Ada satu tempat di Magelang yang dijuluki sebagai pakunya Pulau Jawa. Tempat yang saya maksud adalah Gunung Tidar Magelang. Letaknya yang strategis membuatnya gampang diakses.
Gunung dengan tinggi sekitar 503 meter di atas permukaan laut ini juga menjadi salah satu ikon daerah Magelang. Soalnya tempat ini masih asri dan sejuk. Banyak orang dari luar kota yang datang ke sini untuk sekadar berwisata menikmati udara segar dan mendaki gunung ini. Tak sedikit pula yang datang ke Gunung Tidar untuk berziarah. Soalnya di sini terdapat makam beberapa tokoh penting, salah satunya Syekh Subakir.
Akan tetapi di balik reputasinya yang “menarik” bagi wisatawan, Gunung Tidar sendiri justru kurang diminati warga lokal Magelang. Warga lokal jarang, bahkan cenderung malas, berwisata ke sana. Padahal kalau dipikir-pikir, berwisata ke sini cukup terjangkau, lho.
Saya pribadi pun mengakui selama tinggal di Magelang, belum pernah berwisata ke sana. Dua orang teman saya di Mojok yang juga orang Magelang mengaku sama. Mereka juga nggak pernah berwisata ke Gunung Tidar. Alasannya karena… malas. Hehehe.
#1 Wisata Gunung Tidar Magelang terlalu dekat jadi terasa kurang istimewa
Seperti yang saya katakan sebelumnya, Gunung Tidar ini letaknya di pusat kota. Jangan bayangkan gunung ini kayak Gunung Merapi atau Merbabu ya, nggak setinggi itu, Gaes. Kalau menurut saya sih Gunung Tidar ini lebih mirip bukit.
Nah, karena letaknya di pusat kota, bagi warga Magelang tempat ini jadi kayak bagian dari kehidupan sehari-hari. Alih-alih jadi destinasi wisata, tempat ini di mata orang Magelang rasanya kayak bukit biasa saja yang dilewati setiap hari. Karena daya tariknya kalah dibanding tempat wisata yang lebih jauh seperti Candi Borobudur, Telomoyo, atau Punthuk Setumbu, makanya orang Magelang sendiri jarang berwisata ke sini.
Baca halaman selanjutnya: Fasilitas kurang menarik…
#2 Fasilitas Gunung Tidar Magelang kurang menarik
Alasan selanjutnya banyak orang Magelang malas berwisata ke Gunung Tidar karena fasilitasnya yang kurang menarik. Memang gunung ini bisa dijadikan tempat mendaki santai. Hanya butuh waktu 30-45 menit mendaki. Tetapi setelah sampai di atas ya sudah. Nggak ada hal lain lagi yang menarik di atas sana kecuali makam, mengingat tempat ini juga menjadi tempat ziarah.
Sebenarnya secara fasilitas sudah cukup baik. Sudah tersedia jalur trekking dengan tangga berundak yang memudahkan orang naik. Ada juga beberapa warung yang berjualan makanan dan minuman. Toilet dan tempat duduk juga sudah tersedia di beberapa titik. Tetapi jumlahnya memang belum terlalu banyak.
Mungkin karena fasilitasnya yang memang apa adanya membuat wisata ke sini jadi biasa saja. Kalau datang ke sini ya cuma bisa lihat pepohonan sama ketemu monyet. Selebihnya ya nggak ada apa-apa.
#3 “Tempat ziarah banget”
Meski Gunung Tidar Magelang punya potensi wisata alam, citranya masih lekat dengan aktivitas religi dan ziarah. Jadi, banyak warga lokal yang memandang tempat ini sebagai tempat yang angker atau sakral. Tak sedikit anak muda yang akhirnya malas datang ke sini. Kebanyakan memilih mencari tempat wisata yang lebih instagrammable dan kekinian.
Nggak salah juga, sih. Soalnya seperti yang saya katakan tadi, di Gunung Tidar memang terdapat makam beberapa tokoh penting. Syekh Subakir misalnya, beliau dikenal sebagai salah satu tokoh penyebar agama Islam. Selain makam Syekh Subakir, ada juga makam Mbah Semar. Beliau diyakini sebagai penjaga spiritual Gunung Tidar Magelang.
Nah, karena kehadiran beberapa makam itulah, bagi sebagian orang Magelang tempat ini dikenal sebagai tempat ziarah alih-alih wisata. Jadi jangan heran kalau ke sini kalian bakal menemui lebih banyak orang dari luar kota yang datang untuk ziarah ketimbang warga lokal sendiri.
#4 Magelang sekarang mulai berkembang, wisata alam jadi kurang menarik
Jujur saja, seiring dengan perkembangan zaman, Magelang juga semakin modern. Sekarang kita bisa dengan mudah menjumpai kafe atau tempat nongkrong yang nyaman di sudut kota. Hal yang sebelumnya sulit dijumpai di kota ini 15 tahun silam, saat pertama kali saya berkunjung ke sini.
Kalau dulu orang Magelang mau ke mal harus ke Jogja, sekarang tinggal ke Artos. Kalau dulu nggak ada HokBen, Pizza Hut, McD, Mie Gacoan, sekarang semua berlomba-lomba membuka gerai di Kota Sejuta Bunga ini. Hal ini saya pikir turut berpengaruh pada kehidupan warga Magelang.
Banyak orang yang kini jadi lebih suka menghabiskan waktu di kafe, coffee shop, atau mal. Aktivitas mendaki Gunung Tidar Magelang yang identik dengan keringat dan capek jadi terasa kurang santai. Mending menghabiskan waktu luang di tempat nongkrong kekinian kan daripada berwisata ke alam bebas. Soalnya saya sendiri demikian. Hehehe.
Pada akhirnya kemalasan warga Magelang berwisata ke Gunung Tidar bukan karena tempatnya jelek. Justru karena terlalu dekat dan sudah sering dilalui, jadinya kurang menarik. Keistimewaannya malah tak terlihat. Kamu sendiri tertarik berwisata ke sini?
Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Tinggal di Bantul Jogja Bau dan Bikin Pusing, Saya Baru Menemukan Kenyamanan Begitu Pindah ke Muntilan Magelang dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.
