Solusi Jodoh Ridwan Kamil hingga Resolusi Jodoh Ala Mojok Institute

MOJOK.CO – Sebuah resolusi jodoh ala Mojok yang bisa membantu kamu untuk mendapatkan pasangan terbaikmu di tahun ini.

Kami hanya bisa bantu doa, “Semoga amal ibadah orang ((PERTAMA)) yang memopulerkan pertanyaan ‘sudah punya calon belum?’ atau ‘kapan nikah?’ bisa diterima di sisi-Nya. Dan doa orang-orang yang terusik karenanya digantikan dengan kebaikan diri yang berlipat. Aamiin.”

Memasuki tahun 2019 yang makin individualis ini entah mengapa tulisan mengenai hidup berpasang-pasangan a.k.a “Resolusi Jodoh” ini masih perlu untuk dibuat. Mungkin, biar para jomblo tetap ingat bahwa mereka masih punya jalan ninja di tahun ini. Dan sadar bahwa Bapak Ridwan Kamil masih sudi membantu menemukan solusi bagi mereka. Sebuah saran untuk para netizen yang tega-teganya menghubungi beliau untuk mengajukan petisi, “Pak, tolong carikan jodoh!”

Hahh mbok pikir Kantor Gubernur Jawa Barat ki yo merangkap Kantor Biro Jodoh ta?

Jika Pak Ridwan memberikan tips kepada para jomblo untuk lebih banyak bergaul dan jangan sungkan memanfaatkan aplikasi jodoh-jodohan (seperti Tantan, RKjodoh, Badoo, Tinder, Frim, Momo, hingga Whoshere)—secara bijak dan cerdas agar bisa menemukan jodoh di tahun ini—maka Mojok Institute sebagai pusat para pemikir jomblo ingin memberikan Resolusi Jodoh-nya. Resolusi yang dibuat dengan pemikiran kejombloan yang mendalam dan disarikan dalam SATU RESOLUSI JODOH, yaitu …

Kamu

Dalam impian pencarian jodoh, tentunya kamu ingin mendapatkan dia yang mencintai dan menghargai dirimu. Paham bahwa kamu punya kekurangan dan mau menerima kekurangan tersebut ketika kalian berdua sudah mencoba mengubahnya namun tidak bisa berubah sempurna. Untuk mendapatkan jodoh seperti ini, cobalah belajar dari para petani yang menanam bibit tanaman sesuai dengan tujuan panennya. Petani mawar, akan menanam bibit mawar. Sedangkan petani padi, akan menanam bibit padi. Seperti itu pula kamu harus memulai resolusi jodohmu kali ini.

Maksudnya bagaimana, Jok?

Begini loh, Blo. Akan sulit dan cenderung mustahil (meskipun tyada hal mustahil jika Dia berkehendak… uhukkk) bagi kamu untuk bisa mendapatkan orang yang mencintai dirimu ketika kamu sendiri tidak paham “mengapa dirimu patut dicintai”.

Sederhananya begini, kamu harus punya jawaban dari pertanyaan “Kenapa aku harus mencintai kamu? Bukan dia, atau dia, atau dia?”. Kalau sampai sekarang kamu belum punya jawabannya maka cobalah kenali dirimu lebih dalam lagi. Bisa jadi, kamu belum bertemu dengan si dia yang mencintai kamu karena kamu sendiri belum tahu alasan kenapa kamu patut dicintai.

Kamu Lagi

Kamu, dirimu sendiri adalah pusat resolusi bagi penemuan jodohmu. Kalau kamu masih setengah hati dalam mencarinya maka jelas hambatan menemukan jodoh kita (eh, kamu aja dink) adalah dirimu sendiri.

Apa sih ciri-ciri setengah hati itu? Ya banyak, contohnya bisa kita lihat dari saran Pak Ridwan di atas. Jika kamu masih gengsi untuk menggunakan bantuan “pihak ketiga” (ntah aplikasi atau orang lain) untuk mengenalkan kamu dengan seseorang, itu berarti kamu belum cukup mau menemukan si dia. Kamu masih mementingkan gengsimu, ntah karena malu atau merasa terlalu “berharga” untuk mencari (bukan dicari).

Coba kamu renungkan, sebenarnya apa sih salahnya meminta bantuan pihak ketiga jika semuanya dilakukan dengan tetap memegang prinsip kehati-hatian? Dan tentu saja Asal Jangan Jadi Orang Ketiga… Hehehe.

Masih Kamu

Sebwa air tak menyatu dengan api meskipun kehadiran mereka sama-sama pentingnya

Kalau kamu memiliki kriteria jodoh impian, coba tanyakan ke dirimu sendiri apakah kamu sudah menjadi seperti jodoh yang kamu impikan itu. Misal, kamu mengimpikan jodoh yang taat beribadah, ya kamu juga harus taat beribadah. Kalau kamu ingin jodoh yang sabar, ya kamu juga harus sabar.

Kenapa begitu? Karena sebaik-baiknya pengharapan setelah pada Tuhan (uhuk) adalah pada diri sendiri. Jadi, daripada mengharapkan dia yang begini dan begitu, lebih baik kamu dulu yang begini dan begitu. Memantaskan diri untuk dia yang pantas bersamamu. Asyikkk…

Iya, Kamu

Ke-SALING-an, bukan Ke-AKU-an

Coba tanyakan pada dirimu sendiri, apa kamu memang sudah membutuhkan kehadiran seorang jodoh? Ataukah kamu hanya merasa tidak nyaman dengan pertanyaan ‘sudah punya calon belum?’ dan ‘kapan nikah?’ yang sering kamu dengar.

Kalau karena alasan kedua maka Mojok Institute punya saran solusi yang cukup ampuh untuk kamu. “Cukup doakan saja semoga amal ibadah orang yang bertanya bisa diterima di sisi-Nya dan doa kamu yang terusik karenanya digantikan dengan kebaikan diri yang berlipat. Ucapkan dalam hati sambil senyum-senyum tipis”.

Setali tiga uang dengan pertanyaan di atas, coba tanyakan juga pada dirimu sendiri, “Apa makna kehadiran jodoh itu bagi dirimu?”. Apakah kamu membutuhkannya sebagai pendamping hidupmu yang akan saling mengisi hari-hari berikutnya denganmu, saling menguatkan satu sama lain, saling mendukung, atau… saling, saling yang lain? Karena berdasarkan KBBI (haishhh) salah satu arti jodoh adalah pasangan. Ke-SALING-an, bukan Ke-AKU-an: agar aku ada temannya, agar aku semakin kuat, agar aku ada yang mendukung, atau … aku, aku yang lain. Sudah tahu bedanya, kan?

Akhirnya, sebagai penutup, The Last Kamu tentu saja adalah si dia. Karena bukan jodoh namanya kalau kamu hanya sendirian tanpa kehadiran dia. Untuk kamu (iya, kamu yang lagi muter-muter nyariin aku yang jelas-jelas ada di depanmu dan lagi baca “Resolusi Jodoh” Mojok Institute ini) jangan pura-pura begolah. Sampai sekarang kok belum juga paham seberapa cocoknya kita jika bersama. Cukupkan pencarianmu dengan kehadiranku.

Jadi, kapan orang tua kita saling mengenal???

 

 

Nb: Artikel ini ditulis semata demi keberlangsungan karier. Tabik.

Exit mobile version