MOJOK.CO – Bagi kamu pencinta kegiatan, maka melakukan danus mahasiswa tentu tidak lagi asing bagi rutinitas keseharian.
Hai kamu yang dulunya mahasiswa apalagi suka berkegiatan. Pasti nggak asing dengan mencari dana ketika ingin mengadakan sebuah kegiatan. Ya mau gimana lagi? Lha wong, uang dari fakultas dan jurusan jumlahnya nggak mumpuni, ngurusin SPJ (Surat Pertanggungjawaban)-nya cukup ribet banget lagi. Jadi ya, mau nggak mau harus ada usaha lain biar dana yang terkumpul bisa tercukupi.
Nah, untuk mencukupi dana yang kurang tersebut, berbagai usaha pun dikerahkan. Salah satunya dengan melakukan danus. Bagi kamu yang sering melakukan danus mahasiswa, hingga menjadi mahasiswa kuda-kuda (kuliah danus-kuliah danus), tentu nggak bakal asing dengan lika-liku ini.
1. Ngamen Rame-rame
Salah satu kegiatan yang sering dilakukan ketika sedang danus adalah ngamen. Karena nggak semua anggota punya nyali yang gede, akhirnya ngamennya dilakuin bareng-bareng alias rombongan. Dari rombongan yang jumlah orangnya nggak bisa dikatakan sedikit ini, biasanya hanya satu atau dua orang main gitar, sisanya nyanyi semua. Bahkan yang tipe orangnya malu-malu, bakal milih di tengah atau di belakang sambil mainan handphone dan nggak berani menatap wajah orang-orang yang nontonin mereka.
Mereka bakal keliling ke tempat makan yang kira-kira rame dengan pengunjung. Jadi sekali nyanyi, bisa langsung dapat ‘apresiasi’ dari banyak orang sekaligus. Oh iya, yang hampir selalu nggak ketinggalan. Di kotak tempat yang menerima ‘apresiasi’ tersebut nggak lupa juga ditempeli poster acara atau tujuan mereka ngamen. Ya, sekalian. Dapat duit dan juga promosi face to face.
2. Jualan Apa Saja yang Penting Halal
Iya, barang apapun bisa jadi komoditi jualan demi terselenggaranya acara yang diimpikan. Beberapa diantaranya adalah, makanan, bunga, dan kaos ataupun totebag. Kalau jual makanan sih, bakal memanfaatkan kelas di pagi hari ketika teman-teman mereka pada belum sempat sarapan. Eh, bisa juga ding di siang hari, ketika udah pada laper, sedangkan kelasnya nggak kelar-kelar juga.
Sedangkan kalau jualan bunga, biasanya sih lebih sering di lampu merah, dan rame-rame. Menjajakan bunga-bunga yang harganya jadi lebih mahal pada setiap pengendara yang sedang berhenti. Awalnya sih, cuma pengin menyasar para pasangan doang. Tapi lama-lama, siapa aja ditawarin. Ya, siapa tahu~
Nah, biar jualan bunga ini tetap nampak kece, tak lupa pakai korsa andalan. Biar auranya sebagai mahasiswa tetap terpancar.
Sementara kalau jualan kaos atau totebag, dibandingkan dua contoh jualan yang lainnya, ini yang paling kelihatan nggak ngoyo-ngoyo amat, sih. Hanya dengan modal desain dari salah satu orang teman…
…wuzzz tinggal di-share di berbagai lini media sosial dengan nunjukin harga dan tanggal pre-order. Maka pembeli bakal datang dengan dirinya. Sungguh amat efisien, Saudara.
3. Sebar Proposal Kerjasama
Mengharapkan dana dari sponsor, sungguh sebuah keinginan yang tidak mudah dibendung. Apalagi kalau berhasil dapat sponsor dari sebuah perusahaan yang gede. Uuuh, maka mengumpulkan rupiah sedikit demi sedikit dari hasil dana usaha, sudah tidak perlu lagi dilakukan.
Akhirnya, banyak modal yang dikeluarkan untuk bikin proposal dalam bentuk cetak—padahal nyetak proposal yang full-colour dengan jenis kertas yang kece biayannya nggak sedikit. Namun tak apa, sebab ini bukti keseriusan dan keoptimisan, bahwa mereka bakal berhasil mendapatkan sponsor dan setidaknya biaya cetak proposal kerjasama bisa balik modal.
4. Uang Saku Habis Karena Beli Jualannya Sendiri
Biasanya, saking sayangnya sama organisasi atau acara yang bakal dibikin itu, tidak cukup hanya mengusahakan terkumpulnya dana dari kegiatan jualan atau cari sponsor. Ketika jualan makanannya nggak habis, mereka rela-rela saja untuk membelinya. Meski sebetulnya lagi nggak laper. Ketika yang pesen kaos atau totebag-nya masih sedikit dan masih belum memenuhi kuota minimum order, mereka juga rela-rela aja beli, padahal nggak pengin-pengin amat.
Akhirnya, mau tak mau, uang saku jadi menipis hanya karena beli jualannya sendiri. Tapi, meski itu menyengsarakan, ada rasa bahagia dan senang di dada yang tak dapat tercurahkan dengan kata-kata.
5. Rebutan Nggak Mau Jadi PJ Danus
Ribetnya tugas seorang danus mahasiswa karena harus mengerahkan berbagai upaya baik tenaga, waktu, moril, dan materiil, biasanya bakal sulit banget untuk menemukan…
…orang yang mau dan rela jadi PJ Danus. Ya, gimana, jeh, ngerjain tugas kuliah aja udah empet-empetan, ini masih ada tanggung jawab lain untuk nyari uang. Masih mending kalau uangnya buat diri sendiri. Lha ini buat bareng-bareng. Belum lagi, teman-teman yang belum tentu sama-sama kooperatif.
Bilangnya di awal sih, seorang PJ hanya bertugas mengkoordinir saja. Nanti yang melakukan danus mahasiswa, ya, semuanya akan sama-sama ikut membantu. Halah mbel, kata-kata itu sering kali hanya menjadi sebuah fatamorgana. Cuma manis di awal doang, kayak omongannya gebetan.
Namun zaman memang sudah berubah, dengan kemudahan teknologi saat ini, maka kesempatan untuk mendapatkan dana tidak lagi perlu terlalu menghabiskan banyak waktu sehingga jauh lebih efisien. Jika kita setidaknya pandai menjual diri memanfaatkan media sosial dan aplikasi-aplikasi jualan online. Misalnya dengan bikin jastip ataupun paid promote.
Selain itu, jangan lupa memanfaatkan bidang keilmuan masing-masing untuk membuka jasa yang dibutuhkan oleh banyak orang—setidaknya civitas akademik kampus. Misalnya, membantu verbatim data wawancara skripsinya kakak tingkat. Atau juga bikin acara kecil namun berbayar untuk bisa mengadakan acara yang lebih besar.
Masak, sih, udah mau 2019, masih tetep jualan bunga di perempatan jalan pakai baju korsa? Itu beneran masih ada yang beli nggak, sih? Dunia sudah berkembang, Sayang. Masak kreativitasnya masih stagnan gitu-gitu aja? Mbok tolong~