Kill The DJ Tidak Perlu Marah Jika Lagu Jogja Istimewa Dijiplak Pendukung Prabowo

MOJOK.COLagu Jogja Istimewa bikinan Kill The DJ dijiplak ibu-ibu Jogja pendukung Prabowo. Ah, sudah, nggak perlu marah-marah. Tolong dimaklumi saja.

Membuat lagu kampanye itu memang tidak dapat dikatakan mudah. Tidak mengherankan, jika tidak banyak lagu-lagu kampanye yang dinyanyikan tersebut enak didengar atau bahkan sanggup bikin hati kita jadi deg-degan, merasa semakin takjub dengan calon yang diusung. Lantas, supaya bisa mendapatkan lagu kampanye dengan cepat, banyak yang memilih jalan mudah: caplok saja karya orang lain untuk menyemarakkan euforia menggunggulkan pasangan capres-cawapres yang diusung.

Hal ini seperti yang baru saja dilakukan oleh para ibu-ibu pendukung Prabowo-Sandiaga di Yogyakarta. Mereka menyanyikan lagu kampanye sebagai bentuk dukungan kepada Prabowo-Sandiaga dengan menggubah sebuah lagu Jogja Istimewa ciptaan Marzuki Mohammad alias Kill The DJ.

Aksi nyanyi-nyanyi yang dilakukan oleh ibu-ibu tersebut langsung membuat Kill The DJ uring-uringan. Pasalnya, hal tersebut dilakukan tanpa izin. Meski jika meminta izin pun, ia mengungkapkan tidak akan memberi izin lagu tersebut digunakan untuk kepentingan kampanye, baik oleh pasangan calon 01 atau pun 02.

Untuk memahami pencaplokan karya seperti apa yang sampai bikin Kill The DJ marah-marah. Begini, dalam video yang beredar, tampak ibu-ibu menyanyikan lagu dukungan tersebut dengan penuh semangat menggunakan lirik seperti ini,

Jogja Jogja Jogja Istimewa

Prabowo Sandi Pilihan Kita

Jogja Jogja Jogja Istimewa

Adil dan Makmur Tujuan Kita

Sementara lirik asli dari lagu yang diluncurkan pada tanggal 9 November 2009 tersebut adalah,

Jogja Jogja Tetap Istimewa

Istimewa Negerinya, Istimewa Orangnya

Jogja Jogja Tetap Istimewa

Jogja Istimewa untuk Indonesia

Lha terus, kesalahan yang dilakukan oleh ibu-ibu pendukung Prabowo ini, di mana? Kenapa kok sampai bikin banyak orang marah sampai segitunya? Bukankah mencatut produk karya seni lalu digunakan untuk kepentingan politik, juga dilakukan oleh lainnya?

Toh, sebelumnya, Jokowi bisa dengan seenaknya menganalogikan kondisi ekonomi global saat ini seperti yang tergambar dalam Film Avenger: Infinity War, tanpa izin. Dengan begitu percaya diri dan beraninya, Jokowi menyebut dirinya dan para menterinya merupakan Avenger. Dengan menyebut-nyebut diri seenaknya itu, apa ya Jokowi sudah izin ke Marvel?

Selanjutnya, Jokowi juga tidak merasa sungkan untuk menyebut persaingan ekonomi yang tengah terjadi seperti yang diceritakan dalam Game of Thrones. Dengan penyebutan ini, apa ya, Jokowi sudah izin langsung ke rakyat Westeros?

Menurut saya, betul itu yang diungkapkan oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga yang bilang bahwa kejadian ini akibat terlalu semangatnya relawan dalam memberikan dukungan. Jadi, wajar-wajar saja dong, kalau dalam keadaan semangat terus lagi rame-rame sama teman yang lain, kita langsung pengin menyanyikan lagu yang paling easy listening dan melekat di alam bawah sadar kita. Nah, karena ibu-ibu ini tinggal di Jogja, maka lagu Jogja Istimewa yang diam-diam terpatri dalam pikiran ibu-ibu tersebut.

Seharusnya, dengan kejadian ini, Kill The DJ berterima kasih kepada para ibu-ibu pendukung Prabowo-Sandiaga. Pasalnya, dengan menggunakan lagu Jogja Istimewa sebagai lagu kampanye, itu menandakan bahwa lagu tersebut sungguh enak didendangkan dalam kondisi apa saja. Lihat saja dulu Ahmad Dhani yang menggunakan lagu hit milik Queen berjudul We Will Rock You.

Itu artinya, apa? Artinya, bahwa lagu Jogja Istimewa itu ciptaan seniman dalam negeri itu tidak kalah dengan lagu milik Queen. Buktinya, kedua karya tersebut sama-sama layak untuk didendangkan untuk mendukung Prabowo menjadi presiden meski di musim yang berbeda.

Sudahlah, Kill The DJ, nggak perlu marah-marah begitu. Capek tauk. Bukankah lagu tersebut memang menjadi lagu rakyat Yogyakarta, yang diputar di rumah-rumah penduduk di pedesaan hingga toko-toko tengah kota? Bahkan katanya, disebut-sebut telah menjadi soundtrack bagi kehidupan masyarakat Yogyakarta. Jadi, apa salahnya, sih, jika lagu tersebut dinyanyikan oleh pendukung Prabowo-Sandiaga, di mana mereka adalah masyarakat Jogja juga. Lha wong, sama-sama menyerukan semangat akan perjuangan warga Jogja…

…yang mendukung Prabowo-Sandiaga, kok!

Ya, mohon sedikit dimaklumi saja, kalau ternyata tim pemenangannya Prabowo-Sandiaga ini masih kurang kreatif, sehingga terpaksa menjiplak kayak orang lain. Tapi jangan langsung dimarahi seperti itu. Namanya juga lagi belajar, tentu butuh proses. Nah, kalau langsung dimarahi gitu, takutnya malah semakin tumpul daya kreatifnya. Karena takut salah, jadi semakin takut untuk melangkah. Jadi, cukup dikasih tahu saja, kalau memang nggak terima. Jadi minta tolong ya, jangan dimarahi.

Sambil kita sama-sama mendukung dan berdoa supaya segera tercipta lagu kampanye Prabowo-Sandiaga yang easy listening yang mampu menemani euforia dukung mendukung. Dengan lirik yang mudah dicerna serta dengan musik yang sekali dengar, langsung berhasil melekat di hati dan pikiran. Bisa bikin maknyess, terus terngiang-ngiang, dan diam-diam didendangkan.

Kan nggak enak, kalau elektabilitas menurun hanya karena keseringan dimarahi-marahi seniman yang nggak terima kalau karyanya dicatut gitu. Eman-eman loh. Soalnya kan, program kerjanya udah kece badai. Apalagi ini sudah semakin dekat dengan masa pemilihan. Masak ya, harus ngurusin protes dari seniman muluk.

Nah, dengan adanya lagu tersebut, tentu akan menjadi oase penyelamat bagi para pendukung Prabowo-Sandiaga di berbagai daerah. Mereka tidak perlu lagi bingung kalau lagi kumpul-kumpul sama pendukung lainnya. Bisa santai-santai sambil nyanyi lagu kampanye yang tercipta hasil proses kreatif sendiri.

Masak sih, sekelas tim pemenangan Prabowo-Sandiaga, nggak ada satupun yang memiliki talenta bikin lagu-lagu kayak beginian. Bukannya di kubu Prabowo itu ada sang maestro pencipta lagu Indonesia dari zaman baheula, yakni Ahmad Dhani, ya?

Eh, mohon maaf, saya lupa. Ahmad Dhani kan lagi di penjara.

Exit mobile version