Bagaimana Saya Mengenal Gus Karim dan Doa Jokowi di Dalam Kakbah yang Didengarnya - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Politik
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-uneg
  • Movi
  • Terminal
  • Kanal Pemilu
Beranda Pojokan

Bagaimana Saya Mengenal Gus Karim dan Doa Jokowi di Dalam Kakbah yang Didengarnya

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
24 Mei 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Doa Jokowi di dalam Kakbah yang didengar guru ngajinya, Gus Abdul Karim, Pengasuh Ponpes Al Quraniy Azzayadiy, Solo.

Selama bulan Ramadan ini, kebetulan saya dipasrahi untuk jadi penanggung jawab safari sowan kiai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya oleh Mojok dan teman-teman Gusdurian Jogja.

Awalnya, rencana sowan ini akan dilakukan sebanyak 30 kali sepanjang 30 hari bulan Ramadan. Namun karena kami nggak mau ambil lapaknya islami.co dan nu.or.id jadi kami putuskan beberapa kali saja biar nggak kemaruk.

Lagian Mojok kan media abangan, jadi biar lah urusan santri-santri itu jadi lapak islami dan Nuonline, Mojok biar urusannya kiai-kiai. Huehehe.

Meski begitu, harus diakui, beberapa kiai yang kami pilih untuk disowani mungkin bukan yang reputasinya paling mentereng di dunia santri.

Haya jelas, kalau mau yang maqomnya tinggi bagi para santri lulusan pesantren di Yogyakarta ya harus ke KH. R. Muhammad Najib Pengasuh Ponpes Krapyak Yogyakarta atau KH. Mu’tashim Billah Pengasuh Ponpes Sunan Pandanaran. Ini dua destinasi wajib sudah.

Baca Juga:

Tuhan Itu Apa

Bapak, Tuhan Itu Apa?

14 Januari 2022
9 Hari di Ruang Isolasi Covid-19

Tiba Saatnya Arab Saudi Izinkan Perempuan Pergi Haji Sendirian

18 Juli 2021

Masalahnya, ya, situ tahu lah, saya nggak punya cukup keberanian untuk sowan. Kalau sowan biasa sih ya nggak apa-apa, tapi kalau sowan jadi liputan terus disyuting begitu ya kagol juga saya. Apalagi kalau pertanyaannya nakal-nakal begini. Wah, takut kualat nanti.

Oleh sebab itu, diputuskan lah untuk sowan ke kiai-kiai yang lebih “muda”. Meski kata muda di sini masih bisa diperdebatkan. Jiwanya yang muda, umurnya yang muda, atau istrinya yang muda?

Yang pasti, patokan muda di sini, adalah beliau-beliau yang masih asyik untuk kami ajak ngobrol. Pada kenyataannya kiai-kiai yang kami pilih dan berhasil kami sowani ini jebul malah lebih akrab dipanggil “Gus” ketimbang “Kiai” meski sudah secara harfiah mengelola pondok pesantren besar-besar.

Tak terkecuali Kiai Abdul Karim atau yang lebih akrab dipanggil sebagai Gus Karim. Sosok yang sudah lama dikenal sebagai “guru ngaji”-nya Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Meski ya harus diakui, nama beliau jauh “tidak dikenal” ketimbang ustaz-ustaz kondyang tanah air lainnya yang sering nongol di Yutup. Jangankan sama ustaz beneran, sama Sugik Nur aja kalah populer og.

Agak dilematis memang ketika memutuskan Gus Karim untuk menjadi salah satu kiai yang akan saya dan teman-teman sowani. Sebab, meski rencana kami adalah untuk tahu bagaimana pengalaman beliau masuk ke dalam kakbah dan bisa begitu dekat berziarah ke makam Kanjeng Nabi Muhammad, namun kami tidak mungkin tidak memasukkan nama Jokowi di pembicaraan ini.

Lha ya jelas, Gus Karim memang mendapatkan kehormatan itu karena diajak sahabat karib sekaligus murid ngajinya. Persoalannya, yang mengajak itu kebetulan Presiden Republik Indonesia.

Padahal sejak awal, saya dan teman-teman sih rencana nggak ingin terlalu mengaitkan sowan kiai kami dengan kontestasi politik. Tapi ya mau bagaimana lagi? Pengalaman Gus Karim ini bisa didapatkan justru karena beliau dekat dengan orang nomor satu di negeri itu, kalau kami menghilangkannya, hayaa jelas bakal ada missing-link-nya.

Meski belakangan mulai dikenal kembali—terutama ketika foto beliau viral saat rambutnya dipotong sama Jokowi—saya sudah tahu beliau sejak kecil. Sejak dulu, saya mengenalnya dengan panggilan Gus Dul Karim. Orangnya ramah, jenius, dan lucunya setengah mati kalau sedang ceramah. Dalam ingatan saya, saya yang anak-anak saja bisa tertawa dengar beliau ceramah, apalagi sekarang.

Ketika saya harus bertemu kembali setelah bertahun-tahun berlalu, beliau tak pernah berubah sejak dulu. Selalu rendah hati dan benar-benar tak gila hormat. Berulang kali saya jadi saksi, ketika Gus Karim datang di acara-acara besar, entah itu kondangan atau selametan, beliau selalu duduk di belakang. Duduk bersama tamu undangan jelata kayak saya.

Asal kamu tahu, butuh tenaga ekstra untuk meminta Gus Karim mau duduk di deretan tamu kehormatan (biasanya di deret depan). Meski beliau benar-benar jadi tamu kehormatan—atau bahkan sosok keynote speaker acara sekalian. Hal yang tak berubah sekalipun murid ngaji beliau, Jokowi, sudah menjadi Presiden Republik Indonesia.

Barangkali itu yang bikin Jokowi begitu cocok dengan Gus Karim. Bukan semata-mata cocok metode ngajinya, namun juga cocok secara kepribadian. Sama-sama sederhana, sama-sama santai, dan sama-sama luwes.

Lalu di antara obrolan panjang lebar sebelum kami diizinkan untuk mengambil gambar beliau, Gus Karim sempat sejenak menceritakan bagaimana beliau bisa masuk ke dalam Kakbah karena diajak Jokowi. Umrah beberapa hari sebelum coblosan.

Nah, di dalam kakbah itulah Gus Karim menceritakan kepada saya ketika beliau mendengar doa Jokowi secara lirih. Kira-kira satu bulan sebelum Aksi 22 Mei yang berakhir ricuh itu.

Kata Gus Karim, Jokowi cuma berdoa, “selamatkan Indonesia,” yang diulang berkali-kali. Tanpa sedikit pun meminta doa, “menangkan saya.”

Ini cuplikan saat Gus Karim bercerita sambil berkaca-kacahttps://t.co/GUm8gP2DxH https://t.co/I5KOHUKc6q pic.twitter.com/XFG8QUulBH

— Mohammad Ali Ma’ruf (@alimvnati) 23 Mei 2019


Cerita itu tentu saja sempat bikin saya terkejut. Namun sebenarnya bukan itu yang paling menarik dari kisah Gus Karim saat umrah, yang jauh lebih berkesan bagi saya adalah ketika Gus Karim bercerita saat berada begitu dekat dengan makam Nabi.

Ingat betul saya, saat itu, mata beliau berkaca-kaca saat mengingat makam Kanjeng Nabi.

Dalam bayangan saya, ketika Gus Karim menceritakan itu, beliau seperti seorang santri yang masih kangen dengan ibunya saat mondok pada hari-hari pertama. Ada kerinduan yang luar biasa dan mungkin hanya bisa dirasakan oleh sosok yang betul-betul merindukan Nabi Muhammad.

Bahkan kalau boleh dibandingkan, ketimbang pengalaman salat di dalam kakbah atau mendengar doa Jokowi, pengalaman cuma beberapa sentimeter dengan makam Nabi ini jauh lebih berkesan bagi Gus Karim.

Padahal masuk kakbah itu udah luar biasa, ini beliau sampai punya pembanding yang setara. Apa nggak suangar sekali itu?

Namun saya sih yakin, kehormatan ini benar-benar layak Gus Karim dapatkan. Sebab, saya tahu betul beliau merupakan salah satu pencetus JAMURO, Jamaah Muji Rosul. Sebuah komunitas shalawatan di Solo sejak awal 2000-an dan masih eksis sampai sekarang.

Bisa jadi, karena aktivitasnya menggiatkan shalawat di Solo sejak dulu, Gus Karim akhirnya betul-betul “diundang” oleh Kanjeng Nabi ke makamnya. Berdiri cuma beberapa senti, ketika seribu Raja atau Ulama yang belum tentu punya kehormatan seperti ini.

Pada adegan itu lah saya yakin, Jokowi cuma perantara beliau saja. Perantara agar Gus Karim bisa bertemu dengan sosok yang selalu dirindukannya dan diperjuangkan namanya selalu dikumandangkan di setiap pelosok.

Tak peduli meski perantara itu merupakan Presiden Republik Indonesia bernama Joko Widodo.

Terakhir diperbarui pada 24 Mei 2019 oleh

Tags: Abdul Karimdoa JokowiGus Karimkakbah
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Tuhan Itu Apa
Esai

Bapak, Tuhan Itu Apa?

14 Januari 2022
9 Hari di Ruang Isolasi Covid-19
Kolom

Tiba Saatnya Arab Saudi Izinkan Perempuan Pergi Haji Sendirian

18 Juli 2021
Dari Gus Karim sampai Gus Muwafiq, Cerita Perjalanan Sowan Rasa Roasting Kiai - Mojok.co
Pojokan

Dari Gus Karim sampai Gus Muwafiq, Cerita Perjalanan Sowan Rasa Roasting Kiai

10 Juni 2019
Sowan Kiai: Gus Karim, Guru Ngaji Jokowi
Bertamu Seru

Sowan Kiai: Gus Karim, Guru Ngaji Jokowi

8 Mei 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
prabowo

TKN Minta Masyarakat Ikut Menjaga Prabowo yang Diprediksi Akan Berjaya pada 2024

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

sekolah kedinasan mojok.co

10 Sekolah Kedinasan yang Paling Ramai dan Sepi Peminat

22 Maret 2023
PSIM Bersama Vladimir Vujovic: Bisakah Mengikis Jejak Manis Erwan Hendarwanto?

Bagaimana Saya Mengenal Gus Karim dan Doa Jokowi di Dalam Kakbah yang Didengarnya

24 Mei 2019
Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Ego di Jalan Raya MOJOK.CO

Toyota Fortuner Membuat Saya Kesulitan Menahan Hawa Nafsu di Jalan Raya

18 Maret 2023
Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka MOJOK.CO

Tinggal di Pinggiran Kota Jogja Itu Nggak Enak, Rasanya Kayak Neraka dan Petaka

15 Maret 2023
Samsung Galaxy A Series Android Terbaik MOJOK.CO

Samsung Galaxy A Series: Seri Terbaik untuk Kelas Midrange Android

21 Maret 2023
Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah. MOJOK.CO

Derita Mahasiswa yang Kampusnya Tutup Tiba-tiba: Mimpi Kami Punya Ijazah Musnah 

23 Maret 2023
Honda Supra X 125 Tetap Juara di Pelosok Indonesia MOJOK.CO

Honda Supra X 125: Tetap Juara di Pelosok Indonesia

20 Maret 2023

Terbaru

Duduk perkara penutupan patung Bunda Maria di Kulon Progo. MOJOK.CO

Duduk Perkara Penutupan Patung Bunda Maria di Kulon Progo

24 Maret 2023
alan Sunyi Kiai Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Dibuat Menjadi Misteri Abadi. MOJOK.CO

Jalan Sunyi Wangsa Bonokeling di Banyumas yang Sengaja Menjadikan Leluhur Sebagai Misteri Abadi

24 Maret 2023
sekolah kedinasan kemenhub mojok.co

5 Sekolah Kedinasan di Bawah Kemenhub yang Paling Favorit

24 Maret 2023
bola timnas israel mojok.co

Bola Pembawa Malapetaka

24 Maret 2023
mimpi basah mojok.co

Apakah Mimpi Basah di Siang Hari Membuat Puasa Batal?

24 Maret 2023
5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari. MOJOK.CO

5.000 Mahasiswa UMY Berburu Takjil Gratis, Dianggarkan Rp125 Juta Setiap Hari

24 Maret 2023
kritik feminis muslimah tentang perempuan sumber dosa utama

Muhasabah Muslimah Feminis: Kok Bisa, Perempuan Jadi Sumber Dosa Utama Laki-Laki?

24 Maret 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
    • Sosial
    • Tekno
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In