MOJOK.CO – Hamparan sawah yang hijau memang selalu tampak indah dan menyenangkan, apalagi kalau buat background foto.
Sejak menemukan fakta bahwa ada banyak sekali hotel dan penginapan estetique yang menawarkan pemandangan luar biasa dengan harga yang ternyata nggak mahal-mahal amat, saya dan istri saya jadi lumayan sering menginap di hotel dan penginapan yang menurut kami asyik. Kalau kata orang-orang istilahnya staycation.
Saya merasa kebiasaan staycation yang saya lakukan bersama istri ini adalah semacam kebiasaan yang dilatarbelakangi oleh dendam masa kecil. Maklum saja, di masa kecil, kami berdua memang sama-sama melarat. Tiada mungkin menginap di hotel.
Orang melarat itu hampir nggak mungkin berpikir tentang hotel. Kalau mereka kemalaman di sebuah kota, yang mereka pikirkan pastilah “Siapa kerabat atau teman di kota ini yang bisa kita tumpangi?” atau “Di mana masjid yang serambinya bisa buat kita numpang tidur sejenak sampai subuh?” Bukan “Di mana hotel terdekat di sekitar sini?”
Tentu saya paham betul hal ini, sebab saya adalah salah satunya.
Sekarang, ketika saya dan istri saya mulai bisa menyisihkan gaji kami, rasanya tak ada salahnya kami mencoba untuk sedikit mengikuti gaya hidup orang yang sudah makmur dengan cara hobi menginap dari hotel yang satu ke hotel yang lain.
Tuntutan konten instagram semakin membuat hobi ini semakin menjadi-jadi. Berburu hotel yang instagramable untuk kemudian berfoto di sana sebagai konten adalah sebuah keasyikan tersendiri bagi kami.
Beberapa minggu yang lalu, kami menginap di sebuah penginapan di sekitaran Candi Borobudur. Kami mendapatkan sebuah penginapan dengan harga yang cukup miring, padahal penginapan tersebut menawarkan pemandangan kebun tembakau dengan Bukit Menoreh yang sangat indah itu sebagai latar belakangnya.
Keberuntungan itu kemudian memancing kami untuk berburu penginapan lain yang lokasinya masih di sekitaran Candi Borobudur.
Setelah berburu melalui aplikasi, dapatlah satu penginapan yang kami anggap sangat layak untuk kami coba. Kebetulan harganya juga tak terlalu mahal.
Penginapan tersebut mempunyai pemandangan yang sangat indah dan tentu saja instagramable. Mereka punya kolam renang kecil yang lokasinya bersebelahan persis dengan sawah. Kalau difoto dari sudut yang tepat, stupa Candi Borobudur itu bisa ikut nampang.
Di Instagram, kami sempat menemukan foto-foto testimoni dari para tamu yang sudah pernah menginap di penginapan tersebut. Dan hasilnya sungguh membuat kami terpukau. Foto-foto mereka tampak indah sekali. Hamparan sawah yang menghijau berpadu mesra dengan warna air kolam renang yang tampak biru.
Maka, tanpa banyak pertimbangan lagi, kami langsung memesan satu kamar.
Lokasi penginapan tersebut sangat strategis. Hanya beberapa menit dari jalan utama depan Candi Borobudur.
Di penginapan tersebut, segala keindahan yang kami lihat di Instagram benar-benar terbukti. Kolam renangnya yang walau kecil namun terlihat sangat elegan. Sangat cocok sebagai background untuk berfoto. Bangunannya “lucu” dengan sentuhan tradisional yang didominasi oleh kayu. Lantai pekarangannya terdiri dari perpaduan sempurna rumput dan batu alam.
Di tengah penginapan, ada kolam kecil berisi ikan-ikan koi berukuran besar yang semakin menambah kenyamanan penginapan.
Yang paling penting, menu makanan yang disajikan semuanya enak. Soto, omelet, telur, nasi goreng, sampai mendoan. Kopinya dahsyat, teh serainya juga mantap.
Satu-satunya yang mengganjal bagi saya adalah kenyataan bahwa sawah yang lokasinya persis di samping penginapan tersebut baru saja dipanen. Hasilnya, tak ada hamparan padi yang menghijau. Yang ada hanyalah bekas-bekas tanah tandus dengan jerami dan merang berwarna coklat yang tentu saja sangat tidak estetique itu.
Tanpa adanya hamparan hijau tanaman padi, keindahan penginapan menjadi kurang sempurna. Ia seperti setitik noda di kemeja berwarna putih atau kursor laptop yang muncul di tengah-tengah layar saat sedang memutar film. Kecil, namun tampak sangat mengganggu.
Ingin sekali saya mengeluh karena kondisi itu.
Di Twitter, saya sempat ingin membalas twit seorang kawan yang kebetulan memposting foto penginapan tersebut saat kondisi sawah yang masih hijau. Saya sudah siap menulis “Kemarin aku menginap di sana, tapi sayang, sawahnya pas sudah panen, jadi pemandangannya nggak sebagus fotomu.”
Namun kemudian, saya merasa saya harus mengurungkan hal itu. Saya hapus komentar yang sudah saya ketik namun belum saya kirimkan itu.
Setelah saya pikir-pikir, betapa jahat sekali saya kalau sampai mengeluhkan perkara sawah yang tidak hijau hanya karena sudah dipanen itu.
Sawah yang habis panen adalah kebahagiaan yang sangat besar bagi petani. Itulah momen ketika kerja keras mereka terbayar melalui padi-padi. Momen ketika mereka menikmati penantian panjang mereka yang mungkin dibayang-bayangi oleh ketakutan akan gagal panen.
Jahat sekali kalau sampai saya mengeluhkan buah kebahagiaan para petani itu hanya demi menyempurnakan kebahagiaan saya yang, bahkan tanpa perlu disempurnakan pun sebenarnya sudah sangat cukup.
Penginapan itu akan selalu menawarkan pemandangan sawah yang indah. Sebelum atau sesudah dipanen.
Kalau memang sawah yang habis dipanen itu tak indah bagi tampilan Instagram saya, setidaknya itu indah bagi para petani di sana.