MOJOK.CO – Luka bakar yang diderita oleh Ipda Erwin ketika mengamankan demo di Cianjur berakibat fatal. Senin (26/8), Ipda Erwin gugur karena luka bakar hingga 65 persen.
Demo di depan Kantor Pemkab Cianjur berubah mencekam siang itu. Saat itu, terlihat beberapa petugas kepolisian hendak memadamkan api yang membakar ban. Sebelumnya, selain berorasi, para pendemo juga membakar beberapa benda, salah satunya ban.
Ketika sibuk memadamkan api, tiba-tiba ada seorang yang melemparkan sebuah plastik yang diduga berisi bensin. Sontak, api dari ban yang terbakar itu menyambar beberapa petugas yang sedang berusaha menjinakkan api. Salah satu petugas yang menjadi korban adalah Inspektur Polisi Dua (Ipda) Erwin Yudha Wildani.
Ipda Erwin terhuyung beberapa meter sebelum ambruk karena kesakitan. Beberapa petugas berusaha memadamkan api yang melahap tubuh Ipda Erwin. Setelah api berhasil dijinakan, salah seorang pelajar SMK Pasundan Cianjur yang sedang magang di Kantor Staf Wakil Bupati Cianjur bernama Mohammad Ridwan Suryana memangku kepala Ipda Erwin dan mengangsurkan air ke dalam mulut Ipda Erwin.
Atas tindakan penyelamatan yang coba dilakukannya, Mohammad Ridwan Suryana mendapatkan penghargaan dari Polda Jawa Barat.
Beberapa saat setelah api yang membakar bisa dijinakan, Ipda Erwin dibawa ke rumah sakit. Namun sayang, beberapa hari kemudian setelah menjalani perawatan, beliau meninggal dunia.
“Telah gugur dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada negara dan masyarakat pada Senin (26/8) akibat luka bakar ketika melaksanakan tugas Polri pada pengamanan unjuk rasa di depan Kantor Pemerintah Kabupaten Cianjur,” kata Kepala Bidang Humas Polda Jabar Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko, dalam pesan singkatnya, yang dilangsir oleh CNN.
Ipda Erwin mengalami luka bakar hingga 65 persen. Level luka bakar yang termasuk parah. Dia sempat dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pertamina Jakarta pada Jumat (16/8) untuk mendapatkan perawatan intensif. Luka bakar yang diderita Ipda Erwin cukup merata hampir di seluruh badan, mulai dari muka, kedua tangan, kaki dari ujung sampai paha, dan sebagian dada.
Kondisi Ipda Erwin semakin memburuk mulai Minggu (25/8). Komplikasi gula darah yang terus naik dan hemoglobin yang menurun menjadi penyebabnya.
Polisi sendiri sudah mengamankan telah menetapkan lima tersangka. Mereka adalah R, OZ, AB, MF, dan RR. Semuanya berstatus mahasiswa. Kombes Iksantyo, Direktur Ditreskrimum Polda Jabar, dikutip oleh Kompas, menjelaskan bahwa masing-masing tersangka punya peran yang berbeda. Ada yang membakar ban, ada yang menyiapkan bensin.
Luka bakar yang dialami Ipda Erwin sangat fatal
Luka bakar dengan derajat tinggi seperti yang dialami Ipda Erwin sangat fatal. Berikut tahapan luka bakar yang bisa berakibat fatal itu:
Pertama, syok hipovolemik
Korban akan kehilangan cairan secara masif. Ini  merupakan salah satu dampak sistemik luka bakar yang mematikan. Kulit yang merupakan pelindung utama untuk menjaga keseimbangan cairan akan terkikis. Kehilangan cairan tubuh dalam jumlah besar berdampak pada syok hipovolemik yang mematikan.
Syok hipovolemik adalah kondisi darurat di mana jantung tidak mampu memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang.
Kedua, gangguan pernapasan
Luka bakar seperti yang dialami Ipda Erwin akan menyebabkan cedera inhalasi. Misalnya, bengkak pada saluran napas. Cedera pernapasan merupakan salah satu penyebab utama kematian pada peristiwa terbakarnya tubuh manusia. Hawa panas yang terhirup memicu cedera pada saluran napas bagian atas. Partikel karbon yang terhirup akan memicu penyempitan saluran napas.
Ketiga, keracunan asap
Paparan gas beracun hasil pembakaran sangat berbahaya. Salah satunya adalah karbonmonoksida (CO) yang mengikat hemoglobin dalam darah. Akibatnya, oksigen tidak punya cukup ruang di sistem pernapasan. CO, bersama hemoglobin, membentuk senyawa karboksihemoglobin (HbCO) yang mematikan. Gas beracun lainnya yang sangat berbahaya adalah hidrogen sianida (HCN). Gas aldehida yang terbentuk dari material plastik dan karet juga bisa berdampak fatal bila terhirup.
Ipda Erwin adalah hanyalah salah satu korban dari demo dengan balutan kekerasan. Mungkin, yang melempar plastik berisi bensin tidak pernah tahu kalau aksinya sangat fatal. Dia mungkin hanya ingin menghalau polisi yang berusaha memadamkan api di ban yang terbakar.
Orasi dan yel-yel ketika demo adalah normal. Namun, kekerasan, yang tidak diketahui akibatnya dan justru sangat fatal tolong jangan dilakukan lagi.
BACA JUGA Sudahlah, Pergerakan Mahasiswa Itu Enggak Penting Lagi