5 Hal yang Lumrah di Bekasi tapi Nggak Bisa Ditemukan di Muntilan Magelang

5 Hal yang Lumrah di Bekasi tapi Nggak Bisa Ditemukan di Muntilan Magelang

5 Hal yang Lumrah di Bekasi tapi Nggak Bisa Ditemukan di Muntilan Magelang (unsplash.com)

Saat memutuskan pindah ke Muntilan Magelang tiga tahun lalu, saya merasa seperti berada di dunia yang berbeda. Apalagi kalau membandingkan Muntilan dengan kampung halaman saya, Bekasi. Meski sama-sama berada di Pulau Jawa, Bekasi dan Muntilan bak dua dunia yang berbeda.

Bekasi memiliki ritme hidup lebih cepat, jalanan yang lebih padat, dan gedung-gedung tinggi. Di Bekasi, semua serba terburu-buru. Sementara Muntilan di Kabupaten Magelang menawarkan suasana tenang yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. 

Perbedaan karakter inilah yang membuat saya menyadari bahwa hal-hal yang biasa saya jumpai di Bekasi dulu rupanya sulit atau bahkan tidak ada sama sekali di Muntilan. Misalnya seperti beberapa hal berikut.

#1 Transportasi umum modern bisa dijumpai di Bekasi, tapi Muntilan Magelang nggak punya

Sebagai daerah penyangga Jakarta, Bekasi memiliki transportasi umum yang boleh dibilang memudahkan mobilitas warga. Ada KRL Commuter Line, angkot, Transjabodetabek, dan bahkan kini sudah ada LRT. Sewaktu saya masih kerja di Jakarta, saya mengandalkan transportasi umum tersebut untuk PP dari rumah di Bekasi menuju kantor di Palmerah.

Sayangnya, transportasi umum yang modern tersebut tak bisa saya jumpai di Muntilan Magelang. Moda transportasi di kecamatan ini masih terbatas pada angkot dan ojek. Angkot pun sudah jarang, trayeknya juga nggak sebanyak angkot di Bekasi. Kalau bus antarkota kayaknya ada sih, tapi jujur saja saya belum pernah menjajalnya. Hanya beberapa kali melihatnya berseliweran di jalan.

Makanya memiliki kendaraan pribadi wajib hukumnya kalau tinggal di Muntilan. Minimal dalam satu rumah ada satu motor yang bisa digunakan untuk mobilitas harian. Soalnya kalau mengandalkan transportasi umum bakal sulit di sini.

#2 Nggak ada pusat industri di Muntilan

Selain menjadi daerah penyangga Jakarta, Bekasi juga dikenal sebagai salah satu pusat industri terbesar di Indonesia. Ribuan pabrik dari berbagai sektor seperti otomotif, elektronik, dll., ada di sini. Banyak orang dari penjuru Indonesia datang ke Bekasi, tepatnya Cikarang, untuk mencari peruntungan.

Sebaliknya, Muntilan Magelang nggak memiliki kawasan industri yang besar. Perekonomian warga bertumpu pada pertanian, perdagangan lokal, serta sektor kuliner dan wisata. Tetangga saya misalnya, tak sedikit yang berdagang dan juga bertani mengelola kebun sendiri. 

Jadi, alih-alih menemukan bangunan kantor tinggi dan deretan pabrik seperti di Bekasi, pemandangan yang disuguhkan Muntilan adalah sawah, kebun, dan gunung yang indah. Lebih adem, sih.

Baca halaman selanjutnya: Mall megah dan gaya hidup modern…

#3 Mall megah dan gaya hidup modern

Jujur saja ya, satu hal yang cukup bikin saya kaget waktu pindah ke Muntilan Magelang adalah di sini nggak ada mall! Saya pernah tinggal di Serang Banten dan Jogja, di sana ada mall meski kalau dibandingkan dengan Bekasi tetap kota tersebut memiliki lebih banyak mall. Tapi saya nggak menyangka kalau di Muntilan nggak ada pusat hiburan kayak mall. 

Di Bekasi, setidaknya ada lebih dari 10 mall yang tersebar. Beberapa yang populer antara lain Summarecon Mall Bekasi, Metropolitan Mall, Grand Metropolitan, Lagoon Avenue, Grand Metropolitan, dll. Metropolitan Mall bahkan jadi tempat nongkrong saya dari zaman masih kecil sampai remaja. Pertama kali nonton di bioskop waktu SMP dulu saya perginya ke Metropolitan Mall Bekasi alias MM.

Nah, begitu pindah ke Muntilan Magelang, nggak bisa lagi tuh nongkrong di mall dan nonton di bioskop. Kalau mau nge-mall saya harus ke Artos yang berada di Mertoyudan atau sekalian ke Jogja. 

#4 Banjir sudah biasa bagi warga Bekasi, tapi di Muntilan Magelang nggak ada

Hal lain yang biasa dijumpai di Bekasi tapi nggak ada di Muntilan Magelang adalah banjir. Sebenernya dulu Bekasi juga belum banjir. Saya ingat waktu masih kecil, kisaran tahun 90-an, Bekasi belum mengenal yang namanya banjir. Dekat rumah saya pun masih banyak sawah.

Akan tetapi semua berubah ketika memasuki tahun 2000-an, tepatnya 2002. Itu adalah kali pertama saya mengalami kebanjiran. Dulu banjir pertama kali masuk ke dalam rumah saya setinggi mata kaki. Waktu itu surutnya juga cepat. Pagi kebanjiran, sore sudah surut. Tapi sejak saat itu lama-lama jadi langganan banjir tiap tahun.

Banjir paling parah yang pernah saya alami saat air masuk ke rumah hingga setinggi betis orang dewasa. Di luar rumah sih ketinggian air sudah sedada. Dan itu surutnya lama. Waktu banjir itu keluarga saya mengungsi ke lantai dua. Pokoknya kacau banget dan bikin trauma.

Nah, sejak pindah ke Muntilan Magelang, saya bersyukur karena di sini nggak kayak di Bekasi. Nggak hujan dikit banjir gitu. Lagian di Muntilan masih banyak sawah dan tanah resapan. Semoga pembangunan di sini nggak masif kayak di kota besar ya, biar tetap asri dan nyaman. Dan tentu saja bebas banjir.

#5 Macet parah, makanan sehari-hari warga Bekasi

Terakhir, hal yang lumrah dijumpai di Bekasi tapi nggak ada di Muntilan Magelang adalah kemacetan. Dulu waktu masih jadi warga Bekasi, macet sudah jadi santapan saya sehari-hari. Mau pagi, siang, sore, malam, jalanan padat dengan kendaraan.

Waktu saya masih kerja di Jakarta, saya selalu berangkat jam 5 pagi dari rumah saya di Bekasi, lho. Kelewatan 10 menit saja dijamin saya bakal kesiangan sampai kantor. 

Sebaliknya di Muntilan Magelang nggak ada tuh yang namanya macet. Kemacetan hanya terjadi sesekali di saat musim liburan. Selebihnya perjalanan di Muntilan cenderung lancar dan santai.

Itulah beberapa hal yang biasa saya jumpai di Bekasi tapi nggak saya temukan di Muntilan Magelang. Meski kedua daerah ini terasa sangat berbeda, saya bersyukur pernah tinggal di Bekasi sebelum akhirnya menetap di Muntilan. Keduanya tetap punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA 4 Hal Tidak Menyenangkan di Magelang buat Kapok Wisatawan dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.

Exit mobile version