MOJOK.CO – Nasib jutaan menit PSS Sleman dipertaruhkan oleh kaki-kaki yang berlari di Stadion Maguwoharjo. Promosi, atau kembali berjibaku di Liga 2, Man?
Satu pertandingan normal hanya 90 menit berjalan. Namun drama sepak bola berlangung berjuta-juta menit lamanya. Seperti kalimat sakti milik fandom.id, sepak bola itu tak pernah selesai dalam 90 menit saja. Kehidupan sebuah klub, yang menaungi pemain dan suporter, ditentukan oleh waktu yang begitu pendek.
PSS Sleman berada dalam situasi tersebut lagi. Untuk kali kedua, Elang Jawa berada pada satu titik di mana yang bisa mereka lakukan hanya bergerak maju. Berani maju, atau kembali mundur dan terlupakan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Seperti kalimat bijak: tak akan ada yang mengingat pecundang. Sang juara, yang akan dipatri namanya di lembaran sejarah.
Promosi ke Liga 1 Indonesia, level kompetisi tertinggi, pasti menjadi jujugan akhir semua klub di Liga 2. Mencapai tahap akhir proses tersebut bukan urusan mudah. Kompetisi sepak bola Indonesia terlalu sulit diramal. Ya soal jadwal liga yang berbenturan dengan jadwal tim nasional, ya soal wasit yang terkadang sulit dipahami, kekerasan suporter, gaji pemain yang tak terbayar, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, mencapai bagian akhir sebuah liga bisa menjadi pekerjaan yang sulit. PSS Sleman dua kali berada dalam posisi ini. Sampai di bagian akhir Liga 2. Tahun 2017 yang lalu, ketika performa mereka di paruh awal kompetisi begitu luar biasa, Super Elja diprediksi akan promosi dengan mudah.
Namun nyatanya, di momen-momen penting, PSS Sleman justru kehilangan pijakan. Mereka kalah bersaing dengan Persis Solo dan PSPS Riau. Titik balik itu terjadi ketika mereka kalah secara dramatis dari PSPS Riau di kandang sendiri dengan skor 2-3. Kekalahan di laga 90 menit itu menentukan kehidupan mereka selanjutnya: tetap di Liga 2.
Musim ini, komposisi pemain PSS Sleman tidak banyak berubah. Bahkan, mungkin sedikit lebih baik ketika Cristian Gonzales menjadi pembeda di putaran kedua. Ekspektasi jelas bertambah ketika melihat salah satu penyerang terbaik di Indonesia bergabung. Promosi seperti menjadi sebuah harga yang tidak bisa ditawar. Sebuah beban yang sungguh nyata.
PSS Sleman boleh bisa menahan Kalteng Putra FC di leg pertama semifinal Liga 2. Namun, ujian sebenarnya ada di leg kedua. Skor 0-0 di leg pertama justru sangat merugikan Elang Jawa. Mengapa? Karena skor 0-0 justru memaksa PSS untuk harus memenangi leg kedua. Ketika Kalteng Putra bisa mencetak gol, beban PSS akan menjadi dua kali lipat karena aturan gol tandang.
Bermain di depan Sleman Fans juga tidak bisa dianggap sebagai keuntungan. Ketika lawan mencetak gol, suara suporter yang bernyanyi sepanjang 90 menit justru bisa seperti menjadi momok. Suara itu akan berdengung di dalam telinga dan merubuhkan mental pemain-pemain yang lemah hati. Ini penyakit alami di sepak bola.
Mental yang ambruk, akan berpengaruh kepada fisik pemain. Masa pemulihan yang begitu singkat akan menguras tabungan stamina di menit-menit krusial. Ketika jantung berdegup lebih kencang, tekanan suporter, tekanan ekspektasi untuk promosi ke Liga 1 akan menyedot stamina secara tuntas. Kaki akan menjadi lebih berat.
Mental adalah sesuatu yang abstrak, namun ia yang akan berbicara banyak ketika seorang pemain berada dalam tekanan. Bahkan, jujur saja, sepak mula belum dimulai, tekanan itu pasti sudah dirasakan oleh penggawa PSS Sleman. Di samping gairah untuk naik ke Liga 1, rasa takut mengecewakan suporter untuk kali kedua berjalan mengiringi.
90 menit leg kedua babak semifinal Liga 2 akan menjadi penentuan untuk PSS Sleman. 90 menit ini akan menentukan menit-menit selanjutnya. Apakah menit-menit menyesakkan di Liga 2 lagi, atau menit-menit penuh gairah di Liga 1.
Dan perlu diingat, jika nanti berhasil promosi ke Liga 1, beban akan semakin berat. Bermain di kasta tertinggi jelas menghadirkan kesulitan yang berbeda. Jangan sampai, Elang Jawa hanya nangkring untuk satu musim saja di Liga 1 untuk langsung degradasi. Percayalah, itu akan lebih memalukan ketimbang gagal di paruh akhir Liga 2 lagi.
DIY sendiri punya andil dalam sejarah sepak bola Indonesia. Tentu akan sedikit melegakan apabila ada satu klub dari DIY yang berlaga di Liga 1. Rivalitas nanti dulu. Kebanggaan daerah secara umum sedang dipertaruhkan.
Ketika kamu bermain di sebuah fase penentuan, yang akan menentukan masa depan adalah kamu sendiri. Bukan teriakan suporter atau taktik pelatih. Nasib jutaan menit PSS Sleman ada di setiap kaki yang berlari di Stadion Maguwoharjo mengenakan jersey berwarna hijau.