MOJOK.CO – Banyak orang yang pindah negara karena menganggap jadi bule di negara orang lebih enak daripada jadi pribumi di negara sendiri.
Beberapa waktu lalu, saya sedang berada di sebuah tempat makan sendirian. Di meja depan saya, sedang duduk 4 orang perempuan yang sepertinya sudah lama tidak bertemu. Selayaknya orang-orang yang jarang bertemu, maka banyak yang mereka obrolkan. Baik tentang pekerjaan, hubungan asmara, ghibah tentang teman lain yang tak datang, hingga mengenai rencana masa depan. Ketika membahas tentang rencana masa depan ini, dua orang di antara mereka mengungkapkan dengan sangat yakin bahwa mereka berniat untuk pindah negara dan pergi dari Indonesia.
Mendengar rencana mereka tersebut, sebetulnya saya tidak terlalu kaget. Tetapi, saya tidak menyangka jika saya merasa sakit hati mendengarnya—oke, saya saja yang terlalu sensitif. Apalagi ketika diceritakan alasannya…
…kalau mereka tidak lagi tahan dengan pemerintahan yang semrawut, KKN di sana-sini, muak dengan masalah toleransi dan sok ngurusi pilihan orang lain yang tiada henti muncul di berbagai lini, serta sudah terlalu lelah menghadapi komentar-komentar tak masuk akal yang membuat kehidupan terasa tambah menyesakkan.
Tentu saja keadaan ini berbanding terbalik dengan perkiraan kita tentang kehidupan di luar negeri yang jauh lebih tertata, lebih dapat memberikan kenyamanan dan keamanan dalam kehidupan. Nggak ada yang sok ngurusi kehidupan masing-masing. Orang-orangnya lebih menghargai waktu. Serta punya pikiran yang lebih terbuka dan bisa memberikan kebebasan seseorang untuk memilih jalan hidupnya masing-masing. Ini memang tidak sepenuhnya salah, tapi bisa jadi juga tak sepenuhnya benar.
Pasalnya, negara-negara maju yang kita anggap dapat memberikan kenyamanan dan keamanan, nyatanya juga tidak betul-betul seperti itu. Misalnya, di Amerika, dalam pemerintahan Trump sekarang, ada beberapa kebijakannya yang justru mempersulit imigran mendapatkan kesejahteraan. Belum lagi, banyak sekolah di sana menjadi tempat tindak kriminal, seperti kasus penembakan.
Negara Inggris dan Australia yang kelihatan nyaman itu, juga menjadi negara yang cukup rasis, terutama pada imigran yang berasal dari India. Sementara Jepang, meski mereka punya budaya yang menarik dan terlihat nyaman ditinggali, pada kenyataannya, juga tetap punya risiko yang mengintai, yakni bencana gempa dan tsunami yang lebih sering terjadi daripada Indonesia.
Jadi, yakin nih, dengan pergi dan menghindar, betul-betul dapat membuat hidup kita lebih tenang? Apa iya, dengan pindah negara dan hidup di negara lain, tidak ada masalah apa pun? Apa betul, di luar sana bakal semenyenangkan seperti yang kita kira? Jangan-jangan kita memang sedang terjebak ilusi tentang sisi baiknya sebuah negara dalam merawat warga negaranya, tapi belum tahu bagaimana bobroknya keadaan di sana.
Hanya karena sepengetahuan kita sebuah negara memiliki perekonomian baik, maka dapat serta merta kita anggap betul-betul dapat memberikan kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya. Atau hanya karena sebuah negara memiliki aturan yang tegas dan disiplin, sudah pasti ia berhasil membuat kita nyaman hidup di tanahnya.
Bukankah di mana pun kita berada, maka akan selalu ada masalah dan tantangan yang mengikuti? Nyatanya, senyaman-nyamannya sebuah tempat, toh, ia tidak bakal betul-betul menjadi sempurna. Haqqul yaqin, mereka tentu menyimpan ketidaknyamannya masing-masing. Yang sayangnya, saat ini belum kita ketahui.
Lagian ya, beneran yakin nih, mau pindah negara hanya karena sudah muak dengan segala masalah yang ada? Fyi aja, tinggal di negara lain pun juga belum tentu terbebas dari masalah. Malah bisa jadi masalah yang muncul lebih ribet dari yang kita kira. Udah punya masalah, eh, masalahnya pakai bahasa asing pula. Ribet, kan?
Jangan-jangan, banyak orang Indonesia yang pengin pindah negara, lantaran mental inlander kita yang masih saja melekat. Kita terlalu menganggap bahwa semua bule memiliki pemikiran yang keren dan maju. Apalagi dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah terbiasa memperlakukan bule dengan lebih terhormat dibandingkan kaum sebangsa sendiri. Oleh karena itu, kita pengin pindah negara, lalu tinggal di luar negeri, dan menjadi bule. Tentu saja, sebuah keinginan luhur supaya kita juga menjadi sosok yang punya ‘nilai guna’ lebih. Lantas, juga diperlakukan lebih terhormat kalau nanti main-main ke Indonesia.
Fyi aja, hidup di Indonesia sebetulnya juga nggak jelek-jelek amat, kok. Kita punya cuaca yang lebih bersahabat sehingga nggak perlu ribet-ribet menghadapi empat musim dengan suhu yang sungguh ekstrem. Kita punya budaya yang kental dengan kekeluargaan dan kebersamaan jadi nggak bakal membuat kita kesepian. Hingga, kita bisa makan Indomie dengan harga murah, maupun makan tempe sepuas-puasnya. Apa iya, dengan pindah negara, kita bakal merasakan anugerah sederhana semacam ini?
Ah, tapi hidup memang sekadar perkara sawang sinawang, sih. Kita merasa hidup kita saat ini tidak enak, karena kita telah membandingkannya dengan hidup orang lain yang kelihatannya enak. Padahal mah, ya, memang betul-betul enak. Eh.