MOJOK.CO – Usai rentetan teror bom Surabaya, kali ini giliran Polda Riau yang diserang terduga teroris. Kabarnya, dari 8 pelaku, 4 di antaranya tewas ditembak, sedangkan 4 lainnya kabur.
Seolah belum cukup horor dan teror yang menyelimuti Indonesia sejak bom Surabaya tempo hari, kali ini berita penyerangan kepada polisi kembali menyeruak. Mapolda Riau dikabarkan mendapat serangan dari delapan orang misterius yang diduga teroris.
Rabu (16/5) pagi, sebuah mobil Avanza putih yang dikendarai delapan terduga teroris ini ditabrakkan pada pagar Mapolda Riau. Melalui serangan kedelapan orang ini, dua orang polisi terkena sabetan senjata tajam di kepala dan tangan. Berdasarkan informasi dari Kabid Humas Polda Riau Kombes Sunarto, kedua polisi ini telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.
Sementara itu, polisi lain akhirnya berhasil meringkus 4 orang pelaku, sementara 4 pelaku lainnya kabur. Menurut berita terakhir dari Detik.com, keempat terduga teroris yang berhasil dilumpuhkan polisi ini dihentikan dengan cara ditembak mati. Lagi-lagi, Sunarto membenarkan berita ini.
“Empat orang tewas,” katanya.
Hingga tulisan ini diturunkan, olah TKP masih terus dilakukan, pun demikian dengan pemeriksaan mobil pelaku yang masih terparkir di samping Mapolda Riau. Karena diduga menyimpan bom, mobil ini diperiksa secara menyeluruh, hingga melibatkan Tim Gegana.
Kejadian penyerangan terhadap Polda Riau ibarat mimpi buruk dari beruntunnya serangan Surabaya. Pelaku-pelaku bertopeng turun keluar dari mobil, lalu segera membacok anggota polisi terdekat. Tak ayal, polisi yang berjaga segera melumpuhkan pelaku dengan timah panas.
Tragedi berdarah ini sekali lagi menyisakan luka dalam-dalam bagi Indonesia. Polisi tengah menjadi sasaran empuk beberapa pihak tak bertanggung jawab yang mencintai api, ledakan, hingga tajamnya senjata panjang. Entah kenapa, selalu saja ada yang punya nyali bertindak konyol seperti itu.
Tempo hari, kejadian serupa sempat ditakuti hadir di Mabes TNI AD Jalan Veteran, Sawah Besar, Jakarta Pusat, tepatnya pada hari Senin (14/5). Kala itu, sebuah sepeda motor diberitakan menabrak pagar Mabes TNI AD, menciptakan sedikit kekhawatiran atas penyerangan teroris.
Bedanya dengan penyerangan di Riau, penabrak pagar Mabes TNI AD tidak terbukti sebagai teroris—terduga pun tidak. Pasalnya, mereka hanya satu keluarga yang biasa saja, yang sedang mengejar kereta untuk pulang kampung ke Semarang. Saat itu, J (42), sang suami, tiba-tiba hilang keseimbangan ketika istrinya, A (32), menepuk bahunya untuk mengingatkan bahwa mereka telah salah mengambil jalan. Karena membawa dua tas ransel besar, J pun oleng hingga tidak sengaja menabrakkan motornya ke pagar Mabes TNI AD.
Mirisnya, kalau J dan A yang tidak sengaja menabrak pagar Mabes TNI AD itu berencana untuk pulang kampung menyambut bulan Ramadan dan bertemu keluarga, para terduga teroris yang menabrak pagar Mapolda Riau seolah-olah turut menyambut bulan Ramadan dengan cara yang sepenuhnya berbeda: bertemu kematian setelah merencakan kematian nyawa orang lain.
Mungkin, sesungguhnya mereka juga salah jalan. Bukan salah jalan untuk pergi ke stasiun kereta—tapi untuk bersikap selayaknya manusia.