MOJOK.CO – Pentingnya pendidikan seks untuk bersiap dengan pertanyaan anak-anak soal; bayi manusia itu muncul dari mana?
“Ayah, emangnya anak bayi itu muncul dari mana sih?”
Itu pertanyaan paling seram yang bisa saya bayangkan bakal muncul dari anak saya. Bukan apa-apa, meski pertanyaan itu adalah pertanyaan wajar, tapi tak banyak orang tua yang punya kesiapan mental untuk menjawabnya.
Rasa canggung akan muncul seketika kalau pertanyaan itu muncul dari anak-anak, apalagi kultur pendidikan seks di masyarakat kita masih dianggap tabu.
Dari kecanggungan ini, serta stigma tabu pada pendidikan seks, saya masih ingat bagaimana orang tua zaman dulu menjawab pertanyaan ini. Dan salah satu jawaban absurd itu muncul, yakni pernah ada mitos bahwa (((bayi muncul dari pusar ibunya))).
Ini kebohongan yang sangat absurd tapi cukup dipercaya oleh anak-anak pada zamannya. Dalam pikiran anak-anak, kosakata seperti vagina, janin, air ketuban, dan lain sebagainya belum ada. Sehingga ngeles dengan bilang bahwa bayi keluar dari pusar ibunya bisa diterima seolah itu taken for granted.
Kamu nggak usah protes dan bilang, “Kok goblok banget sih, sampai percaya bayi bisa keluar dari pusar ibunya?”
Ya, namanya juga anak-anak, Marwoto. Dikibulin kan masih gampang.
Selain soal pusar ibu-ibu yang bisa ngeluarin bayi, saya bahkan dulu (ketika anak-anak) percaya kalau bayi itu muncul dari dubur ibunya. Maksudnya, ya tempat keluar bayi itu saya kira sama persis dengan tempat keluarnya tokai.
Hal ini karena jawaban orang tua zaman dulu bilang gini, “Bayi itu dikeluarinnya ya ngeden dari perut ibunya.”
Gara-gara fokus pada kata ngeden, saya jadi menganggap bahwa bayi itu satu tempat dengan usus manusia. Waw, imajinasi yang liar sekali.
Untungnya, operasi sesar sudah masuk pada logika anak-anak sejak dulu. Itulah kenapa saya dulu percaya, seorang ibu yang melahirkan dengan cara operasi itu pasti karena tidak ingin anak bayinya tercampur sama tokai-tokai yang ia keluarkan.
Oke, itu tadi soal-soal anak yang tanya bayi muncul dari mana, sekarang pertanyaan paling seramnya adalah, “Dari mana bayi dalam kandungan ibunya itu muncul?”
Nah, soal ini ada beragam jawaban dari orang tua zaman dulu. Ada jawaban yang menarik seperti munculnya mitos, kalau perempuan sudah haid dan ia tidur bareng laki-laki, maka ia bisa hamil.
Sejujurnya, mitos ini cukup bikin ngeri sih. Seorang teman pernah mengaku, ia sampai merasa ketakutan kalau tidur dengan laki-laki meski itu adalah saudaranya sendiri. Pfft.
Saya sendiri, ketika masih anak-anak, percaya bahwa seorang perempuan pada usia tertentu bakal tiba-tiba hamil sendiri. Ya entah muncul dari mana, tiba-tiba perutnya akan membesar dan ada janin di dalamnya.
Itulah kenapa saya percaya (dulu) perempuan harus segera menikah, jaga-jaga kalau ia nanti tiba-tiba hamil biar ada sosok bapak yang siap sedia menjaganya. Dugaan yang pada akhirnya keliru besar setelah SMP saya mempelajari biologi.
Menanggapi kegusaran banyak anak-anak zaman dulu yang tak terjawab mengenai pendidikan seks macam ini, menjadi wajar kalau orang tua milenial lebih konsen soal ini. Lebih siap lah kalau nanti anak mereka menanyakan pertanyaan serupa. Oleh sebab itu, saya coba kasih pengingat dan pemahaman, kenapa pendidikan seks semacam ini penting buat anak-anak kita.
Lebih baik anak kita tahu soal seks dari kita ketimbang tahu dari temannya
Pikirkan lagi kalau kamu merasa tak perlu mengajari pendidikan seks ke anak dan memilih untuk membiarkan anak tahu sendiri. Percaya sama saya, itu risikonya kelewat besar.
Anak yang penasaran bisa saja diberi informasi oleh temannya. Oke, mungkin informasi pendidikan seks yang didapat bener. Seperti misalnya, penis yang masuk ke vagina itu bisa menciptakan janin di perut si perempuan. Itu bener, tapi persoalan moralnya luput.
Ya maklum, obrolan anak sebaya ketika membahas itu kan bisa sangat liar. Ini belum dengan banjir informasi di internet. Bisa saja si anak awalnya cuma penaran, lah kalau akhirnya nyelonong masuk ke situs bokep karena dapat info VPN dari temennya gimana?
Itulah kenapa, dalam hal ini, melibatkan diri soal pendidikan seks kepada anak jadi hal yang bukan lagi pilihan bagi orang tua. Harus dihadapi, harus dilakukan. Zaman sudah membuatnya tidak bisa dihindari lagi.
Pakai analogi kalau kamu malu
Soal pendidikan seks, perasaan canggung bisa diatasi dengan cara mengubah analogi yang lebih halus. Misalnya, jika penetrasi penis ke vagina terlalu vulgar, kamu bisa menjelaskan lebih dulu soal keberadaan bayi itu muncul karena ovum dari perempuan dibuahi oleh sperma yang dimiliki laki-laki.
Kamu bisa menganologikannya seperti putik dan benang sari. Bahwa dari pertempuan antara putik dan benang sari muncullah buah. Dari situ buah bisa dikontekstualisasikan seperti bayi dalam kandungan si ibu.
Apabila penjelasan ini sudah dirasa cukup oleh si anak, kamu bisa berhenti di situ. Tapi kalau anak masih bertanya lagi, di mana pertemuan putik dan benang sari terjadi pada manusia, maka kamu bisa menjelaskan lebih dalam.
Seperti pertemuan itu terjadi di dalam perut si ibu, misalnya. Dan pertemuan itu hanya boleh terjadi kalau si laki-laki dan si perempuan sudah berada dalam bingkai pernikahan.
Jangan sampai tidak menjawab
Salah satu hal kenapa mitos-mitos absurd soal jawaban dari bayi muncul dari mana adalah karena orang tua zaman dulu kerap tidak menjawab pertanyaan anak soal pendidikan seks.
Jadi jangan sampai kamu menghindar atau menjawab dengan jawaban yang tidak tepat, karena itu bisa jadi bumerang buat si anak ketika menghardik ke temennya di sekolah nanti ketika lagi bahas pendidikan seks secara otodidak…
“Eh, kamu jorok banget sih, bayi itu keluar dari pusar ibunya yaaaa!”
Wah, siap-siap deh anakmu jadi bahan bulian temen seangkatan di sekolah.
BACA JUGA Seks dan Cermin Kelakuan Kita atau tulisan rubrik POJOKAN lainnya.