MOJOK.CO –Â Keputusan nama anak pakai nama pemain sepak bola kadang merepotkan. Ya karena ada banyak nama yang bagus, tentunya.
Butuh waktu lama ketika memutuskan memberi nama anak dengan nama pemain bola. Soalnya, ya wajar, ada banyak pemain bola yang sangat saya kagumi.
Sebagai fans AC Milan, mengambil nama pemain sepak bola dari klub itu saja untuk nama anak saya sudah bisa bikin pusing kepala. Ada banyak sekali.
Paolo Maldini jelas jadi yang pertama muncul di kepala untuk nama anak saya. Karena saya mengenal klub ini kali pertama dari dinasti keluarganya. Tapi karena bakal aneh rasanya kalau nama anak saya dikira satu marga dengan politisi Faldo Maldini, akhirnya saya undurkan niat kasih nama anak “Maldini”.
Nama berikutnya ada juga. Bukan Andriy Shevchenko atau nama beken seperti Andrea Pirlo, tapi Filippo Inzaghi yang sepertinya menarik untuk nama anak saya. Pemain yang menunjukkan bahwa kamu bisa tetap hebat meski dunia menganggapmu biasa-biasa saja.
Setidaknya, kemampuan hebat itu terafirmasi lewat mata Carlo Ancelotti dan Jose Mourinho. Dua dari sedikit pelatih yang tahu betul kualitas Filippo Inzaghi. Yang satu beruntung bisa memanen kemampuannya, sedang yang satu merasa sial karena sering berhadapan dengannya.
Baru setelah Maldini dan Inzaghi, nama Ibrahimovic muncul di kepala untuk nama anak saya. Nama keluarganya yang sangat kental nuansa Eropa Timur-nya itu benar-benar jadi hantu sejak lama. Kebayang saja punya nama anak tapi identik dengan nama orang Eropa Timur.
Bahkan sejak di Internazionale atau Juventus, Ibra sangat-sangat-sangat mengerikan di mata saya. Besar, kokoh, cepat, dan tangguh.
Dia sedikit di bawah “The Animal” Adriano sebenarnya ketika pertama muncul di Serie A, tapi konsistensi akhirnya yang bicara. Dan itu cukup menunjukkan siapa yang lebih baik.
Jika bicara urusan teknis, ada banyak pemain yang lebih baik untuk nama anak selain “emas Balkan” yang dilahirkan di rahim Swedia ini. Messi? Tak usah diperdebatkan lah. Cristiano Ronaldo? Secara teknis mungkin sedikit lebih baik, tapi secara mental?
Melihat keduanya berhadapan dengan jurnalis dan pemain lain di lapangan, mentalitas Ibrahimovic dan Cristiano ini setara. Betul-betul sekeras vibranium. Mentalitas keduanya adalah yang terbaik.
Kalau saja ada anugerah siapa pemain bermental baja terbaik sepanjang masa, pertarungannya bukan lagi Cristiano-Messi, tapi Ibrahimovic dengan Cristiano. Ibrahimovic bahkan menyebut sendiri kalau mentalitasnya itu bulletproof. Pffft, diksi yang menawan sekali.
Uniknya, keduanya punya pangsa yang berbeda. Ketika Cristiano membentuk dirinya seperti robot atlet tanpa cela, maka Ibrahimovic membawa mentalitas ini ke luar urusan lapangan sepak bola, bahkan keluar dari urusan olahraga.
Celetukan-celetukannya setiap wawancara benar-benar menghipnotis saya. Siapa orang ini? Kenapa dia sepercaya diri itu?
“Piala Dunia tanpa Zlatan, bukan Piala Dunia,” katanya ketika Swedia lolos Piala Dunia 2018, tapi dirinya tak dipanggil.
Atau ketika diminta memberi kata sambutan usai tanda tangan dengan LA Galaxy dengan koran setempat. Hanya ada satu kalimat yang muncul.
Dan di lembar satu halaman utuh koran yang disediakan untuk memuat kalimat dari Zlatan, pria ini justru cuma menulis….
“Dear, Los Angeles.
You’re welcome.
_
_
_
_
TTD.
Zlatan Ibrahimovic”
Dan dari mentalitas baja sekaligus sentilan yang juga selalu mengundang tawa ini (kamu bisa melihat komentar Paul Pogba ketika wawancara dengan Titi Henry juga).
Kekaguman akan selo dan konyolnya si Zlatan itulah yang kemudian bikin saya merasa yakin… Zlatan itu bukan orang sembarangan. Itu adalah nama yang istimewa. Dan nama itulah yang saya pakai untuk melengkapi nama anak saya. Zlatan.
Mungkin ini pengalaman yang sama ketika bapak saya, pada suatu masa, melihat seorang Kolonel dari Libya yang sangat kharismatik dan bermental baja, berani menentang negara-negara adi daya…
…lalu membuatnya memutuskan untuk menyematkan nama si kolonel itu, ke nama saya.
BACA JUGA Betapa Ribetnya Nama Anak-Anak Masa Kini dan tulisan rubrik POJOKAN lainnya.