MOJOK.CO – Damkar DKI Jakarta sedang mendapat pujian dari netizen, terutama soal keseriusan mereka dalam merespons setiap laporan dari warga. Gimana soal lapor polisi? Suram.
Berbanding terbalik dengan instansi kepolisian yang sedang mendapat cobaan berat karena pemberitaan dari Project Multatuli bikin netizen ngasih sentimen negatif, Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) malah sedang mendapat atensi positif dari netizen.
Gara-garanya simpel, akun Twitter @humasjakfire, akun resmi Damkar DKI Jakarta, kemarin (9/10) memposting sebuah video penyelamatan kartu ATM warga yang terjatuh di saluran air di daerah Matraman.
Ini videonya.
Petugas #DamkarDKI mengevakuasi kartu ATM yang terjatuh di saluran air tertutup dekat Bank DKI Matraman, Kel. Kebon Manggis, Kec. Matraman Jakarta Timur (8/10/2021) #JAKI @DKIJakarta @aniesbaswedan @ArizaPatria @dprddkijakarta pic.twitter.com/yPzRflddaY
— Pemadam DKI Jakarta (@humasjakfire) October 8, 2021
Penyelamatan “heroik” ini tentu memancing reaksi warga. Cuma ngambil kartu ATM aja, petugas sampai niat banget begitu. Nggak hanya nurunin satu atau dua petugas doang, tapi satu kompi. Bahkan ada alat berat juga yang digunakan dalam upaya penyelamatan kartu ATM tersebut. Kalau lapor polisi, kira-kira apa yang bakal terjadi?
Aksi semacam tersebut seolah kembali menyadarkan warga betapa multifugsinya instansi Damkar ini. Selama ini, banyak orang yang punya pikiran default bahwa petugas Damkar itu ya kalau ditelepon cuma buat memadamkan rumah warga yang kebakaran. Udah titik.
Selain penyelamatan kartu ATM yang bikin petugas Damkar mendapat rispek dari warga sekitar, pada 15 Juli 2019 lalu Damkar juga pernah melakukan operasi sarang tawon di daerah Jakarta Utara.
Ya, ini operasi sarang tawon secara harfiah ya, bukan kode-kodean operasi militer.
Meski begitu, sarang tawon yang ditangani petugas Damkar ini adalah salah satu spesies yang mematikan, yakni Vespa affinis atau tawon endhas. Semakin mematikan terutama kalau tawon ini menyengat dalam jumlah banyak.
Atas panggilan telepon dari warga, petugas Damkar pun akhirnya melakukan penyelamatan besar-besaran untuk membasmi sarang tawon tersebut. Sebuah dedikasi kerjaan yang luar biasa.
Bahkan selain soal operasi sarang tawon, kita juga kerap mendengar bagaimana petugas Damkar tidak setengah-setengah ketika dipanggil warga untuk urusan-urusan sepele lainnya seperti penyelamatan kucing, membantu warga menangkap ular atau biawak, membereskan pohon yang tumbang, sampai yang agak absurd… membantu melepas cincin kawin warga yang nggak bisa copot-copot.
Ya, kamu nggak salah baca: petugas Damkar dipanggil hanya untuk membantu melepaskan cincin kawin yang tidak bisa dilepas. Rispek buat kalian, Pak. Rispek!
Itu mungkin yang jadi sebab, di luar negeri, Damkar adalah sebuah profesi yang sangat-sangat terhormat.
Di Indonesia, profesi ini bukannya tidak terhormat sih, hanya saja strata sosial masyarakat kita ketika melihat seseorang bekerja sebagai petugas Damkar, mereka ini dianggap belum selevel dengan petugas kepolisian atau anggota militer—atau bisa jadi dianggap masih belum selevel dengan PNS. Jadi, lebih banyak yang kepikirannya lapor polisi untuk kesulitan-kesulitan tertentu.
Lebih ngenesnya lagi, Damkar adalah profesi yang taruhannya nyawa, tapi penghormatan yang mereka terima selama ini—harus diakui—kurang diapresiasi. Profesi polisi atau TNI, di Indonesia, dianggap jauh lebih tinggi… atau bergengsi.
Melihat cerita-cerita tersebut, cerita seperti betapa garcep dan niat para petugas Damkar, seharusnya hal semacam itu perlu untuk ditiru oleh instansi-intansi lain yang sama-sama dibiayai negara.
Nggak usah muluk-muluk meniru di segala aspek sih. Cukup satu aja, simpel: bahwa jangan pernah meremehkan setiap laporan dari warga. Mau sesepele apapun laporan itu.
Makanya itu, ini usul aja sih, karena Damkar terbiasa menangani laporan-laporan “sepele” dari warga, bisa kali ya mereka kasih penyuluhan ke beberapa oknum polisi di Indonesia yang kadang masih suka meremehkan laporan dari warga. Bahkan kadang yang bikin nyesek itu tidak hanya meremehkan, tapi juga sampai pada tahap meragukan mau lapor polisi.
Apalagi kalau kasus yang “kemarin itu” tidak dijadikan bahan evaluasi serius. Wah, bukan tidak mungkin suatu hari nanti bakal muncul kampanye di mana-mana: percuma lapor polisi, lebih baik lapor Damkar aja!
Soalnya gini, Pak, bukan gimana-gimana ini ya, takutnya nanti warga kalau sudah punya stereotipe bahwa laporan ke Damkar selalu direspons dengan serius dan lapor polisi tidak, nanti kalau urusan kejahatan, warga malah minta tolongnya jadi ke Damkar gimana?
Kan ya bisa remoook itu pelaku kejahatannya. Bukannya ditangkap untuk diadili, tapi malah disemprot water canon. Lebih-lebih kalau ia adalah terduga pelecehan seksual. Walah, haaayaaa bisa habis itu selangkangannya, Pak.
BACA JUGA #PercumaLaporPolisi Malah Jadi Curhat Colongan Netizen saat Berhadapan dengan Polisi dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.