter-nya bahwa kelas menengah Jakarta ini bisanya hanya komentar. Memang sih ada yang protes trotoar di sekitar perkantoran Kuningan dan Sudirman diembat gerobak PKL, tapi apa sebanyak mereka yang gembira bisa makan murah? “Pedagang makanan murah yang ngembat trotoar di sekitar perkantoran mahal sama salahnya dengan pedagang kaki lima yang ngembat jalan di Tanah Abang,” tulis Dhani. Muashok, Mas!
Sampai di sini, bisa paham kan bahwa mempolisikan Ahmad Dhani itu tindakan membungkam kebebasan berpendapat? Semua sikap kritis Ahmad Dhani merupakan pendapat yang berawal dari data. Emang pernah dia ngomong ngawur? Wong dia ini orang jeniyes, orang yang sangat pandai, masak ngawur dan cuma bisa memaki? Ingat, dulu beliau ini pernah dekat dengan Gus Dur, pernah juga nulis lagu “Laskar Cinta”, masak iya dia nulis hal sarkas yang menyebarkan kebencian? Itu kan munafik namanya.
Nah, sebelum kita lanjut, sebentar, ini mbahas Arman Dhani atau Ahmad Dhani sih?