MOJOK.CO – Netizen negeri ini memang kurang ajar, berani-beraninya nyindir Habib Rizieq saat nyebut Ahok sebaiknya segera ditahan biar nggak kabur.
Usai bebasnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), lini masa di media sosial ramai membandingkan kasus hukum penodaan agama dengan kasus hukum yang sempat menjerat Habib Rizieq Shihab. Dalam beberapa postingan, netizen mencuplik berita yang menyebutkan bahwa Habib Rizieq pernah meminta Ahok ditahan karena berpotensi melarikan diri.
Seolah mendapat bahan bakar untuk nyinyirin, netizen lalu membanding-bandingkan antara keduanya. Idih, dasar netizen, masa mau membandingkan si penista agama sama Imam Besar Umat Islam Indonesia sepanjang masa. Nggak level dong.
Perlu diketahui, berita yang dipakai untuk menyindir itu merupakan pernyataan Habib Rizieq pada pengadilan 2017 silam.
Saat itu Sang Imam Besar memang menyampaikan ke hakim saat menjadi saksi pada kasus penistaan agama Ahok. “Saya selaku saksi ahli menyarankan agar terdakwa tidak mengulang penodaan agama dan (karena) berpotensi melarikan diri maka diusulkan untuk ditahan,” kata Habib Rizieq saat itu.
Netizen lalu membanding-bandingkan, pada akhirnya siapa yang akhirnya kabur harus ke luar negeri. Lalu dibuat narasi bahwa seolah-olah Ahok itu lebih ksatria karena mau menjalani proses hukum sebagai warga negara yang baik, sedangkan Sang Imam Besar terpaksa harus umroh karena ada indikasi kriminalisasi ulama.
Masa iya Habib Rizieq yang selalu bersih dari dosa-dosa manusia fana kayak kita ini melakukan hal-hal yang dituduhkan kepolisian rezim kali ini sih?
Kayak menghina Pancasila, lalu diduga terlibat soal chat mesum, menistakan agama Katolik, ujaran kebencian (dua kasus), sampai menuduh mata uang ada logo palu-aritnya.
Semua tuduhan ini jelas-jelas mengada-ada. Mana bisa Pendiri Front Pembela Islam (FPI) terkena kasus hukum yang dibuat-buat oleh manusia seperti itu? Satu-satunya yang berhak menghukum beliau itu cuma Tuhan. Manusia fana kayak Pak Polisi ya nggak boleh. Nggak level. Camkan itu baek-baek, Kisanak.
Lha wong beliau ini Imam Besar yang jadi panutan semua orang, ya nggak mungkin dong Habib Rizieq kepleset gitu? Bisa runtuh reputasinya. Ini memang kerjaan rezim ini yang kepingin nama besar beliau hancur aja kok.
Lagian ya, monmaap nih, kasus antara Ahok sama Habib Rizieq itu beda jauh ya. Kalau Ahok itu murni pelaku kasus hukum penistaan agama, sedangkan kasus Sang Imam Besar itu semuanya adalah kriminalisasi.
Ya wajar dong kalau orang dikriminalisasi lalu cari suaka ke negeri suci Arab Saudi. Lha wong dulu umat Islam juga boleh hijrah kok kalau lagi dakwah diintimidasi, masa Habib Rizieq nggak boleh hijrah? Hedeh, Ahokers mah mana ngerti beginian.
Justru posisi Habib Rizieq di Arab Saudi itu jauh lebih berat ketimbang Ahok yang dipenjara. Ahok mah enak, di penjara cuma di Mako Brimob. Cuma di Depok. Deket banget. Lagian suasananya juga masih dalam negeri sendiri. Masih nggak rindu-rindu amat gitu lah.
Sekarang coba bandingkan dengan penderitaan Habib Rizieq yang harus tinggal di negeri orang. Meski keluarga ikut serta, tapi pasti Habib Rizieq rindu dengan Indonesia, rindu dengan umatnya—atau paling tidak umatnya yang rindu dengan beliau.
“Dipenjara” seperti digantung begitu kan berat banget. Mana juga kepolisian nggak berani nangkep sampai Arab Saudi lagi. Kayak digantungin gitu deh. Bersalah nggak, bersalah nggak. Benar-benar bikin beban di hati.
Ahok mah enak. Langsung divonis bersalah, dipenjara, lalu akhirnya bebas. Selesai perkara. Sekarang bandingin dengan lamanya durasi Habib Rizieq nggak pulang-pulang di negeri orang? Menderita, Fellas. Merasa nggak dikasih kejelasan sama Pemerintah lagi.
Politisi-politisi yang sependapat Habib Rizieq pun cuma mampir silturahim terus menjanjikan ini-itu, tapi nyatanya nggak ada yang bisa angkutin pulang juga kan? Ya sama aja. Sama-sama nggak berani kasih kejelasan.
Nah, yang begini ini namanya penjara psikologis. Dan tentu rasanya jauh lebih berat ketimbang apa yang dialami Ahok. Apalagi Ahok kan jelas, durasi hukumannya? Lha kalau Habib Rizieq? Mau sampai kapan? Mau sampai Prabowo jadi Presiden? Iya kalau jadi, lha kalau nggak? Kan runyam, Brader.
Oke deh, akhirnya beberapa kasus Habib Rizieq sudah di-SP3-kan oleh kepolisian. Artinya seharusnya nggak masalah kalau beliau mau balik ke Indonesia sewaktu-waktu. Tapi nyatanya Habib Rizieq masih rela tuh tinggal di Arab Saudi. Itu artinya Habib Rizieq rela “dipenjara” lebih lama dari seharusnya.
Coba bandingin sama Ahok. Selesai masa penjaranya selesai eh, keluar juga tuh. Mana ksatria-ksatrianya coba? Kalau emang gentle, misal mau dibebasin Januari 2019, ya bilang dong masing pingin dipenjara lagi, sampai Desember misalnya. Nah, kalau itu baru keren.
Justru yang begitu-begitu udah dicontohin sama Habib Rizieq. Kasus penistaan agama udah kelar, narapidananya udah keluar, eh beliau masih ikhlas dan rela aja tuh mendekam di penjara suci Arab Saudi.
Nah, kalau udah begitu, siapa dong yang lebih ksatria? Orang yang soksokan patuh hukum lalu rela dipenjara betulan terus keluar tepat waktu, atau orang yang melawan hukum rezim sampai rela nggak pulang-pulang ke alam bebas sampai batas waktu yang belum bisa ditentukan?