ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Perjuangan Ibu Kartini Dikerdilkan Oleh Permadi Arya Menjadi Sebatas Cadar vs Kebaya

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
21 April 2020
0
A A
kartini, permadi arya, feminisme, emansipasi, aktivis mojok.co

kartini, permadi arya, feminisme, emansipasi, aktivis mojok.co

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Permadi Arya adalah contoh bahwa laki-laki masih tidak memahami emansipasi, dan ironisnya diteriakkan tepat di Hari Kartini.

Permadi Arya, yang kita sering lihat di Twitter sebagai @permadiaktivis membuat cuitan kontroversial. Cuitan itu berisi ucapan selamat Hari Kartini. Liat sendiri aja deh, bingung sumpah jelasin cuitan sampah kayak gitu.

RA Kartini bisa nangis di alam baka kalo tau Kebaya mau diganti Cadar. Selamat hari Kartini #KartiniDay

NO DEBAT pic.twitter.com/emr4MHq1ND

— Permadi Arya (@permadiaktivis) April 21, 2020

Permadi mereduksi makna cadar hanya mentok sebagai simbol penindasan dan poligami. Ini antara sebuah olok-olok dan kegoblokan dari orang yang dipuja banyak orang.

Rasanya begitu kerdil, ketika kita bilang wanita bercadar adalah wanita tertindas. Wanita bebas menentukan jalan hidup dan gaya berpakaian yang mereka inginkan. Titik. Mau memilih bercadar, berbaju kasual, atau memakai rompi Chuunin ketika kuliah, bebas. Kita harus sepakat ini dulu.

Cadar punya sejarah panjang. Cadar nggak muncul tiba-tiba, sudah ada semenjak jaman Jahiliyyah, yang berarti sudah ratusan tahun. Nabi Muhammad SAW pun tidak melarang penggunaan cadar. Kenapa tiba-tiba Permadi merasa bahwa dia punya otoritas untuk berkata bahwa cadar adalah simbol poligami?

Tuduhan cadar akan menggantikan kebaya pun amat sangat bodoh. Saya tidak mau menutup mata bahwa kampanye khilafah yang marak belakangan punya tujuan untuk mengganti ideologi Indonesia. Namun hingga kini, eksistensi kebaya tetap tidak goyah. Andaikan eksistensi kebaya menghilang pun, saya yakin bukan cadar penyebabnya.

Bisa jadi, suatu budaya akan tergantikan oleh budaya baru. Sedih, sih, tapi hal itu bisa terjadi. Kebaya akan digantikan pakaian yang lebih praktis, logikanya seperti itu.

Permadi Arya tidak bisa menempatkan mana yang pilihan, mana yang ideologi, dan mana yang simbol. Kalau bercadar pasti pro-poligami, kalau bercadar pasti pro-khilafah, kalau bercadar pasti benci kebaya. Seakan-akan cadar itu menentukan kadar kebaikan dalam diri seseorang.

Padahal bisa jadi, wanita bercadar karena dia memang ingin. Tidak ada paksaan. Tidak ada merasa terdindas atau tertekan ketika mengenakan cadar. Pun ada kok wanita bercadar yang menolak poligami.

Yang lebih jahat lagi adalah menilai kadar keimanan seseorang dari sebatas pakaian. Seakan-akan, kebaya dan cadar itu gambaran iman. Padahal, kita perlu menelisik hati diri sendiri sebelum menilai orang lain.

Masak kadar keimanan dan kebaikan diukur dari pakaian? Konyol. Sekali lagi saya ingin menegaskan kalau Ibu Kartini nggak pernah memperjuangkan pakaian, tapi buah pikiran. Kita saja yang hobinya mereduksi sebuah nilai dan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran.

Rasanya miris kita berbicara tentang semangat Kartini sebatas urusan pakaian yang melekat. Kita harusnya berbicara tentang kesetaraan. Kita harusnya berbicara mencari solusi menghilangkan pernikahan di bawah umur. Kita harusnya berbicara tentang wanita yang masih dianggap objek. Kita harusnya berbicara tentang kesetaraan upah.

Cuitan Permadi Arya itu menunjukkan satu hal, bahwa hingga sekarang masih banyak laki-laki yang tidak paham emansipasi. Masih banyak laki-laki yang merasa tahu bagaimana seharusnya wanita berpakaian, dan ironisnya justru diteriakkan di Hari Kartini.

Saya laki-laki, dan saya malu dengan cuitan Permadi Arya.

BACA JUGA Logika Kartu Prakerja: Kalau Bisa Bayar, Kenapa Harus Gratis? dan tulisan menarik lainnya dari Rizky Prasetya.

Terakhir diperbarui pada 21 April 2020 oleh

Tags: AktivisemansipasifeminismeKartinipermadi arya
Iklan
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Hobi main game dan suka nulis otomotif.

Artikel Terkait

Dolorosa Sinaga maestro pematung yang mengangkat isu kekerasan, menggelar pameran seni rupa di Jogja. MOJOK.CO
Ragam

Rekaman Kekerasan dalam Patung-patung Dolorosa Sinaga

30 Oktober 2024
Aktivis Lulus Molor Sudah Nggak Zaman MOJOK.CO
Kampus

Sudah Nggak Zamannya Aktivis Lulus Molor, Harus Membuktikan Diri Lulus Cepat IPK Tinggi Meski Sibuk-sibuknya di Organisasi

1 Maret 2024
barbie mojok.co
Hiburan

Film Barbie: Isu Feminisme Dibalut Komedi, Tertawa di Luar Merenung di Dalam

28 Juli 2023
Kartini Dalam Tungku Pembakaran Api Gerwani
Movi

Kartini Dalam Tungku Pembakaran Api Gerwani

28 April 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Tak Perlu Takut Kalau Anda Memang Positif Corona

Tak Perlu Takut Kalau Anda Memang Positif Corona

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Cuti Bersama Melahirkan Kesenjangan, tapi Pekerja Tutup Mata MOJOK.CO

Cuti Bersama Melahirkan Kesenjangan di Dunia Kerja: Tidak Bisa Dinikmati oleh Semua Pekerja dan Ada Saja Perusahaan yang Semaunya

13 Mei 2025
Sinar Jaya Suite Class, Sleeper Bus yang Bikin Saya Menyesal MOJOK.CO

Setelah Tidak Pernah Naik Bus, kini Saya Menyesal Mencoba Naik Sleeper Bus Sinar Jaya Suite Class

14 Mei 2025
Pengobatan gratis di Candi Borobudur dalam perayaan waisak. MOJOK.CO

Cerita Jemu Memboyong Ibu Usia 102 Tahun untuk Dapat Layanan Pengobatan Gratis di Candi Borobudur

11 Mei 2025
23 tahun tinggal di Jagakarsa, daerah terluas dan paling nyaman di Jakarta Selatan (Jaksel) MOJOK.CO

Puluhan Tahun Tinggal di Jagakarsa, Berdamai dengan Hal-hal Menyebalkan di Balik Label “Daerah Ternyaman” Se-Jakarta Selatan

17 Mei 2025
Bersyukur jadi lulusan SMK meski diremehkan karena lebih mudah cari kerja ketimbang sarjana MOJOK.CO

Lulusan SMK Diremehkan, Tapi Bersyukur Nasib Lebih Baik ketimbang Sarjana yang Banggakan Gelar tapi Nganggur

14 Mei 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.