Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Jadi Petugas Call Center Bukan Sekadar Angkat Telepon dan Bilang, “Ada yang Bisa Saya Bantu?”

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
30 Juli 2019
A A
costumer service
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Para petugas call center yang kerjanya “sepele” itu juga bisa capek dan stres. Plis, kalau ngomel dan marah itu yang wajar aja.

“Selamat siang. Bandara XXX. Ada yang bisa saya bantu?”

Seorang senior menatap saya sambil mengucapkan kalimat yang harus saya ulangi setiap kali telepon berbunyi. Tugas saya tampak sepele, tapi menuntut konsentrasi besar: Mengangkat telepon seperti petugas call center, menjawab pertanyaan, dan melakukan langkah solusi .

Suatu hari saya dirundung kesialan: Tenggorokan saya sakit dan saya nggak kuat bicara panjang-panjang.

Telepon berdering dan saya langsung menerimanya. Menjelang telepon berakhir, si penelepon berkata, “Jutek banget, sih, jawabnya singkat!”

Belum sempat saya jawab, telepon diputus. Sejak hari itu, saya baru menyadari satu hal, yaitu…

…orang-orang yang kerjanya bicara di telepon memang “nggak boleh” kena sakit tenggorokan.

Sementara itu, Sani, perempuan 25 tahun, telah menghabiskan waktunya setahun sebagai petugas call center di kantor komunikasi. Tugasnya adalah menerima aduan pelanggan dari luar negeri.

“Enak nggak?”

“Kalau dapet yang marah-marah, pusing aku,” jawabnya.

Ya iyalah, udah dimarah-marahin, harus mikir dua kali pula karena bicara dengan bahasa Inggris yang notabene bukan bahasa ibu kita!

Menurut Sani, call center itu ibarat garda depan perusahaan, alias orang-orang yang dibayar untuk menghadapi kemungkinan dicaci maki.

Kalau dikomparasi sama Mojok, posisi ini mirip sama admin media sosial. Kalau ada artikel yang mengundang pro-kontra, tunggu aja lima menit. Paling-paling, nanti ada yang komen: “DASAR ADMIN GOBLOOOOK!”

Pengalaman Sani masih wajar. Hal yang lebih kelam nyatanya dialami oleh petugas call center lain.

Iklan

Dikutip dari forum Quora, seseorang menuliskan kisah pribadinya sebagai petugas call center:

CS : “Dengan Bapak siapa saya berbicara, mohon maaf?”

Penelepon : “Panggil saya Mas saja, nama saya X.”

CS : “Baik mas X. Tolong sebutkan apa saja kendala terhadap produk kami.”

Penelepon : “Mbak, kita main sebentar, aku sudah mau sampai.”

Suara penelepon membuat CS bertanya-tanya: “Maksud dari kata ‘sampai’ itu apa? Sampai ke mana?”

CS : Maaf, Pak, maksud Bapak bagaimana?”

Penelepon : “…” (mendesah)

Sampai di sini, jelas kita sama-sama paham bahwa Mas X tadi adalah jenis manusia kurang kerjaan yang merepotkan orang lain hanya demi hasrat seksualnya, atau dengan kata lain: mas-mas mesum.

Hal-hal inilah yang membuat pekerjaan call center dianggap sebagai salah satu pekerjaan ter-stres sedunia. Untuk itu, di Korea, sebuah perusahaan minyak melakukan apresiasi pada para petugas call center.

Pada nada dering yang menghubungkan customer dengan petugas, perusahaan tadi memasang rekaman suara keluarga petugas dengan tujuan mengingatkan customer untuk bertindak sewajarnya. Contoh rekamannya adalah:

“Ibu saya, yang paling saya cintai di dunia ini, akan membantu Anda,” demikian suara seorang anak dari salah satu karyawati call center.

Hasilnya, petugas call center mengalami penurunan tingkat stres hingga 54,2%, lengkap dengan perasaan dihargai, tentu saja dengan respons baik customer yang bertambah hingga 8,3%.

Ah, jadi orang yang bisa saling menghargai itu indah banget, kan?

Terakhir diperbarui pada 30 Juli 2019 oleh

Tags: customer servicekaryawanoperator teleponpelecehanpetugas call center
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

3 Derita Karyawan Supermarket dan Toko Grosir di Momen Golden Week
Esai

3 Derita Karyawan Supermarket dan Toko Grosir di Momen Golden Week

30 November 2022
pelecehan seksual pada siswi SMK di Gunungkidul oleh ASN
Hukum

ASN Lecehkan Tiga Siswi SMK di Gunungkidul: Kasus Berakhir Damai

7 Oktober 2022
ilustrasi 5 Kebohongan Surat Izin Tidak Masuk Kerja dari Karyawan Mental Mbolosan mojok.co
Pojokan

5 Kebohongan Surat Izin Tidak Masuk Kerja dari Karyawan Mental Mbolosan

7 Desember 2021
polisi, polisi tilang, ambulans, viral Polantas Ganjen yang Minta Nomor WA Perempuan yang Ia Tilang Kini Dinonaktifkan mojok.co
Kilas

Minta Nomor WA Perempuan yang Ia Tilang, Polisi Ganjen Dinonaktifkan

5 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Perantau Aceh di Jogja Hidup Penuh Ketidakpastian, tapi Merasa Tertolong Berkat ‘Warga Bantu Warga’

10 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

11 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
UMK Jogja bikin perantau Jawa Tengah menderita. MOJOK.CO

Penyesalan Orang Jawa Tengah Merantau ke Jogja: Biaya Hidup Makin Tinggi, Boncos karena Kebiasaan Ngopi di Kafe, dan Gaji yang “Seuprit”

11 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.