MOJOK.CO – Kami merasa film semi lebih seru ketimbang film bokep full. Lebih greget untuk memancing mimpi basah sebagai tanda kedewasaan.
Masa SMP saya agak “berbahaya”, terutama ketika kelas dua dan tiga. Jadi, setiap Sabtu, hampir selalu ada pertandinga sepak bola antar-kelas. Momen tersebut ditunggu, selain karena serunya main bola, juga karena “kegiatan sampingan” sebelum pertandingan berlangsung.
Jadi, setelah jam terakhir, sampai pertandingan dimulai, ada jeda yang lumayan lama. Jeda yang kami manfaatkan untuk nonton film. Bukan sembarang film, tapi film bokep. Dan, yang ketiban pulung adalah saya, yang rumahnya ada di belakang sekolah.
Kebetulan lagi, di siang hari, rumah saya selalu sepi karena semua pada kerja. Dulu, kami menontonnya lewat VCD player. Setiap Sabtu, ada saja yang membawa film bokep, film semi, sampai video WWE Smackdown. Tentu, video WWE Smackdown yang dibawa khusus pertandingan antara pegulat perempuan.
Setiap Sabtu, rumah saya jadi seperti markas para penyamun. Bapak saya tidak terlalu curiga ketika suatu saat pulang dadakan. Kebetulan, menu film yang kala itu kami tonton adalah film semi, bukan film bokep.
“Lagi pada ngapain, ramai banget,” kata Bapak saya tiba-tiba muncul dari pintu belakang.
Kami semua terkejut, terutama saya. Kalau ketahuan, alamat dirujak sama bapak sendiri. Namun, untungnya, kami diselamatkan oleh kategori film semi dan lincahnya lidah teman saya. Dia yang menjawab pertanyaan bapak saya:
“Nonton film silat, Pakdhe,” jawabnya sambil tersenyum agak canggung.
Jawaban itu menyelamatkan kami. Film semi yang kami tonton siang itu berlatar Cina zaman kerajaan. Cerita yang biasanya mengawali film semi menyelamatkan kami. Coba kalau film bokep yang full. Nggak cuma dihajar, kami juga bisa dilaporkan ke kepala sekolah. Maklum, almarhum kepala sekolah saya zaman SMP terkenal galak dan kalau siswa sudah kebangetan, pernah tangannya melambai cepat dan mendarat di pipi dengan keras.
(Rest in peace, Pak)
Oya, kebiasaan kami untuk nonton film berlanjut karena dua hal. Pertama, kami lebih suka film semi karena masih ada cerita di sana. Ada semacam plot yang dibangun dan adegan vulgar bukan jadi jualan utama. Pokoknya lebih asyik saja, nggak langsung “tancap”.
Nonton film bokep, selain tidak menawarkan cerita yang menarik, juga lebih rentan ketahuan. Suara desahan dan visual yang “apa adanya” bikin kami susah berkutik kalau ketahuan.
Alasan kedua agak absurd. Entah kenapa, kalau “menjalani ritual” sepulang sekolah di hari Sabtu, kami selalu menang ketika bertanding. Pernah suatu kali kami tidak menonton film karena nggak ada yang bawa. Hasilnya, kami selalu kalah ketika bertanding sepak bola.
Kamu tahu sendiri, sepak bola sangat lekat dengan klenik. Ada pemain bola yang baru percaya diri kalau masuk lapangan dengan kaki kanan dulu. Ada juga yang selalu mengikat kaus kakinya dengan karet gelang warna merah. Nah, kalau buat kami, anak-anak sableng, adalah nonton film semi dulu.
Nah, sebetulnya ada alasan ketiga dan ini makin absurd. Jadi, waktu itu, banyak dari kami baru mulai akil balig. Hasrat untuk mengenal organ intim lagi panas-panasnya. Selain itu, cerita mimpi basah seperti menjadi kisah yang paling ditunggu.
Beberapa kawan saya mengaku sampai mimpi basah setelah menonton film semi. Waktu itu, sudah mimpi basah kami anggap sebagai titik awal kedewasaan. Jadi, ada pride tersendiri kalau akhirnya sudah mimpi basah. Negatifnya, ada yang sampai berbohong sudah mimpi basah demi mendapatkan status “sudah dewasa”. Dasar bocil sableng.
Oleh sebab itu, ketika di hari Sabtu tidak ada pertandingan bola, kawan-kawan saya tetap meriung di rumah saya. Demi memuaskan hormon yang lagi memuncak dan usaha mencapai mimpi basah sebagai simbol kedewasaan.
Untuk mengakali kalau bapak saya di rumah, beberapa teman membawa film lain. Disesuaikan dengan jawaban teman saya ketika ketahuan bapak saya, yaitu film silat. Makanya, sejak SMP, saya lebih akrab dengan film-film Jet Li dan Jackie Chan. Itulah awal mula Jackie Chan jadi salah satu aktor laga favorit saya.
Semuanya gara-gara budaya nonton film semi dan hasrat merasakan mimpi basah. Yah, mau gimana, kalau cowok-cowok semi-remaja sudah berkumpul, topik bahasannya, terkadang, seputar selangkangan dan horor. Di momen tertentu, janjian untuk tawuran. Sableng.
BACA JUGA Menghabiskan Malam Tahun Baru dengan Menonton Film-Film Berikut dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.