MOJOK.CO – Diet sehat masih jadi impian saya. Selain rasa dendam kesumat kepada sakit gigi yang masih belum saya tuntaskan hari ini.
Kamu harus menelusuri sejarah Yunani kuno untuk mencari tahu arti kata “diet”. Kegiatan ini bukan semata untuk menurunkan berat badan. Kata orang Yunani kuno, “diet” itu artinya ‘cara hidup’. Lengkapnya, diet adalah kebiasaan makan yang menjadi gaya hidup.
Oleh sebab itu, kalau kamu terbiasa mengonsumsi makanan berlemak, dietnya diet lemak. Kalau sudah terlalu banyak makan yang manis-manis, dietnya diet tinggi gula. Nah, banyak dari kita yang menyempitkan “cara hidup” ini secara sederhana. Menyebutnya dengan istilah diet sehat, misalnya. Salah satunya saya….
Pertengahan 2018, saya memutuskan untuk mencoba diet OCD atau intermittent fasting. Usaha yang berjalan lancar, sebelum sakit gigi merusak semuanya. Sampai sekarang, saya dendam betul sama sakit gigi.
Lantas, kenapa OCD? Kenapa nggak diet mayo atau diet katogenik atau diet karbo? Jujur, waktu itu saya nggak tahu. Pokoknya semua diet itu diet sehat sehat di pikiran saya.
Wakti itu, saya sudah disarankan untuk konsultasi ke dokter atau ahli gizi sebelum memilih “diet sehat” ala saya. Ya biar cocok dan nggak menimbulkan efek samping. Namun, saya nggak melakukannya. Pokoknya saya pilih diet OCD, diet sehat ala saya. Kok ala saya? Karena saya bikin variasinya semau saya sendiri.
Jadi begini….
Saya punya kebiasaan tidak sarapan. Mengapa? Karena setelah sarapan, perut saya justru mulas, ingin boker, lalu sakit gigi. Iya, setelah sarapan, entah kenapa gigi saya jadi sedikit ngilu. Nggak nyaman. Belakangan baru saya tahu kalau saya punya radang syaraf gigi. Oleh sebab itu, lantaran diet OCD menggunakan sistem jendela makan, saya rasa diet sehat ini bakal cocok.
Oya, Sistem jendela makan ini bermacam-macam. Ada yang delapan, enam, dan empat jam, lalu dilanjutkan dengan makan satu kali sehari. Kamu harus mulai dari tahap paling awal, yaitu makan selama delapan jam sebelum naik ke tahap selanjutnya.
Selain harus patuh dengan sistem jendela makan, kamu juga perlu memperhatikan menu makanan. Protein dan karbohidrat harus tetap dicukupi. Telur, daging hewan, tahu, tempe, sayuran hijau, dan buah-buahan harus ada. Satu hal penting lagi yang juga perlu kamu perhatikan adalah minum air mineral sebanyak mungkin.
Trik menjalani diet sehat ala saya ini: minum dua gelas besar air mineral setiap setengah jam.
Selain sistem jendela makan dan anjuran menu, diet OCD yang benar juga memberikan beragam model latihan fisik. Kebanyakan senam ringan yang bisa kamu lakukan setiap pagi.
Nah, di sini masalahnya. Saya tidak terlalu cocok dengan senam dan olahraga begituan. Lantaran sok pintar, saya bikin menu diet sehat sendiri. Cukup mudah.
Pertama, untuk olahraga, saya memilih berjalan kaki setiap pagi. Sebelum menjadi redaktur Mojok, saya bekerja di sebuah penerbitan buku sebagai editor. Jarak kantor dari rumah sampai kantor kira-kira hampir tujuh kilometer. Maka, setiap pagi, mulai pukul 05.30, saya berjalan kaki dari rumah menuju kantor.
Untuk awalan diet sehat ala saya, supaya perut tidak kaget karena “puasa”, saya makan dua buah pisang. Saya memilih pukul 08.00 dan 10.00 pagi untuk menyantap pisang. Setelah perut terbiasa puasa sampai pukul 12.00 siang, saya tidak lagi bawa bekal pisang. Air mineral sudah cukup “mengganjal” perut saya yang njembling ini.
Bagaimana dengan gizinya? Halah, saya sama sekali tidak memikirkan asupan protein dan kalori. Pokoknya makan siang.
Saya memilih jendela makan enam jam. Jadi, paling akhir, saya harus makan sebelum pukul 18.00. Namun, lantaran pada dasarnya bandel, beberapa kali saya makan di pukul 19.00 atau 20.00. Apalagi kalau pacar, yang sekarang sudah jadi istri, mengajak makan malam. Tanpa pikir dua kali langsung gas!
Setelah tiga bulan diet sehat OCD sok pintar ala saya, sebuah kejutan hadir. Selama tiga bulan itu saya menahan diri untuk tidak menimbang badan.
Maka, suatu sore di apotek, saya beranikan diri untuk menimbang badan. Hasilnya? Sebelum diet OCD berat saya menyentuh 115 kilogram. Setelah menjalankan diet, berat saya jadi 93 kilogram. Dengan kata lain, saya turun 22 kilogram!
Artinya, sesuai kesimpulan yang saya bikin secara serampangan, diet sehat ala saya berhasil. Sayang, rasa bahagia ini tidak berlangsung lama. Sekitar dua minggu setelah keberhasilan itu, sakit gigi yang sudah lama “tertidur”, bangkit juga. Sakit sakitnya, saya bahkan tidak mampu bangkit dari tempat tidur.
Sakit gigi itu terasa sangat asing buat saya. Rasanya berbeda dengan sakit ggi yang saya rasakan sebelumnya. Obat sakit gigi yang biasa saya konsumsi sudah tak lagi mempan.
Setelah dua kali rongent atas petunjuk dokter, diketahui kalau saya nggak cuma sakit gigi, tapi radang syaraf gigi. Jadi, gigi saya itu, tepatnya geraham, masih bagus. Namun, syaraf di dalam gusi, terkena radang dan harus diambil alias operasi gigi. Sialan.
Singkat kata, gigi yang masih bagus itu harus dikorbankan. Gusi disobek, digali, dan syaraf yang radang diambil. Syarat gigi warnanya merah, bentuknya seperti cacing untuk pakan ikan. Dua syaraf ditarik keluar oleh dokter gigi.
Petaka terjadi setelah itu. Saya diwajibkan minum obat sebanyak tiga kali sehari. Harus makan dulu pula. Artinya, saya harus sarapan dan menghentikan diet sehat ala-ala yang ternyata ampuh itu. Pengobatan selama tiga minggu itu merusak segalanya.
Setelah sembuh dari sakit gigi, rasanya sangat berat untuk memulai diet sehat lagi. Apalagi selain lemahnya niat yang jadi penyebab. Memulai sesuatu memang sangat berat, apalagi untuk sebuah cara hidup yang kita nggak suka.
Oleh sebab itu, diet sehat masih jadi impian saya. Selain rasa dendam kesumat kepada sakit gigi yang masih belum saya tuntaskan hari ini.
BACA JUGA Cara Meredakan Sakit Gigi yang Katanya Tidak Sehoror Sakit Hati dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.