Akui Saja, Ketimbang Si Doel, Mandra Jauh Lebih Layak dan Pantas untuk Sukses

mandra

MOJOK.COMandra, dengan segala keistimewaan yang ia punya, adalah sosok yang sangat layak hidup enak dengan kisah asmara yang baik. 

Setelah membaca komentar-komentar yang masuk di tulisan “Suka atau Tidak, Si Doel Memang Tipikal Lelaki yang Tidak Pantas Sukses”, semakin tampak jelas bahwa memang banyak penonton yang pada dasarnya menyukai sinetron “Si Doel Anak Sekolahan” justru karena tiga sosok, yakni Mandra, Babe Sabeni, dan Mas Karyo.

Para penoton selalu menyukai bagaimana tiga tokoh ini saling serang dan adu mulut, entah antara Mas Karyo-Babe Sabeni, Mas Karyo-Mandra, atau Babe Sabeni-Mandra.

Dari tiga tokoh tersebut, tak bisa dimungkiri, Mandra-lah yang paling menonjol dan dominan. Gerak-gerik tubuh dan bibirnya, artikulasinya, spontanitasnya, benar-benar membikin sinetron tersebut hidup.

Sayang, sosok seistimewa Mandra pada akhirnya punya nasib yang sangat tiada mujur. Kisah asmaranya kandas. Kehidupan ekonominya juga kacau. Ia hanya mengandalkan nafkahnya dari pekerjaannya sebagai tukang ojek dengan motornya yang butut, itu pun ia harus sering makan ati sebab ia kerap tak dapat penumpang karena kalah oleh ojek online.

Padahal, kalau mau merunut dari karakter tokoh, Mandra ini justru sosok yang sangat-sangat layak dan berpotensi sukses. Setidaknya, ia punya banyak faktor kesuksesan yang bahkan tak dimiliki oleh Doel sekalipun.

Pembelajar yang baik

Sebagai seorang yang bahkan tidak bisa baca tulis, Mandra boleh dibilang merupakan sosok yang punya semangat belajar yang tinggi. Ia tak segan banyak bertanya mengenai banyak hal yang memang belum ia ketahui. Salah satu bukti utamanya tentu saja ketika ia berkali-kali bertanya tentang apa arti “primitif” kepada Si Doel. Walau Si Doel dengan congkaknya tak mau menjawabnya, Mandra tetap pantang menyerah dan terus bertanya.

Kali lain, ketika dirinya dibilang mirip Burisrawa oleh Mas Karyo, Mandra yang walaupun punya sentimen pada Mas Karyo tetap saja bertanya tentang apa itu Burisrawa. Walau pada akhirnya ia mendapatkan jawaban palsu, namun semangat pembelajar dan ingin tahu Mandra tetap layak diacungi jempol.

Saat Mas Karyo ngomong soal promosi salon ke Atun, Mandra juga tak segan bertanya tentang apa itu promosi.

Rasa ingin tahu Mandra yang besar juga tampak jelas saat dirinya berkunjung ke rumahnya Sarah. Ia penasaran dengan sistem kerja pintu gerbang Sarah yang bisa membuka dan menutup sendiri.

Dengan segenap rasa keingintahuannya yang besar, tak berlebihan jika ia punya banyak kosakata unik yang tak terbayangkan. Saat mengobrol dengan Munaroh, Mandra pernah mengucapkan kalimat yang penuh dengan kosakata-kosakata level tinggi, dari mulai “prinsip” “relevansi”, sampai “realita”.

Pernah juga suatu kali ia mendengarkan keributan yang terjadi di rumah Mas Karyo, dengan enteng Mandra mendadak nyeletuk, “Mulai lagi dah wayang Bosnia perang!”

(((Bosnia))). Bayangkan, seseorang yang bahkan tidak sekolah bisa tahu Bosnia. Kalau bukan karena faktor pembelajar dan rasa ingin tahu yang tinggi, dari mana lagi?

Tulus dalam mencintai

Mandra adalah sosok yang tulus, utamanya dalam hal mencintai. Cintanya kepada Munaroh tak pernah diragukan lagi. Surat dari Munaroh bahkan sampai lecek sebab terus ia tempelkan di dadanya. “Biar ngresep di hati,” ujarnya saat ditanya oleh Si Doel.

Kelak, cinta Mandra kemudian perlahan beralih ke Nunung, namun itu terjadi setelah Munaroh menikah dengan lelaki pilihan babenya.

Sadar diri

Sebagai lelaki, Mandra adalah sosok yang sadar diri. Ia pernah dikecewakan oleh bapaknya sendiri saat insiden “lamaran”, namun tetap saja ia mau tinggal bareng bapaknya tersebut, yah, walau pada akhirnya ia diusir. Ia juga sering sekali diomeli oleh Mak Nyak dan Babe Sabeni, kendati demikian, ia tetap patuh dan hormat pada keduanya walau tentu saja tetap dengan gaya bawel dan ngeyelnya.

Urusan cinta, sikap sadar dirinya itu tetap ia pertahankan. Setelah menikah, Munaroh sempat meminta maaf kepada Mandra dan mencoba untuk kembali membangun hubungan asmara mereka, namun Mandra enggan karena ia sadar, Munaroh sudah menjadi istri orang lain. Ia tak mungkin merusak hubungan rumah tangga orang lain walau sejatinya, ia dan Munaroh masih sama-sama cinta.

Dalam fragmen lain, Mpok-nya pernah meminta agar Mandra tidur di dalam saja, namun Mandra menolak dan lebih memilih tidur di dalam oplet. “Biarin, Pok, sekalian ronda”.

Solutif

Ketika Atun ingin sekali kursus dan Babe enggan memberikan uang, Atun pun meminta kepada Mandra agar ia diizinkan untuk jadi kenek. Dengan risiko bakal didamprat oleh Babe, Mandra tetap mengizinkan Atun untuk menjadi keneknya karena ia sadar, itu salah satu cara yang paling masuk akal agar Atun bisa mendapat uang untuk biaya kursus. Langkah ini jauh lebih konkret ketimbang Si Doel yang bahkan tidak pernah (atau tidak mau) ngomong kepada Babe agar mau memberikan uang kursus kepada Atun.

Argumentatif

Tak terhitung berapa kali Mandra adu mulut dengan orang-orang. Tak terhitung pula Mandra bisa mengeluarkan jawaban-jawaban argumentatif dan defensif yang bisa bikin lawan bicaranya keok. Beberapa bahkan lucu dan tak terpikirkan.

Dalam salah satu adegan ketika Mandra dan Si Doel diomelin oleh kawannya Sarah karena belok mendadak sehingga menyebabkan kecelakaan, Mandra bisa tampil dengan sangat tenang dan bisa memberikan serangan yang, mengutip apa kata Umar Kayam, “touche”.

“Kalian ini bisa bawa mobil nggak sih? belok nggak bilang-bilang!”

Dan betapa dahsyatnya jawaban Mandra. “Lah, ngapain bilang, sodara bukan, tetangga bukan.”

Keahlian tersebut adalah keahlian penting dalam seni berdiplomasi. Hal yang tak sembarang orang bisa melakukannya, sebab ia membutuhkan kecerdasan berpikir dan kemampuan mengolah logika yang baik.

Lucu

Kalau ini tak bisa dibantah. Mandra, dengan segenap kelucuannya tentu saja mampu memancing simpati banyak orang. Banyak orang yang berpotensi menyukai dirinya karena kelucuannya. Semakin banyak orang yang suka dan dekat dengan dirinya, semakin mantap pula koneksi yang ia miliki. Dalam dunia bisnis, Mandra punya modal sosial yang sangat bagus.

Kalau saja sejak kecil Mandra disekolahkan, niscaya dengan segenap kecerdasan, kelucuan, dan berbagai sifat istimewa yang ada pada dirinya, maka Mandra-lah yang sebenarnya jauh lebih layak dibanggakan ketimbang Doel.

Mandra-lah yang lebih layak diperebutkan oleh Sarah dan Zaenab. Si Doel biar sama Munaroh atau Nunung saja.

BACA JUGA: Si Doel, Softboi yang Bikin Susah Mak Nyak, Sarah, Zaenab, dan Kita Semua atau tulisan Agus Mulyadi lainnya.

Exit mobile version