Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Komnas Perlindungan Anak Seharusnya Mengapresiasi Kata “Anjay”, Bukan Malah Mempermasalahkannya

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
31 Agustus 2020
A A
anjay
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kata Anjay itu lucu, imut, dan tidak kasar. Tidak seharusnya ia dihindari, ia justru lebih pantas untuk dirangkul.

Tentu saja tak pernah terpikir oleh kita sebelumnya bahwa kelak, akan ada satu masa ketika Komnas Perlindungan Anak muncul menjadi objek pemberitaan di banyak media karena mempermasalahkan penggunaan kata “anjay”. Dan sialnya, hal yang tak pernah terbayangkan itu kini benar-benar kejadian.

Sebagai sebuah lembaga yang berfokus pada kerja-kerja perlindungan hak anak, Komnas Perlindungan Anak sudah semestinya terkenal, namun sayang, keterkenalan itu justru hadir melalui perantara kasus sepele yang, kalau mau diukur menggunakan parameter apa pun, sungguh amat sangat jauh dari perkara anak.

“Ini adalah salah satu bentuk kekerasan atau bullying yang dapat dipidana, baik digunakan dengan cara dan bentuk candaan. Namun jika unsur dan definisi kekerasan terpenuhi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, tindakan itu adalah kekerasan verbal. Lebih baik jangan menggunakan kata ‘anjay’. Ayo kita hentikan sekarang juga,” begitu terang Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait dalam pers rilis resmi yang disebarkan oleh akun Komnas Perlindungan Anak. “Jika istilah anjay digunakan untuk merendahkan martabat seseorang dapat dilaporkan sebagai tindak pidana. Maka itu harus dilihat perspektifnya.”

Tentu saja ini hal yang jenaka belaka. Pertama, akan sangat sulit untuk membuktikan seseorang merendahkan martabat seseorang lainnya dengan menggunakan kata anjay. Sejauh yang saya ketahui, di lingkungan pergaulan saya, kata anjay sama sekali tak ada kasar-kasarnya. Dan saya yakin, hal ini juga berlaku di banyak lingkungan pergaulan lainnya.

Kedua, secara etimologi, kata anjay ini terbentuk sebagai sebuah penghalusan dari kata “anjing”, ia satu ruangan bersama anjir. Ia tak ubahnya dengan kata “bajingfay” atau “bajinguk” yang terbit untuk menghaluskan kata bajingan atau kata tokai untuk menghaluskan kata tahi.

Jika merujuk pada sejarah munculnya kata tersebut, maka kata “anjay” seharusnya diapresiasi, sebab ia merupakan sebuah bukti lonjakan moral anak-anak bangsa yang merasa kurang sopan dan kurang pantas menggunakan kata anjing sehingga punya inisiatif untuk menggantinya dengan kata anjay.

Kata anjay seharusnya bisa menjadi representasi kebijakbestarian anak-anak Indonesia. Ia menjadi semacam mekanisme pertahanan diri untuk melindungi lidah dari kata-kata yang dianggap tidak pantas

Bayangkan, kata anjing yang kasar (itu pun kalau mau disebut kasar) bisa diolah sedemikian rupa menjadi sangat halus serupa bubuk tapioka. Lebih dari itu, ia juga menjadi lebih imut dan lucu.

Kalau kemudian kata anjay dianggap bisa menjadi senjata dalam tindakan kekerasan verbal, maka itu tentu saja sangat aneh. Kekerasan jenis apa yang bisa ditimbulkan oleh kata sehalus dan selembek anjay?

Secara teori begitu. Secara praktik lebih jelas lagi. Sepanjang saya hidup, belum pernah sekalipun saya menemukan ada orang dihinakan dengan kata anjay.

Lha gimana, seperti yang sudah saya sebut di atas, anjay itu kata yang lucu, maka kalau sampai ada orang dihina dengan kata anjay, misal “Memang dasar anjay, Lu!”, maka bukannya merasa terhina, jatuhnya malah geli dan jijik.

Komnas Perlindungan Anak seharusnya malah mencari siapa inisiator kata anjay dan memberikannya penghargaan. Setidaknya, itu jauh lebih punya hitungan faedah dan lebih punya sisi “memperjuangkan” moral anak-anak bangsa. Bukannya malah bikin pers rilis meminta orang-orang menghindari kata anjay.

Tapi yah, memang jalan pedang banyak lembaga itu berbeda-beda. Komnas Perlindungan Anak tampaknya memang menempuh jalan tersebut sebagai bagian dari mendekatkan diri dengan apa yang mereka perjuangkan.

Iklan

Sebagai lembaga pelindung anak, mereka benar-benar terobsesi untuk bisa dekat dengan anak-anak. Saking dekatnya, mereka sampai tampak seperti anak-anak itu sendiri.

Pers rilis itu buktinya.

Terakhir diperbarui pada 31 Agustus 2020 oleh

Tags: anjaykomnas perlindungan anak
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Dari WFH, Anjay, sampai Impostor: Istilah-istilah di Kaleidoskop 2020 yang Memorable
Esai

Dari WFH, Anjay, sampai Impostor: Istilah-istilah di Kaleidoskop 2020 yang Memorable

29 Desember 2020
Tafsir Anjay dalam Bahasa Sanskerta dan Komnas PA yang Emang ‘Anjay’
Esai

Tafsir Anjay dalam Bahasa Sanskerta dan Komnas PA yang Emang ‘Anjay’

1 September 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.