Review Film Bumi Manusia: Menghidupkan Minke dan Nyai Ontosoroh untuk Pembaca Muda - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Review Film Bumi Manusia: Menghidupkan Minke dan Nyai Ontosoroh untuk Pembaca Muda

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
14 Agustus 2019
0
A A
Minke Bumi Manusia MOJOK.CO
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Membaca “Bumi Manusia” di layar lebar adalah sebuah usaha untuk berlutut di depan megahnya perjuangan; untuk mencoba, meski pada akhirnya kalah.

Hati-hati, tulisan ini mengandung spoiler. Namun, mungkin, ini jenis spoiler yang kamu butuhkan.

Selasa kemarin (13/8) Mojok mendapat undangan menghadiri premiere film Bumi Manusia di Empire XXI Yogyakarta. Gala Premier dibagi ke dalam dua jadwal, yaitu tayang pukul 18.00 dan 20.00. Saya, dan tiga kru Mojok lainnya, kebagian nonton pukul 20.00.

Sejak sore, para penonton, baik yang dapat maupun tidak, sudah memadati Empie XXI. Ngapain lagi kalau bukan nungguin Iqbaal Ramadhan. Sayangnya, Iqbaal berhalangan hadir.

Penayangan Bumi Manusia berlangsung tepat waktu. Acara dibuka dengan sambutan dari sang sutradara Hanung Bramantyo, disusul Gubernur D.I. Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubawana 10. Kecuali Iqbaal, hampir semua pemeran utama turut hadir. Ada Sha Ine Febriyanti yang memerankan Nyai Ontosoroh, Mawar Eva de Jongh sebagai Annelis Mellema, Donny Darmawan sebagai bapaknya Minke, dan Whani Darmawan yang memerankan Darsam.

Malam itu saya ikut “membaca” Bumi Manusia dengan perasaan yang bungah. Sebab saya membawa bayangan yang begini: Sebagai buku, karya Pramoedya Ananta Toer ini sudah menjadi kanon. Posisinya bukan novel lagi, melainkan sudah dianggap sebagai dokumen sejarah (bersama dengan kisah hidup tragis pengarangnya) yang mewakili pergulatan manusia Indonesia melawan kolonialisme.

Baca Juga:

Pramodya: Panembahan Senopati Adalah Raja Dari Segala Dusta

Pramoedya: Panembahan Senopati Adalah Raja dari Segala Dusta

15 Februari 2023
Jika Pramoedya Ananta Toer Jadi Guru Sastra Indonesia

Jika Pramoedya Ananta Toer Jadi Guru Sastra Indonesia

10 Februari 2023

Tapi kitab klasik ini sudah akan berumur 40 pada tahun depan, membuat saya bertanya-tanya, apakah ada regenerasi pembacanya hari ini? Apakah film ini akan disambut baik oleh pemirsa awal 20-an yang lahir setelah Orde Baru berakhir?

Dan sepertinya, itulah tantangan yang mau dijawab Hanung Bramantyo, yang kemudian setelah saya menonton filmnya, saya anggap berhasil.

Hanung Bramantyo menyusun kronologi film Bumi Manusia dalam fragmen-fragmen. Fragmen ini bisa berdiri sendiri lewat narasi tokoh. Setiap dialog, terlebih yang melibatkan Minke, Ibunda, Nyai Ontosoroh, Jean Marais, Annelies Mellema, dan Robert Suurhorf. Bagi pemburu kata-kata mutiara lewat situs penyedia kutipan, percakapan mereka adalah tambang emas.

Bentuk ini mengingatkan saya pada komik digital yang akrab bagi milenial rombongan akhir dan Generasi Z. Komik digital di aplikasi disusun per satu fragmen yang memenuhi layar. Ini memudahkan pembaca untuk mengamati lekat-lekat ilustrasi dan dialog yang sederhana. Saya rasa ini memang kecenderungan baru dari cara menyampaikan sesuatu.

Generasi milenial dan Z dikesankan tidak menyukai teks yang rumit dan berpanjang-panjang. Puisi digital yang pendek dengan kalimat sederhana lebih disukai. Bahkan sudah banyak puisi digital seperti itu yang dibuat menjadi buku. Dan menjadi best seller.

Orang sekarang lebih suka memungut potongan-potongan dan seolah-olah menjadikannya seperti miliknya sendiri. Mereka merasa senasib dengan kalimat-kalimat sederhana seperti itu. Pada titik ini, Hanung Bramantyo cukup berhasil menerjemahkan “Bumi Manusia” untuk milenial dan Generasi Z.

Dialog antara Minke dengan Annelis di tepi danau menjadi fragmen roman yang berbekas di hati pemburu kutipan cinta. Pemilihan Iqbaal Ramadan sebagai Minke juga seleksi menarik. Milenial dan Generasi Z mengenalnya sebagai Dilan, remaja cerdas penjaja rayuan. Sisi romantis yang sudah menempel dalam diri Iqbaal membuat Hanung lebih mudah menghidupkan Minke bagi penonton muda.

Diskusi antara Minke dengan Nyai Ontosoroh soal pekerjaan ditutup dengan salah satu kutipan masyhur Pram: “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri.” Sebuah kutipan pendek yang bisa dibawa pulang penonton muda dan dijadikan wording unggahan tiket nonton Bumi Manusia di Instagram.

Ada berapa banyak milenial dan Generasi Z yang sudah ratusan kali mendengar kutipan “Adil sejak dalam pikiran”? Tahukah kamu itu kutipan dari Bumi Manusia tepatnya ketika dialog antara Minke dengan Jean Marais di tepi pantai?

Penonton muda bahkan tidak perlu mengetahui dinamika hubungan Minke dan Jean di novel Bumi Manusia. Hanung tidak mungkin menjelaskan latar belakang Jean, seorang spandri (serdadu kelas satu) secara tuntas. Namun, kita hanya perlu mencintai kalimat-kalimat mutiara seperti:

“Cinta itu indah, juga kebinasaan yang mungkin membuntutinya. Orang harus berani menghadapi akibatnya,” katanya. Ia juga yang mengutarakan: “Cinta itu indah, terlalu indah yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini.” Dia pula pemilik kata-kata ini: “Belajarlah berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.” Petuah-petuah itu selalu diingat Minke.

Apakah cara produksi Hanung ini salah? Tentu tidak. Satu hal yang pasti, mengangkat Bumi Manusia ke layar lebar bukan pekerjaan yang sederhana. Kompleksitas latar sosialnya tidak mungkin dimampatkan menjadi film berdurasi tiga jam. Bagi pembaca karya-karya Pram, eksekusi Hanung mungkin terasa mengganjal. Namun, bagi saya, ia berhasil menghidupkan Bumi Manusia, khususnya Minke dan Nyai Ontosoroh, menjadi entitas yang bisa diakrabi pembaca muda. Terasa dekat, tetapi tidak kehilangan kekuatan. Terutama Nyai Ontosoroh yang diterjemahkan dengan baik oleh Sha Ine Febriyanti.

Seperti bukunya, film Bumi Manusia ditutup oleh kalimat penohok ulu hati dari Nyai Ontosoroh: “Kita sudah melawan, Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”

Dada saya mendadak terasa penuh.

Intonasi, mimik wajah, dan tatapan mata Ine Febriyanti seperti memanggil kembali ingatan sejarah lama pertentangan pribumi, Indo, dan kawula kompeni. Ia seperti kesimpulan, seperti foto yang jelas tercetak. Bahwa Indonesia pernah kalah oleh gencetan zaman kolonial. Namun, ada keindahan dari sebuah usaha untuk “mencoba”.

Membaca Bumi Manusia di layar lebar adalah sebuah usaha untuk berlutut di depan megahnya perjuangan, untuk mencoba, meski pada akhirnya kalah. Sebuah pengingat yang bisa dengan mudah diterima oleh “pembaca segala zaman”.

Terakhir diperbarui pada 14 Agustus 2019 oleh

Tags: Bumi Manusiaiqbaal ramadhanMinkePramoedya Ananta Toer
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Pramodya: Panembahan Senopati Adalah Raja Dari Segala Dusta
Movi

Pramoedya: Panembahan Senopati Adalah Raja dari Segala Dusta

15 Februari 2023
Jika Pramoedya Ananta Toer Jadi Guru Sastra Indonesia
Movi

Jika Pramoedya Ananta Toer Jadi Guru Sastra Indonesia

10 Februari 2023
ilustrasi Iqbaal Ramadhan video klip Noah Yang Terdalam (Mojok.co/Ega Fanshuri)
Pojokan

Menghitung Jarak Iqbaal Ramadhan Jalan Kaki di Video Klip Noah-Yang Terdalam

21 Desember 2021
Ultah Korpri dan Lagu Haram Karya Ahmad Dhani
Esai

Ultah Korpri dan Lagu Haram Karya Ahmad Dhani

29 November 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
cek nomor imei kritik dijawab intrik zen rs najwa shihab tommy soeharto

Mengetahui Cara Cek IMEI Lebih Penting daripada Cek Akun Mantannya Pacar

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
Minke Bumi Manusia MOJOK.CO

Review Film Bumi Manusia: Menghidupkan Minke dan Nyai Ontosoroh untuk Pembaca Muda

14 Agustus 2019
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
universitas brawijaya mojok.co

15 Jurusan yang Sepi Peminat di Universitas Brawijaya, Tingkat Ketetatannya Rendah!

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

kip mojok.co

Kecewa dengan Mahasiswa Penerima KIP

26 Maret 2023
utang pinjol mojok.co

Teman Terlilit Pinjol: Dia yang Utang, Saya yang Dikejar-kejar

26 Maret 2023
Tak Berhitung Untung Rugi, Mbah Sri 60 Tahun Jualan Cenil dan Sate . MOJOK.CO

Mbah Sri, 60 Tahun Jualan Sate dan Cenil Keliling di Seputaran UB, Nggak Berhitung Soal Untung Rugi

26 Maret 2023
film korea bertemakan politik

Mau Pemilu, Ayo Lemesin Dulu dengan Nonton 7 Film Korea Bertema Politik Berikut Ini

26 Maret 2023
survei pemimpin ideal menurut anak muda

Pemilih Muda: Daripada Pemimpin Sederhana dan Merakyat, Lebih Suka yang Jujur dan Anti-Korupsi

26 Maret 2023
mengantre mojok.co

Uneg-uneg: Apa sih Susahnya Mengantre? 

26 Maret 2023
perempuan kuliah mojok.co

Uneg-uneg: Dinyinyiri karena Aku Perempuan dan Memutuskan untuk Kuliah

26 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In