Baim Wong dengan Konten Bagi-bagi Uang Sudah Bermasalah Semenjak Konsep. Nggak Usah Berharap Banyak

Baim Wong kena "cancelled" setelah kontennya mengabaikan bapak-bapak tua dirujak.

ilustrasi Baim Wong dengan Konten Bagi-bagi Uang Sudah Bermasalah Semenjak Konsep. Nggak Usah Berharap Banyak mojok.co

MOJOK.CO Konsep konten Baim Wong lagi jadi bahan rujakan netizen setelah beliau mengabaikan seorang bapak tua dan bagi-bagi uang ke orang lain di depannya.

Amarah ini mungkin tidak bisa kamu bendung. Kamu benci setengah mati melihat konten Baim Wong memperlakukan seorang bapak tua yang “butuh bantuan” dengan tidak baik. Blio mengabaikan seseorang yang terbilang butuh duit dan menghardiknya sementara blio justru bagi-bagi uang ke ojol yang lagi nongkrong. Jika kamu nelangsa banget melihat potret demikian di media sosial, kita sama.

Wajar jika kamu merasa iba. Sejurus kemudian yang kamu lakukan adalah menyalahkan Baim Wong, menyayangkan perlakuannya yang nggak bisa lebih manis sedikit. Kenapa sih, Mas Baim nggak mau ngasih barang sedikit aja ke bapak-bapak yang udah melas itu. Kenapaaa?

Iya, saya mengerti nurani kamu berasa diinjak-injak. Nggak sedikit netizen yang juga mencari bapak ini dan pengin membantu. Dan, saya yakin nggak lama setelah artikel ini ditulis, bapak ini mungkin sudah ketemu dan mendapatkan “obat” yang pantas dia terima. Semoga saja kehidupannya bisa lebih baik setelah ini. Sebab, tidak diragukan lagi jiwa solidaritas netizen dan masyarakat Indonesia perkara bagi-bagi uang itu terlampau hebat. Kita kompak sampai mati. Lha wong kasus asusila yang onoh yang katanya sudah ditutup aja bisa dibuka lagi setelah viral.

Ngomong-ngomong, sekacau apa pun kebencianmu dengan Baim Wong, segeram apa pun kamu sama orang kaya, kamu nggak bisa berharap banyak. Konten bagi-bagi uang kayak yang dilakukan Baim Wong dan sejumlah artis itu sebenarnya sudah salah semenjak konsep. Ini pahit, tapi kita perlu melihat semua dari kacamata yang lebih luas.

Konten bagi-bagi uang selalu menarik iba masyarakat, acara macam ini ramai terus sejak 2000-an. Mulai acara Tolong! yang konsepnya mirip dengan beberapa konten Atta Halilintar, acara Bedah Rumah, sampai Uang Kaget. Semua acara ini, Saudaraku, adalah acara yang mengerikan. Orang miskin seolah-olah dipaksa mengaku,  “Hai, kami orang miskin, bantulah kami.”

Alih-alih membantu mengentaskan kemiskinan, acara ini justru “menjual kemiskinan” dengan menarik iba penonton. Tentu saja revenue si pembuat konten akan lebih banyak. Mungkin lebih banyak dari yang mereka sumbangkan, sampai bisa balik modal. Mengenai hal ini, kapan-kapan kita bisa berhitung berapa revenue iklan di YouTube dan acara televisi, lalu berapa “modal” yang mereka keluarkan untuk membantu si miskin. Yang jelas, acara macam ini adalah puncak komedi dari konsep berbagi.

Baim Wong bukanlah pioneer dalam menciptakan alih wahana kedermawanan sebagai konten YouTube dan media sosial. Sedari dulu, rasa welas asih kuat yang dimiliki masyarakat memang sudah sering dimanfaatkan.

Baiklah, memang ada sebuah argumen yang bisa menyangkal pernyataan saya sebelumnya. Konon, banyak orang dengan positive mind yang menganggap kritik terhadap konsep konten bagi-bagi adalah sikap masam. Pada kenyataannya, di lapangan, orang yang membutuhkan memang terbantu. Orang miskin terbantu, orang kaya lebih kaya. Bukankah terdengar kayak win-win solution?

Lebih kerennya, menjadikan kegiatan bagi-bagi uang sebagai konten telah menggerakkan lebih banyak tangan dermawan di negeri ini. Kebaikan itu menular dan ini hal baik.

Sayangnya, kedua alasan tersebut tidak lantas menghapus fakta bahwa kedermawanan yang cuma dianggap sebagai tren suatu saat pasti mengalami penurunan. Dermawan di satu waktu saja, lebih seperti hal yang aneh. Tidak mengubah apa pun kecuali kesenangan sesaat dalam membantu. Sebuah onani dari perasaan memiliki dan menganggap diri baik hati.

Lebih jauh lagi, tren semacam ini memupuk jiwa malas orang Indonesia. Orang minta-minta semakin banyak. Perlahan-lahan banyak orang yang mengandalkan belas kasihan untuk hidup, dan ini lebih berbahaya daripada kemiskinan itu sendiri.

Kemiskinan seringnya terjadi karena dampak sistemik. Seribu orang kayak Baim Wong dikerahkan juga nggak akan menyelesaikan hal ini. Sebab konten Baim Wong memang keliru sejak dalam konsep. Jika memang blio iba dan ingin membantu mereka yang sedang dalam kesulitan,nggak perlu lah direkam, dikasih sponsor, dan lain-lain begitu. Kembali ke konsep sederhana bahwa ketika tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu.

Sebenarnya orang yang tidak seterkenal Baim Wong juga bisa dapat engagement bagus banget ketika merekam orang yang dianggapnya melas. Tua, lemah, penghasilan sedikit. Yang sering luput adalah meminta mereka izin untuk direkam dan ditampilkan sebagai orang yang butuh bantuan. 

Lalu, kenapa kita masih berharap banyak dengan pembuat konten bagi-bagi uang? Bergerak sendiri buat membantu, jauh lebih cepat daripada marah-marah dan bikin artikel ini. Paradoks.

BACA JUGA Sebaiknya Baim Wong Pensiun daripada Terlihat Goblok Memahami Apa Itu Kerja dan artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version