Hampir tiap seminggu sekali saya pasti makan bakmi Jawa Jogja. Maklum saja, keluarga saya memang penyuka kuliner yang satu ini. Menu favorit kami adalah adalah bakmi godok dengan ekstra swiwi (sayap ayam) dan kulit.
Itu mengapa kami kerap mencicipi berbagai warung bakmi Jawa yang ada di Jogja. Dari pengalaman ini, saya tahu, tidak semua bakmi Jawa Jogja itu enak. Hal itu juga dikonfirmasi oleh lawan saya yang orang asli Gunungkidul yang merantau ke Kota Jogja.
Bakmi Jawa yang nggak enak itu biasanya melanggar beberapa pakem. Sebenarnya bukan benar-benar pakem sih. Hanya saja, bakmi Jawa yang nggak enak biasanya tidak menerapkan hal-hal yang dilakukan banyak penjual bakmi Jawa.
#1 Bakmi Jawa tidak menggunakan ayam kampung
Ayam kampung memainkan peran penting di bakmi Jawa. Bakmi Jawa yang menggunakan kaldu dan isian ayam kampung rasanya lebih “nendang” daripada ayam biasa. Ayam kampung membuat hidangan terasa lebih gurih. Selain itu, tekstur daging ayam kampung yang kesat memperkaya tekstur hidangan.
Persoalannya, daging ayam kampung lebih mahal daripada ayam pada umumnya.Harga ayam kampung 25 persen lebih mahal daripada rata-rata harga ayam. Mungkin selisihnya tidak begitu besar, tapi percayalah selisih itu bisa memengaruhi bahan produksi lumayan signifikan. Apalagi daging ayam merupakan salah satu bahan di dalam Bakmi Jawa yang penting.
Itu mengapa, beberapa penjual bakmi Jawa mencoba mengakalinya dengan menggunakan ayam biasa. Namun, risikonya ada pada rasa yang jadi kurang “nendang”.
#2 Memasak tidak menggunakan arang
Kesalahan penjual Bakmi Jawa selanjutnya adalah tidak dimasak di atas tungku dan arang. Bakmi Jawa yang dimasak di atas tungku dan arang akan lebih keluar aroma dan rasanya. Bakmi jadi punya rasa smokey.
Persoalannya, memasak menggunakan tungku dan arang itu kurang praktis. Perlu energi dan waktu lebih. Tentu saja perlu keterampilan khusus untuk mengatur panasnya. Itu mengapa ada segelintir penjual yang memilih memasak menggunakan kompor. Sayangnya, rasa bakmi Jawa jadi kurang dengan cara itu.
Baca halaman selanjutnya: #3 Bakmi Jawa …
#3 Bakmi Jawa tidak dimasak per porsi
Keluarga saya memegang teguh kalau bakmi Jawa yang dimasak per porsi lebih enak daripada dimasak sekaligus. Misal, ada 4 pesanan bakmi godok, penjual akan memasaknya satu per satu, tidak langsung 4 porsi sekaligus. Ternyata saya tidak sendiri, banyak teman saya yang merasa penjual yang memasak per porsi lebih enak. Memang, waktu menunggu jadi lebih lama, apalagi kalau penjual cuma punya satu tungku. Tapi, rasanya jadi lebih nendang.
Penjual yang memasak bakmi Jawa secara sekaligus biasanya ada saja kurangnya. Karena dimasak secara bersamaan, porsi kadang kurang konsisten. Selain itu, bumbu jadi kurang tercampur. Paling buruk, rasanya jadi berubah ketika dimasak secara bersamaan.
#4 Tidak pakai telur bebek
Saya sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan telur yang digunakan dalam bakmi Jawa. Mau telur ayam atau telur bebek sebenarnya tetap menggoyang lidah saya. Hanya saja, bagi beberapa orang, penggunaan telur bebek dirasa lebih enak. Katanya, telur bebek bikin sajian jadi lebih gurih dan teksturnya lebih lembut.
#5 Harganya kemahalan
Sebenarnya, poin yang satu ini tidak secara langsung mempengaruhi rasa. Hanya saja, tetap saja ada perasaan dongkol tersisa ketika membayar harga yang mahal. Sekalipun rasa bakmi Jawanya begitu enak, tapi kalau harga yang dibayarkan kelewat mahal, rasanya jadi nggak seenak itu.
Akan tetapi, tenang saja, tidak semua bakmi Jawa Jogja menguras kantong kok. Masih banyak penjual yang mematok harga yang manusiawi. Biasanya, harga bakmi Jawa yang kelewat mahal itu yang viral dan di tempat-tempat turis atau wisata.
Di atas beberapa “dosa” penjual yang bisa merusak rasa bakmi Jawa Jogja. Sebenarnya soal rasa itu selera. Itu mengapa, mungkin saja orang-orang masih ada yang menyukai penjual bakmi Jawa yang melakukan “dosa-dosa” di atas. Hanya saja, untuk saya dan banyak orang Jogja lain, penjual yang melakukan kesalahan di atas biasanya kurang sedap rasa bakmi Jawanya.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Rasa Minuman Matcha seperti Rumput dan Saya Terpaksa Menyukainya demi Pacar dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN .
