Saya rasa, kombinasi harga murah dan rasa enak adalah resep dasar sebuah usaha kuliner akan langgeng. Berbarengan dengan dua aspek itu, ada satu lagi yang menjadi unsur penting. Yang saya maksud adalah konsistensi rasa. Dan, Olive Chicken, ayam goreng kesayangan masyarakat Jogja, adalah salah satunya.
Istri saya salah satu penggemar Olive Chicken. Dia dan anak saya suka paha atas. Kalau saya sendiri, suka dada lembut. Kalau sedang menginap di daerah Baciro, Kota Jogja, paling tidak satu kali dia menyuruh saya untuk membeli ayam goreng favoritnya.
Apalagi rumah saya di Baciro dekat dengan dua gerai Olive Chicken yang katanya jadi yang terbaik. Yang saya maksud adalah gerai di daerah Glagahsari. Yang sebelah utara Kampus UTY itu.
Murah, enak, dan rasanya nggak pernah berubah. Itu jadi panduan bagi istri saya untuk menyediakan makan bagi anak kami. Yah, sesekali makan Olive Chicken. Apalagi di Jogja sendiri sangat mudah menemukan gerai ayam goreng terbaik ini.
Oleh sebab itu, ketika mendengar kabar Olive Chicken akan naik harga, kami berdua rada kaget. Tumben.
harga olive fried chicken naik per 1 januari 2026. | @rohadisantoso pic.twitter.com/Jm435uh8Tn
— Merapi Uncover (@merapi_uncover) December 11, 2025
Ada tiga item Olive Chicken yang akan mengalami kenaikan. Pertama, bagian sayap dari Rp7 ribu ke Rp8 ribu. Kedua, paha atas dari Rp13 ribu ke Rp15 ribu. Ketiga, chicken steak dari Rp13 ribu ke Rp14 ribu.
Kenaikan yang terjadi, bagi saya pribadi, masih wajar. Yang paling kaget, mungkin, penggemar paha atas. Maklum, paha atas adalah salah satu bagian paling gurih dan penggemarnya sangat banyak.
Harga Olive Chicken layak naik
Saya melempar kabar kenaikan harga Olive Chicken di Januari 2026 ke beberapa masyarakat Jogja kenalan saya. Rata-rata dari mereka tidak mempermasalahkan kenaikan harga ini. Bagi mereka, harga yang muncul masih wajar. Saya juga sepakat.
Sebagai bapak rumah tangga yang hampir setiap hari masih rutin mengantar istri belanja ke pasar, saya jadi tahu dinamika harga bahan baku. Sebuah fenomena yang sering bikin penjual dan pembeli kompak untuk mengeluh. Yang satu khawatir jualannya nggak laku, satunya resah nggak bisa memenuhi asupan protein untuk keluarga.
Salah satu bahan pangan yang baru saja mengalami kenaikan adalah ayam potong ras. Di Jogja sendiri, rata-rata harganya antara Rp37 ribu sampai Rp40 ribu. Apakah harga bahan baku ayam jadi alasan Olive Chicken menaikkan harga? Saya tidak tahu. Ini hanya potret kehidupan yang terjadi di akar rumput.
Kalau Olive Chicken sendiri, mungkin banyak faktor yang bikin manajemen mereka memutuskan menaikkan harga Rp1 ribu sampai Rp2 ribu. Mungkin juga karena biaya produksi membengkak, sampai biaya gaji karyawan. Semua kemungkinan bisa terjadi di dalam bisnis makanan.
Namun yang pasti, kalau saya, Olive Chicken layak menaikkan harga. Semata karena saya berharap mereka bisa bertahan selama mungkin. Maklum, saat ini, banyak yang memandang ayam Olive itu sudah lebih enak dibanding sebuah waralaba dari Amerika. Sudah begitu, harganya lebih murah lagi.
Naik seribu atau dua ribu, untuk daya hidup yang lebih lama adalah harga yang pantas. Mungkin, banyak yang akan mengeluh, bahkan marah, kalau rasa Olive Chicken berubah. Sudah “lebih mahal”, rasa berubah. Nah, kalau itu sudah beda perkara.
Usulan dari sebuah keresahan masyarakat Jogja
Akun Merapi Uncover adalah salah satu akun yang ikut membagikan informasi kenaikan harga Olive Chicken di Januari 2026. Nah, kalau kamu punya waktu luang, coba baca beberapa komentar di unggahan tersebut. Ada satu komentar yang menarik minat saya. Komentar yang saya maksud adalah soal “tukang parkir”.
Ada sebuah akun yang “usul”. Kalau misalnya cuma bungkus, sebaiknya gratis parkir. Dia berkaca dari gerai Olive Chicken di Glagahsari yang sampai saat ini tidak memakai tukang parkir. Apakah kalian setuju dengan usulan ini?
Saya pribadi terbelah antara setuju dan tidak. Di gerai Glagahsari, pengunjung Olive Chicken sering tidak rapi memarkirkan motornya. Tukang parkir, yang amanah, bisa menyelesaikan masalah ini. Terlihat dari keberadaan tukang parkir di gerai Olive Chicken lain, yang sejauh ini “aman saja”.
Nah, di sisi lain, saya maklum jika ada masyarakat Jogja yang risih dengan keberadaan tukang parkir. Tentu, yang saya rujuk adalah tukang parkir liar. Keresahan di dalam kepala ini, mungkin, muncul dari sejarah keresahan warga Jogja akan keberadaan tukang parkir liar.
Fasilitas yang seharusnya gratis seperti ATM, toko kelontong, dan minimarket saja “diduduki” oleh tukang parkir liar. Yah, bisa jadi, keresahan ini terbawa ketika membahas kenaikan harga Olive Chicken.
Saya rasa ini bahasan yang menarik untuk didalami. Lewat sebuah fenomena kenaikan harga kuliner kesayangan masyarakat Jogja, kita menemukan sebuah wajah berisi keresahan. Ini jadi bukti bahwa warga Jogja memang mencintai Olive Chicken.
Mereka tidak ingin kesayangan mereka terkontaminasi oleh jukir yang meresahkan. Saya pun begitu.
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 7 Fakta Olive Fried Chicken, Oleh-oleh Khas Jogja yang Rasanya Nggak Kalah dari KFC dan pengalaman menarik lainnya di rubrik POJOKAN.












