Betapa Menyesal Orang yang Tidak Banci Kamera di Masa Sekolah Dulu

ilustrasi Betapa Menyesal Orang yang Tidak Banci Kamera di Masa Sekolah Dulu mojok.co

ilustrasi Betapa Menyesal Orang yang Tidak Banci Kamera di Masa Sekolah Dulu mojok.co

MOJOK.CO – Selain melalui ingatan, kenangan memang bisa dirayakan lewat foto-foto. Kasihan banget yang pas masa sekolah dulu nggak jadi banci kamera, ya.

Sesekali di masa tidak berfaedah dalam kehidupan saya, saya kembali mengingat betapa menyehatkannya kegiatan membolos saat masa sekolah dulu. Sehat pikiran dan sehat jasmani karena kadang perlu manjat dan lari-lari. Sayangnya, tidak sepenuhnya kenangan masa sekolah saya terekam dengan baik karena saya nggak terlalu banci kamera dan agak jarang difoto. Pertama, tentu karena saya nggak pede, kedua karena kamera hp saya jelek.

Meski begitu, lumayan juga ya kalau lihat foto-foto lawas di Facebook dan di blog zaman SMA, bisa membangkitkan ingatan-ingatan yang asam manis pahit tapi ngangenin itu. Jujur saja saya dari kecil memang suka banget mengabadikan sesuatu. Tapi, bukan mengabadikan foto diri sendiri, lha gimana je, dulu jarang banget ada kamera depan. Senjata saya di zaman SMP adalah handycam kecil yang layarnya bisa diputer-puter dan file-nya tersimpan di sebuah kaset digital. Ingat ya, kaset, bukan kepingan kayak CD.

Ketika SMA, senjata ini agak jarang terpakai karena sudah eranya kamera SLR mahal. Saya pun sempat ikutan ekstrakurikuler fotografi ketika itu. Belajar komposisi gambar meski nggak punya kameranya. Sepanjang masa sekolah yang indah, bisa jadi saya memang lebih sering motret ketimbang dipotret. Dulu, rasanya menjadi misterius itu keren.

Bahkan di akhir masa SMA saat banyak bocah-bocah yang mendadak hobi foto studio sama kawan-kawannya saya kedapatan tugas buat bikin film akhir sekolah yang bakal diputar saat prom night. Loh, saya merasa terhormat dong. Berhubung saya nggak banci kamera juga, mendingan saya “bersembunyi” di balik kamera dan menghasilkan hiburan buat kawan-kawan. Dengan meminta bantuan beberapa teman buat jadi pemeran film akhir sekolah itu, setidaknya saya bisa mengabadikan relief kehidupan SMA dengan cukup representatif. Semua kegiatan ekstrakurikuler juga diperlihatkan biar makin banyak lagi bocah yang nampang. Sayang seribu sayang, saya malah nggak mengabadikan pembuatan film itu sendiri.

Kini setelah lebih dari sewindu, saya baru nyadar, kenapa ya saya dulu nggak banci kamera sekalian. Jelek nggak apa-apa, buluk pun nggak masalah. Yang penting, masa-masa sekolah itu bisa dikenang dengan baik, bisa dipamerkan ke kawan-kawan, dan dengan bangga bilang, “Ini lho aku awet muda karena mukaku nggak berubah. Iya, belum glow-up emang.” 

Kalau tua nanti dan ndilalah saya sudah dikaruniai anak, foto-foto ini juga bisa dipamerin. Tujuannya ya buat basa-basi aja daripada gabut. Hehehe. Nggak gitu ding, menceritakan masa remaja ke anak-anak kita apa salahnya coba? Semasa sekolah dulu saya juga senang kok mendengarkan bapak saya cerita kecerobohannya pas masa sekolah dulu.

Tidak menjadi kamera memang banyak ruginya setelah sekian lama baru saya sadari. Sungguh penyesalan ini terlampau menyedihkan, lebih sedih soalnya mesin waktu juga belum ditemukan.

Autonyanyi “C.H.R.I.S.Y.E”. Inginku kembali ke masa remaja, serasa Galih dan Ratna~

Tapi, saya yakin kalau saya cuma satu di antara banyak orang yang nggak banci kamera. Lalu pada usia-usia menuju tuwir ini, banyak yang mulai menyesal di mana mereka menaruh semua foto dan kenangan nano-nanonya? Kenapa dulu malas tampil dan nggak jadi banci kamera ya. Kenapa??? 

Makanya, buat siapa pun kalian yang sekarang masih sekolah, masih kuliah, bikin sebanyak-banyaknya kenangan yang sekiranya bakal menggemaskan jika diingat. Agak memalukan sedikit boleh lah, asal masih dalam batas wajar dan nggak awur-awuran. Kebodohan-kebodohan inilah yang kalau diendapkan bisa jadi hal manis bertahun-tahun kemudian. Good luck ajalah!

BACA JUGA Masa Terbaik di Sekolah Jatuh kepada Kelas 2 SMP dan Kelas 2 SMA atau artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version